Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Kisah Habib bin Zaid dengan Musailamah Al-Kadzab Sahabat yang Jarang Dikenal namun Besar Kemulyaannya

Kisah Habib bin Zaid dengan Musailamah Al-Kadzab(Sahabat yang Jarang Dikenal namun Besar Kemulyaannya)


Kisah Habib bin Zaid ini jarang didengar oleh kebanyakan orang diantara kita, karna biasanya kita lebih sering mendengar kisah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Utsman bIn Affan, Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib ,Bilal bin Rabbah, Usamah bin Zaid dan sebagainya.

Sahabat Abana, kisah ini tak kalah menariknya dengan kisah-kisah sebelumnya. Oleh karna itu, yang sebelumnya kita belum pernah mengenal nama sahabat ini, mari simak kisah sahabat Habib bin Zaid bin Ashim Al Anshari.

Ayah Habib bin Zaid

Bapaknya adalah Zaid bin Ashim, pelopor agama Islam dari Yatsrib, ibunya adalah Ummu Umarah Nusaibah al-Maziniyah.
Zaid bin Ashim adalah salah satu sahabat dari 72 orang yang ikut ke Makkah untuk melakukan Baiat Aqobah kedua, ia pergi bersama istrinya dan dua anaknya, yakni Habib bin Zaid dan Abdullah bin Zaid.

Sungguh keluarga ini keluarga yang penuh pengorbanan terhadap Islam, sekaligus penuh dengan cahaya Iman di hati mereka.

Awal mula kenapa kelarga Habib bin Zaid sangat berkorban terhadap Islam, ketika itu Ibunda Habib menjadi wanita pertama yang menenteng senjata untuk membela agama sedangkan Abdullah bin Zaid (saudara Habib bin Zaid ) juga mengorbankan lehernya untuk melindungi leher Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam.

Melihat kesungguhan keluarga ini, Rasulullah bersabda, "Semoga Allah memberkahi kalian sebagai keluarga dan semoga Allah merahmati kalian sebagai keluarga."

Bagaimana dengan Habib bin Zaid?

Sejak peristiwa baiat Aqobah kedua, Habib bin Zaid lebih mencintai Rasulullah dari pada ayahnya sendiri dan Islam menjadi sesuatu yang sangat berharga untuk hidupnya. Namun karena di usianya yang masih sangat muda, ia tidak mendapatkan kemuliaan untuk memanggul senjata diperang Badar dan perang Uhud.

Akan tetapi setelah itu, ia mengikuti semua perang bersama Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam. Peperangan yang diikuti Habib bin Zaid menjadi  awal dari perjuangan dan persiapan untuk menghadapi perkara yang lebih besar.

Kisah Habib dan Musailamah Al-Kadzzab


Pada tahun 9 Hijriyah, pilar-pilar Islam mulai kokoh, akar-akar dan pondasi mulai kuat, orang-orang Arab dan penjuru jazirah banyak yang mendatangi Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam di Yatsrib untuk mengumumkan keislaman mereka.

Di antara orang-orang yang datang kepada nabi adalah sekelompok utusan dari Bani Hanifah, mereka datang dari pedalaman Nejd, mereka menyerahkan perbekalan mereka kepada seorang laki-laki bernama Musailamah bin Habib al Hanafi (red. Musailamah Al-Kadzzab).

Lalu Musailamah menemui Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam dan mengumumkan keislamannya, dan ia juga mengumumkan kepada kaumnya bahwa ia telah masuk Islam. Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam sangat menghormati rombongan Bani Hanifah ini, sehingga beliau selalu memenuhi kebutuhan perbekalan mereka dan tidak kurang sedikitpun.

Sudah cukup lama mereka berada di Yatsrib, utusan Bani Hanifah in kembali ke tempat asal mereka, yakni di pedalaman Nejd.

Namun, apa yang terjadi setelah Musailamah kembali?

Sekembalinya Bani Hanifah ke Nejd, Musailamah bin Habib murtad, dan ia mengumumkan kemurtadannya kepada kaumnya dan tidak hanya murtad, ia juga mengaku nabi. Orang-orang mengelilinginya dan mendengarkan pengakuannya sebagai nabi kepada Bani Hanifah sebagaimana Muhammad utusan Allah kepada Quraisy.

