Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Kisah Adi bin Hatim Ath-Tha’i dan Menjadi Saksi dari Kebenaran Sabda Nabi

Kisah Adi bin Hatim Ath-Tha’i dan Menjadi Saksi dari Kebenaran Sabda Nabi

Kisah Adi bin Hatim Ath-Tha’i, dia adalah seorang raja dari Thai, Ayahnya bernama Hatim seorang pembesar di kabilah Tha’i, yang kemudian Adi lah yang menggantikan kepemimipinannya setelah sang ayah wafat.

Kisah Adi bin Hatim Sebelum Masuk Islam


Sebelum Adi bin Hatim masuk Islam, yakni ketika masih jahiliyyah, Adi bin Hatim beragama Nasrani dan dia diangkat kaumnya menjadi pemimpin pada kabilah Tha’i. Namun, saat cahaya Islam mulai bersinar, dan orang-orang arab dari kabilah demi kabilah mulai masuk Islam dan tunduk kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam, Adi bin Hatim merasa dakwah dan kepemimpinan Rasulullah akan menyingkirkan kedudukannya sebagai pemimpin atau raja.

Sehingga dia memusuhi Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam. Kala itu diantara orang-orang Arab tidak seorangpun yang paling dibenci Adi bin Hatim kecuali Rasulullah. Adi bin Hatim terus memusuhi Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam hingga dua tahun lamanya, setelah dua tahun berlalu, Allah melapangkan dada Adi bin Hatim sehingga dia mau menerima Islam dan beriman kepada Allah, seperti apa kisah masuk Islamnya Adi bin Hatim?

Kisah Adi bin Hatim Masuk Islam

Pada pagi hari, ada seorang hamba sahaya milik Adi bin Hatim datang, dan menemuai sang raja, ia pun berkata, "Tuanku, apa yang kau lakukan jika pasukan Muhammad datang ke negeri ini?."

Adi bin Hatim bertanya, "Mengapa, celaka kau!"

Hamba sahaya menjawab, "Aku melihat panji-panji perang telah datang tidak jauh dari negeri ini, aku bertanya kepada orang-orang di sekitar, dan mereka menjawab bahwa mereka adalah pasukan Muhammad."

Setelah mendengar berita yang dibawakan hamba sahayanya, Adi bin Hatim berniat kabur dari negerinya. Maka Adi bin Hatim berkata, "Siapkan unta dan bawa ia kepadaku."

Adi bin Hatim langsung mengajak keluarganya  untuk meninggalkan Tha’i dan pergi ke Syam untuk berkumpul dengan orang-orang yang seagama dengannya, namun karena Adi bin Hatim tergesa-gesa ada saudarinya yang masih tertinggal di Tha’i. Maka Adi bin Hatim pun sempat bingung, akan tetapi tidak ada pilihan lagi karena ia tak mungkin kembali lagi ke Tha’i. Akhirnya, dia pun meninggalkannya dan melanjutkan perjalanannya ke Syam.

Setibanya di Syam, Adi bin Hatim tinggal bersama orang-orang Nasrani. Sementara saudarinya mengalami sesuatu yang telah di duga Adi bin Hatim sebelumnya (Adi bin Hatim sebelumnya menduga bahwa saudarinya ditawan oleh Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam).

Ketika kaum muslimin menyerang Tha’i, mereka menawan saudarinya Adi bin Hatim lalu digiring ke Yatsrib bersama para tawanan yang lain dan di masukkan ke dalam rumah dekat pintu masjid.

Tatkala Rasulullah berkeliling melewati para tawanan, saudara perempuan Adi bin Hatim melangkah mendekati Rasulullah dan berkata, "Wahai Rasulullah, bapakku telah tiada, penolongku telah pergi. Bebaskanlah aku semoga Allah melimpahkan nikmatNya kepadamu."

Rasulullah bertanya, "Siapa penolongmu?"

"Adi bin Hatim." Jawabnya.

Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam bersabda, "Orang yang berlari dari Allah dan RasulNya?" Lalu beliau langsung berlalu meninggalkannya. Esoknya lagi, saudara perempuan Adi bin Hatim mengulang permintaannya lagi supaya dibebaskan. Namun beliau Shalallahu alaihi wassalam menjawab seperti sebelumnya. Beliau Shalallahu alaihi wassalam menolak pernintaannya.

