Pendidikan Islam Bukan Anti Matematika
Matematika dalam Pendidikan Islam. Tidak menyekolahkan anaknya di salah satu lembaga Islam (Read :benar-benar menerapkan konsep Islam, bukan hanya nama lembaganya yang Islam) dengan alasan khawatir jika nanti anaknya tertinggal dalam urusan dunia atau tidak sukses di dunia itu merupakan alasan tanpa dasar dan dalil kuat.
Lebih disayangkan lagi jika yang berbicara tersebut adalah keluarga dengan latar belakang keilmuannya yang tinggi.
Misal saja ada sebagian orangtua berfikir jika anaknya belajar dengan konsep pendidikan Islam secara utuh, nanti dia tidak bisa berhitung atau kurang menguasai Ilmu dunia. Bisanya hanya ngaji, hafalan dan ceramah atau kultum bulan Ramadhan.
Nah yang seperti itu sangat tidak dibenarkan, karna berkata tanpa dasar yang kuat, atau bisa jadi orang tersebut belum membaca sejarah-sejarah Islam. Lihatlah ilmuan terkenal Al-Khawarizmi.
Ilmuan Islam terkenal ini lahir sebelum tahun 800 M dan meninggal setelah tahun 847 M.
Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad ibnu Musa. Ia dikenal dengan sebutan Al-Khawarizmi karena berasal dari Khawarizm.
Hidup di masa kejayaan islam tepatnya pada masa Al-Abbasiyah (Khalifahan Al-Ma’mun : 813-833M), latar belakang pendidikannya adalah Islam. Dengan menerapkan konsep-konsep pendidikan islam pada saat itu, telah berhasil menumbuhkan orang besar, ilmuan besar yang masih dikenang di Abad 21 ini.
Al-Khawarizmi bukan hanya menguasai ilmu berhitung saja, dia lah yang telah menemukan angka nol. Rumus Aljabar serta Algoritma. Dia juga ahli dalam bidang-bidang lain, seperti Ilmu Syar’i, Fisika, bahkan menggambar peta dunia!
Subhanallah, inilah seorang tokoh Islam yang hidup pada kejayaan Islam. Dengan konsep-konsep yang ada pada saat itu sehingga melahirkan banyak tokoh besar dalam islam. Namun konsep-konsep yang luar biasa ini hampir dilupakan bahkan sedikit sekali yang sudah menerapkan.
Teman teman mari kita baca ulang sejarah-sejarah islam, seperti apa sih, konsep yang digunakan pada saat itu. sejarah Kuttab dan Madrasah. Insyallah masih tercatat rapih.
Ilmu berhitung merupakan ilmu yang sangat penting, bahkan ilmu berhitung sudah diajarkan sejak usia awal yang dahulu disebut dengan Kuttab. Dengan demikian islam adalah agama yang mengharuskan umatnya pandai berhitung, karna banyak ilmu- ilmu islam yang memerlukan hitungan, seperti ilmu mawaris dan lain sebagainya. Allah berfirman,
يُوصِيكُمُ اللَّهُ فِي أَوْلَادِكُمْ ۖ لِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْأُنْثَيَيْنِ ۚ فَإِنْ كُنَّ نِسَاءً فَوْقَ اثْنَتَيْنِ فَلَهُنَّ ثُلُثَا مَا تَرَكَ ۖ وَإِنْ كَانَتْ وَاحِدَةً
فَلَهَا النِّصْفُ ۚ وَلِأَبَوَيْهِ لِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا السُّدُسُ مِمَّا تَرَكَ إِنْ كَانَ لَهُ وَلَدٌ ۚ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ وَلَدٌ وَوَرِثَهُ أَبَوَاهُ فَلِأُمِّهِ
الثُّلُثُ ۚ فَإِنْ كَانَ لَهُ إِخْوَةٌ فَلِأُمِّهِ السُّدُسُ ۚ مِنْ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُوصِي بِهَا أَوْ دَيْنٍ ۗ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ لَا تَدْرُونَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ
لَكُمْ نَفْعًا ۚ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا
Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta.
Dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (Qs.An-Nisa: 11)
Dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (Qs.An-Nisa: 11)
Pada ayat di atas, angka ½ , ¼, dst. masih merupakan hitungan sederhana, karna ilmu mawaris sebenarnya memerlukan hitungan yang lebih dari itu. Mungkin yang pernah belajar mawaris bisa membayangkan hitungan-hitungan dalam ilmu mawaris. (saya saat pesantren dulu, belajar ilmu mawaris 1 tahun dan masih terasa pusingnya sampai sekarang )
"Keahlian dalam berhitung, keahlian dalam berpolitik, keahlian dalam bahasa dan keahlian dalam militer, itu semua pernah dimiliki oleh Islam, namun semakin bergeser zaman, semakin hilang konsep-konsep yang dulu pernah diterapkan"
Maka jika ada orang yang mengatakan:
"Belajar pendidikan Islam dengan konsep Islam seutuhnya maka bisa membuat anak tidak maju"
Belajar Berhitung Tanpa Menghilangkan Kurikulum Iman
Matematika dalam islam tentunya sangat berbeda dengan sistem di luar islam, salah satunya, Islam tidak menyukai hal yang sia-sia, Islam menggunakan Ilmu Matematika sesuai kegunaanya dan yang paling utama adalah penguatan Iman.
Sebagaimana yang sudah saya tulis dalam artikel :
Cara Supaya Anak Kita Tidak Nakal Saat Dewasa dan Syarat Mendidik Anak:Jangan Gagal Pada Fase Ini
Pendidikan islam (khususnya untuk usia dini) memerlukan kurikulum iman untuk menguatkan pondasi-pondasi mereka. Dengan belajar berhitung bukan berarti tidak bisa menyampaikan kurikulum iman, kita bisa memberikan soal-soal cerita yang secara teks bisa menumbuhkan keimanan.
Pendidikan islam (khususnya untuk usia dini) memerlukan kurikulum iman untuk menguatkan pondasi-pondasi mereka. Dengan belajar berhitung bukan berarti tidak bisa menyampaikan kurikulum iman, kita bisa memberikan soal-soal cerita yang secara teks bisa menumbuhkan keimanan.
Misal dalam soal cerita :
Zaid sayang sama Allah maka Zaid juga sayang sama ibu, pada waktu pagi habis solat subuh, Zaid membantu orangtua mencuci 5 piring namun pecah 2, tinggal berapa piring yang akan dicuci zaid?
Itu hanyalah sebagian contoh saja. Masih banyak contoh lain.
Itu hanyalah sebagian contoh saja. Masih banyak contoh lain.
Baik semoga saja artikel saya ini sangat bermanfaat. Jangan lupa untuk share ke yang lain. Amiin. dan nanti soal-soal UN seperti itu semua teks nya.
Ilmu Islam sangat luas, mari kita kembalikan semua kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam segala urusan. Baik dalam pendidikan atau yang lainnya. Jangan pernah berhenti belajar jangan pernah berhenti membaca sejarah.
Semua materi ada di Al-Qur’an dan As-Sunnah namun, Aplikasinya ada di Sejarah/ Sirah. Sekian terimakasih Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Penulis: Abu Zaid Al-Amir Mujahid Pendidikan Kuttab Al-Fatih
Referensi :
- Al-Qur’an Al-Karim
- Beografi Ilmuan Islam
- Modul Kuttab 1
Posting Komentar untuk "Pendidikan Islam Bukan Anti Matematika"
Tulis komentar di sini dan centang tombol "Notify me" atau "Ingatkan kami" agar Antum bisa melihat balasannya. Syukran