Bani Hanifah sedikit demi sedikit mengikuti Musailamh dan mereka juga berbaiat kepada Musailamah ini, mereka berkata:

"Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah orang yang benar dan bahwa Musailamah adalah pembual besar, namun bergabung dengan pembual Rabi’ah (Rabia’ah : sebuah kabilah besar diantara kabilah-kabilah arab) lebih aku sukai daripada jujurnya orang Mudhar (Mudhar: kaum Rasulullah)."

Pengaruh pengakuannya Musilamah menjadi Nabi semakin kuat dan kokoh, semakin banyak pengikutnya dan semakin banyak pula pendukungnya. Sehingga hal ini membuat Musailamah semakin percaya diri dan berani mengirim surat kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam.

Musailamah mengutus dua orang laki-laki untuk membawa surat kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam. Dua utusan ini membacakan isi surat Musailamah:

"Dari Musailamah utusan Allah kepada Muhammad utusan Allah, salam untukmu. Amma Ba’du.

Sesungguhnya aku berserikat denganmu dalam perkara ini, kami mempunyai setengah bumi dan setengah lainnya milik Quraisy, namun Quraisy adalah orang-orang yang melampaui batas."

Usai dibacakan surat itu, Rasulullah bertanya kepada 2 utusan Musailamah, "Apa yang kalian katakan?"

Keduanya menjawab, "Kami mengatakan seperti yang dia katakan."

Maka Nabi bersabda, "Demi Allah, seandainya utusan boleh dibunuh niscaya aku sudah memenggal leher kalian berdua."

Nabi membalas surat Musailamah:

"Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dari Muhammad utusan Allah kepada Musailamah al-Kadzdzab, salam kepada siapa yang mengikuti petunjuk. Amma ba’du, sesungguhnya bumi itu milik Allah, Dia mewariskannya kepada hamba-hambaNya yang Dia kehendaki dan akhir yang baik adalah milik orang-orang yang bertaqwa."

Beliau menyerahkan surat itu kepada dua utusan Musailamah Al-Kadzdzab.

Akan tetapi surat balasan dari Rasulullah sama sekali tidak berpengaruh di hati Musilamah, justru Musailamah al-Kadzdzab ini semakin menguat dan pengaruh buruknya semakin luas, maka Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam mengirim surat kepada Musailamah al-Kadzdzab untuk memperingatkannya dengan peringatan yang keras.

Kali ini Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam memilih Habib bin Zaid Al-Anshari untuk membawa surat itu kepada Musailamah Al-Kadzdzab.

Dengan langkah yang gagah, penuh keyakinan tanpa ada ragu sedikitpun, Habib bin Zaid pergi melwati lembah-lembah dan dataran tinggi tanpa rasa takut dan cemas hingga tiba dipedalaman Nejd, tempat tinggal Bani Hanifah. Dan saat itu Habib bin Zaid baru matang-matangnya menjadi remaja yang masih gagah dan kuat.

Begitu surat dari Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam dibaca Musailamah al-Kadzdzab, amarah Al-Kadzab langsung memuncak sedangkan raut wajahnya langsung berubah geram layaknya singa yang sedang kelaparan.

Ia merasa sangat marah, lalu dia memerintahkan kaumnya untuk menangkap Utusan Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam, Habib bin Zaid ini agar diikat. Esok harinya, Musailamah duduk di singgasananya dengan dikelilingi para pembesar Bani Hanifahdan para pengikutnya, ia juga sengaja mengundang orang-orang awam untuk datang.

Tak lama kemudian Habib bin Zaid datang dengan tegap dan gagah, dalam keadaan terikat kaki dan tangannya. Musailamah menoleh kepada Habib bin Zaid dan bertanya:

"Apakah kamu bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah?." Habib menjawab, "Ya, aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah."

Musailamah kembali bertanya: "Apakah kamu bersaksi bahwa aku adalah utusan Allah?." Habib menjawab:

"Telingaku tuli sehingga aku tidak mendengar apa yang kamu katakan barusan."

Wajah Musailamah langsung memerah karena amarahnya yang besar, maka dia berkata kepada algojonya: "Penggalah bagian tubuh orang ini." Maka algojo itu memenggal bagian tubuh Habib bin Zaid hingga terjatuh ke lantai.

Tidak putus asa, Musailamah bertanya lagi berharap Habib bin Zaid mengakui kenabian Musailamah al-Kadzdzab.

"Apakah kamu bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah?"

Habib menjawab : "Ya, aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah."

Musailamah bertanya lagi: "Apakah kamu bersaksi bahwa aku adalah utusan Allah?"