Hingga pada hari ketiga, saudara Adi bin Hatim ini sudah putus asa, sehingga ketika Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam melewatinya, ia hanya diam saja. Tetapi Ali bin Abi Thalib yang berada di belakang perempuan itu memberi isyarat agar menemui Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam ketiga kalinya.

Maka saudari Adi bin Hatim menemui Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam dan berkata seperti sebelumnya. Akhirnya Rasulullah pun membebaskannya. Setelah membebaskannya, saudari Adi bin Hatim berkata:

"Aku ingin menyusul keluargaku di Syam."

Rasulullah menjawab, "Jangan terburu-buru pergi. sampai engkau menemukan orang yang bisa engkau percaya dari kaummu yang bisa mengantarkanmu ke Syam, jika engkau sudah menemukan orang itu maka katakan kepadaku."

Akhirnya saudari Adi bin Hatim menunggu dan tinggal beberapa hari di Madinah, hingga datanglah rombongan musafir dan di antara mereka terdapat orang yang dipercaya, lalu saudari Adi bin Hatim menemui Rasulullah dan berkata, "Ya Rasulullah, beberapa orang dari kaumku telah datang, mereka bisa dipercaya dan mampu membawaku sampai ke Syam."

Rasulullah pun mengizinkan nya serta membawakan pakaian dan unta sebagai bekal perjalanan untuk saudari Adi bin Hatim. Di saat Adi bin Hatim menunggu-nunggu kabar dan kedatangan saudarinya yang ditawan, terlihat dari kejauhan seorang wanita yang sedang mengendarai unta, menuju kearah Adi bin Hatim, ternyata ia adalah saudari Adi bin Hatim.

Adi bin Hatim langsung tercengang melihatnya, seakan tak percaya bahwa yang datang adalah saudarinya yang selama ini ia khawatirkan, ia juga merasa kagum terhadap kebaikan Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam terhadap para tawanan, padahal selama ini Adi bin Hatim sangat memusuhinya.

Saudari Adi berkata, "Sungguh saudara pemutus silaturrahmi dan dzolim, Kau pergi membawa anak-anakmu dan keluargamu namun meninggalkan orangtua mu dan saudari mu."

Adi bin Hatim berkata, "Wahai saudariku berkata lah yang baik." Maka Adi bin Hatim minta maaf kepada saudarinya hingga ia mau memaafkannya.

Adi bin Hatim berkata, "Wahai saudari ku sebagai wanita yang tegas dan cerdas apa pendapatmu tentang Muhammad?"

Saudarinya menjawab, "sungguh aku menyarankan kepadamu untuk menemuinya, jika dia seorang Nabi maka orang yang beriman kepadanya dengan segera meraih keutamaannya, namun jika dia hanya seorang raja maka engkau tetap tidak akan terhina, karena engkau adalah engkau."

Mendengar kata-kata saudarinya, Adi bin Hatim segera menyiapkan perbekalan dan pergi ke Madinah tanpa jaminan keamanan dan surat perjanjian. Perlu diketahui, bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam pernah bersabda terkait Adi bin Hatim ini, "Sesungguhnya aku sangat berharap Allah meletakkan tangan Adi di atas tanganku."  Sabda Nabi tersebut benar-benar telah dikabulkan oleh Allah.

Sesampainya Adi di Madinah, beliau langsung menemui Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam yang sedang berada di Masjid. Adi bin Hatim mengucap salam.

Rasulullah bertanya, "Siapa?"

"Adi bin Hatim." Jawabnya

Maka Rasulullah berdiri dan datang kepada Adi bin Hatim dan menggandengnya berjalan kerumah beliau. Ketika beliau berjalan dengan Adi, beliau bertemu dengan seorang wanita tua bersama anak kecil yang sedang kesusahan, mereka mengadu kepada Rasulullah, lalu Rasulullah memberikan segala kebutuhan wanita tersebut. Maka Adi bin Hatim berkata dalam dirinya, "Sungguh dia bukan seorang Raja."

Kemudian beliau menggandeng Adi lagi, hingga sampai dirumah Nabi. Lalu Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam menyiapkan satu buah tikar yang empuk, lalu mempersilakan Adi bin Hatim untuk duduk, namun Adi bin Hatim menolaknya, namun Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam tetap memintanya untuk duduk diatas tikar itu sedangkan Rasulullah duduk diatas tanah. Hal itu dikarnakan di rumah beliau hanya ada satu tikar.