Habib menjawab: "Aku sudah katakan telingaku ini tuli hingga ia tidak mendengar apa yang kamu katakan."

Musailamah semakin marah mendengar jawaban Habib bin Zaid yang tidak berubah sama sekali. Maka ia memerintahkan algojonya untuk memenggal bagian tubuh Habib bin Zaid yang lain.
Pertanyaan Musailamah al-Kadzdzab diulang-ulang lagi, sehingga membuat orang-orang disekelilingnya terkagum akan keteguhan hati Habib bin Zaid terhadap Islam.

Satu persatu tubuh Habib bin Zaid dipotong oleh para algojo Musailamah al-Kadzdzab.
Disinilah nyawa Habib bin Zaid dijemput. Ia meninggal demi membela Rasulullah dan agama Allah, tanpa ragu dan penuh keberanian dan keyakinan.

Kabar kematian Habib bin Zaid ini sampai ketelinga ibunda Habib, Nusaibah, ia merasakan sangat sedih yang mendalam dan berharap Rahmat serta pahala dari Allah.

Kisah Pembunuhan Musailamah Al-Kadzdzab


Pada hari Yamamah, Abu Bakar menyiapkan pasukan untuk memerangi pasukan Bani Hanifah yang dipimpin oleh Nabi palsu, Musailamah al-Kadzdzab. Pasukan Muslimin berbaris dibawah panji-panji Khalid bin Walid.

Ibunda Habib bin Zaid ikut serta dalam barisan perang ini bersama saudara Habib bin Zaid, Abdullah bin Zaid.

Dengan penuh keberanian layaknya singa betina yang mengamuk melawan musuh-musuh Allah serta menuntut kematian anaknya yang dibunuh secara licik dan tidak layak. Nusaibah mengamuk dalam peperangan ini sembari berkata, "Mana Musailamah musuh Allah, tunjukkan kepadaku musuh Allah."

Di saat Nusaibah melihatnya, Musailamah sudah mati terkapar dengan banyak tombak dan hunusan pedang kaum Muslimin. Tatkala melihat nya dalam keadaan itu, ibunda Habib bin Zaid merasa tentram dan lega.

Masing-masig sudah menghadap Rabb, yang satu ke Surga (Habib bin Zaid) dan yang lain ke Neraka (Musailamah Al-Kadzdzab). Semoga Allah merahmati Habib bin Zaid dan keluarganya.

Referensi:
Shuwaru min hayatis Shahabah Dr.Abdurrahman Basya



Tag Hafalan :

  1. Habib bin Zaid berasal dari Yatsrib
  2. Ayah Habib bin Zaid adalah pelopor Islam di atsrib
  3. Ibunda Habib bin Zaid wanita pertama yang menenteng senjata melawan kaum Musyrik
  4. Habib bin Zaid ikut baiat Aqobah bersama ayah ibu dan saudaranya
  5. Habib bin Zaid yang membawa surat Rasulullah untuk Musailamah
  6. Habib Bin Zaid wafat dengan cara dipotong-potong tubuhnya oleh algojo Musailamah 
  7.  Bani Hanifah yang mengaku Nabi palsu bernama Musailamah al-Kadzdzab
  8. Habib bin Zaid tidak mengikuti perang Badar dan perang Uhud karena usianya masih kecil

RPA

Apa RPA> Baca Bonus Abana RPA dan Tag Hafalan

  1. Ayah/Bunda menguatkan kalimat berikut “meski Habib bin Zaid dibunuh pelan-pelan supaya mengakui kenabian Musailamah, dia tetap yakin dan beriman keada Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam”
  2. Habib bin Zaid sosok sahabat muda yang pembarani
  3. Orangtua memberikan hikmah “kita perlu mengenal sahabat-sahabat nabi yang mungkin jarang kita dengar, namun mempunyai banyak hikmah”

Penulis Umi

Sekian dari Abana Kisah Habib bin Zaid dengan Musailamah Al-Kadzab.

2 komentar untuk "Kisah Habib bin Zaid dengan Musailamah Al-Kadzab Sahabat yang Jarang Dikenal namun Besar Kemulyaannya"

Wahid.Ip 4 Oktober 2016 pukul 17.48 Hapus Komentar
Indah
Abu Zaid Amir 4 Oktober 2016 pukul 22.52 Hapus Komentar
dengan menccontoh akan lebih indah :) syukran sudah mau mampir