Maka setelah melihat kejadian yang kedua ini, Adi bin Hatim berkata dalam dirinya, "Demi Allah, jika dia seorang raja maka dia tidak akan melakukan hal ini."

Rasulullah memandangku dan berkata, "Wahai Adi bin Hatim bukankah kamu ini seorang rukusi yang beragama dengan agama di antara Nasrani dan Shabi’ah?"
Adi menjawab, "Benar."

Rasulullah bersabda, "Bukankah kamu memberlakukan ketentuan seperempat harta rampasan perang kaummu untuk dirimu kemudian kamu memakan harta yang tidak halal dalam agamamu?"

"Benar" Jawab Adi.


Rasulullah kembali bersabda, "Wahai Adi, mungkin kamu menolak untuk masuk agama ini karena, 

1.kamu melihat kemiskinan dan kemelaratan kaum muslimin. Demi Allah, sudah dekat masanya dimana harta akan melimpah di kalangan mereka sehingga tidak ada lagi yang berkenan menerimanya. 

2.karena kamu melihat jumlah kaum muslimin yang sedikit dan jumlah musuh mereka yang banyak, demi Allah telah dekat saatnya dimana kamu akan mendengar seorang wanita Qadisiyah mengendarai untanya sendiri ke Ka’bah tanpa rasa takut kepada siapapun kecuali Allah.

3.karena kamu melihat bahwa kerajaan dan kekuasaan hanya dipegang oleh selain muslimin, demi Allah tidak lama lagi kamu akan mendengar bahwa istana putih di bumi Babil (daerah Irak) akan takluk kepada mereka dan bahwa harta kekayaan Kisra bin Hurmuz berpindah ke tangan mereka."

Adi bin Hatim berkata, "Harta kekayaan Kisra bin Hurmuz?"


Nabi menjawab, "Ya, harta kekayaan Kisra bin Hurmuz."

Setelah mendengar semua sabda Rasulullah, Adi bin Hatim masuk Islam dan langsung berbaiat kepada Rasulullah.

Adi bin Hatim diberi umur yang panjang sehingga ia telah membuktikan kebenaran sabda Rasulullah. Adi bin Hatim melihat sendiri ada seorang wanita Qadisiyah yang mengendarai unta sendirian ke Ka’bah tanpa ada rasa takut kecuali kepada Allah, dan ia juga telah membuktikan sendiri bahwan Adi bin Hatim berada di barisan depan dalam pasukan muslimin yang melawan Kisra dan mendapat harta rampasan.

Namun yang ketiga Adi bin Hatim belum melihatnya, akan tetapi ia bersumpah yang ketiga pasti akan terjadi.

Benar, sabda Rasulullah yang ketiga terjadi pada saat kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz, yakni harta kekayaan mengalir di tangan kaum muslimin sehingga Umar memanggil masyarakat untuk menerima zakat, namun mereka menolaknya.

Penulis : Abdullah

Referensi: Shuwaru min hayati shahabah  Dr. Abdurrahman Ra’fat Basya

Tag Hafalan 
  1. Sebelum masuk islam, Adi bin Hatim adalah seorang pembesar i kabilah Tha’i
  2. Adi bin Hatim beragama Nasrani ketika masih jahiliyyah
  3. Adi bin Hatim kabur ke Syam saat pasukan Muslimin datang ke negerinya, Tha’i dan meninggalkan saudarinya di Tha’i, sehingga ia ditawan oleh kaum muslimin.
  4. Adi bin Hatim masuk Islam setelah pembebasan saudarinya dari tawanan muslimin

RPA 

Apa RPA? Baca Bonus Abana RPA dan Tag Hafalan

  1. Ayah Bunda menjelaskan ke anak bahwa apa yang dikatakan Rasulullah pasti terjadi salah satu sabda Nabi bahwa anak sholih akan masuk surga
  2. Ayah Bunda menjelaskan ke anak sifat Raja bagi Allah, Adi bin Hatim hanyalah raja bagi manusiaa sedangkan Allah Raja bagi seluruh Raja.

Silakan Ayah/Bunda tambahkan sendiri. Demikianlah Kisah Adi bin Hatim ath-Tha’i masuk Islam sekaligus menjadi saksi dari kebenaran sabda Nabi.

Posting Komentar untuk "Kisah Adi bin Hatim Ath-Tha’i dan Menjadi Saksi dari Kebenaran Sabda Nabi"