Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Kisah Sahabat Zaid bin Tsabit Sang Penulis Wahyu Sekaligus Guru bagi Abdullah bin Abbas

Kisah Zaid bin Tsabit, perjalanan hudupnya sebagai penulis wahyu serta ia habiskan bersama Rasulullah untuk belajar.  Siapa penulis wahyu? tentu saja Zaid bin Tsabit


Kisah Sahabat Zaid bin Tsabit- Kali ini Abana akan berkisah mengenai sahabat nabi yang mulia, dia adalah sang penulis wahyu sekaligus guru bagi Abdullah bin Abbas. Siapa lagi kalau bukan Zaid bin Tsabit Al-Anshari.

Dimulai saat dia berusia 13 tahun, tepatnya pada 2 H menjelang Perang Badar. Tatkala Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam sedang menyiapkan pasukan serta melihat-lihat barisan kaum muslimin, Baginda Rasulullah mendapati Zaid bin Tsabit sedang berbaris di antara pasukan muslimin lainnya. Di sana Zaid terlihat sedang membawa pedang yang tingginya hampir melebihi badannya.

Lalu Zaid bin Tsabit memandangi Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam sembari berkata: "Wahai Rasulullah, aku mengorbankan diriku demi dirimu, izinkan aku berangkat bersamamu, aku ingin berjihad melawan musuh Allah dibawah panji-panjimu."

Nabi pun tersenyum kagum melihat semangatnya Zaid bin Tsabit. Setelah itu Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam membelainya dengan penuh kasih sayang, kemudian beliau memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk pulang karena dia masih anak-anak yang baru berusia 13 tahun.

Zaid bin Tsabit Al Anshari pulang dalam keadaan sedih karna tidak bisa membersamai Rasulullah dalam perang Badar, begitu juga dengan ibunya, dia sedih saat mendengar Zaid bin Tsabit tidak bisa ikut serta bersama pasukan kaum muslimin. Padahal kala itu ibunya sangat menginginkan putranya bisa membersamai Rasulullah didalam perang pertama kali yang beliau ikuti.

Kisah Semangat Belajar Zaid bin Tsabit Demi Cita-Citanya


Usia bukan menjadi patokan kedewasaan seseorang, kadangkala orang tersebut akan dewasa karna ilmunya sebagaimana Abdullah bin Abbas yang sudah pernah kami tulis. Dan ada juga yang dewasa karna keimanan yang tinggi terhadap Allah dan RasulNya. Seperti sahabat yang satu ini, Zaid adalah sahabat yang usianya tergolong masih anak-anak, namun dia sudah mempunyai pemikiran yang luar biasa dan semangat yang tinggi dalam hal kebaikan.

Setelah Zaid bin Tsabit tidak mendapatkan izin dari nabi untuk mengikuti perang Badar, dia selalu berfikir untuk berkhidmat kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam. Dia memikirkan sebuah cara agar dirinya bisa menjadi pelayan Rasulullah, dan dia yakin bahwa ada cara lain untuk membantu nabi selain mengikuti perang bersama Rasulullah.

Dari sinilah, Akhirnya Zaid bin Tsabit menemukan cara, ia memulai menghafal Al-Qur’an dengan baik serta melatih dirinya menulis. Singkat cerita, Setelah Zaid bin Tsabit banyak hafalannya dan bagus bacaannya serta mahir dalam menulis, ia langsung mengajukan perizinan kepada sang ibu untuk menjadi penerjemah dan penulis untuk Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam.

Setelah mendengar perkataan Zaid, ibunya langsung mengizinkannya dan dia merasa senang terhadap hal itu, lalu sang ibu mengumumkan kepada kaumnya tentang keinginan Zaid bin Tsabit Al Anshari, kaumnya pun senang dan setuju dengan keinginan Zaid bin Tsabit. Setelah terjadi kesepakatan di antara kaumnya, mereka langsung mendatangi Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam dan berkata:

"Wahai Rasulullah, ini adalah putra kami Zaid bin Tsabit, dia sudah menghafal tujuh belas surat dalam Al-Qur’an dan membacanya dengan baik dan benar, dia juga mempunyai kemampuan membaca dan menulis, dia ingin selalu menyertaimu, maka dengarkanlah dia jika engkau berkenan."

Lalu Zaid bin Tsabit menghadap Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam dan membacakan surat-surat dalam Al-Qur’an yang ia hafal dengan bacaan tartil dan baik. Maka Rasulullah pun kagum dengan Zaid bin Tsabit Al Anshari, bacaan Al-Qur’an nya sangat bagus dan benar, bahkan dia paham betul semua isi Al-Qur’an. Tanpa ragu-ragu Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam langsung mengangkat dia sebagai penulis wahyu dan penerjemah untuk beliau Shalallahu alaihi wassalam.

Saat Baginda Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk mempelajari tulisan orang yahudi (Ibrani), maka Zaid pun belajar Bahasa Ibrani. Selain itu, Zaid bin Tsabit Al Anshari juga mempelajari bahasa Suryaniyah. Dengan segala kecerdasan anak muda ini, dia bisa menjadi penerjemah untuk Rasulullah.

Rasulullah merasa nyaman dan tentram dengan amanah, kekuatan dan ketepatan pemahaman Zaid, sehingga Nabi Muhammad sangat mempercayainya. Setiap kali wahyu turun kepada Rasulullah, Zaid bin Tsabit langsung menulisnya murni melalui lisan Rasulullah, lengkap semua, dari sebab turunnya Ayat sampai tafsirnya. Dan semuanya ditulis oleh Zaid bin Tsabit Al Anshari.

Subhanallah kecerdasan yang sungguh luar biasa di usianya yang masih terbilang muda.

Setelah sekian lama bersama Rasulullah, Zaid bin Tsabit Al Anshari menjadi seorang ahli dalam bidang Al-Qur’an, karna dia tahu segalanya isi Al-Qur’an. Sehingga jika para sahabat sedang dilanda suatu perkara yang rumit, mereka langsung bermusyawarah dan di dalam majlis musyawarah itu ada Zaid bin Tsabit dan para sahabat menyerahkan urusan tersebut kepada Zaid bin Tsabit.

Kisah Zaid bin Tsabit di Masa Kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq


Di saat jasad Rasulullah  Shalallahu alaihi wassalam belum sempat dimakamkan, orang-orang Muhajirin dan Anshar meributkan soal khilafah pengganti nabi. Muhajirin merasa bahwa kekhalifahan berhak atas mereka, begitu juga dengan orang Anshar, masing-masing mereka merasa berhak untuk menjadi Khalifah.

Seketika Zaid bin Tsabit langsung memutuskan dengan ilmunya yang luar biasa, dengan kecerdasannya dan lisannya yang fasih dia berkata, "Sesungguhnya Rasulullah dari kalangan Muhajirin, maka yang berhak atas kekhalifahan sesudahnya adalah orang Muhajirin juga, sedangkan kami adalah orang Anshar( penolong) bagi Khalifah sesudahnya dan pendukung di atas kebenaran."

Subhanallah sungguh kebijaksanaannya yang luar biasa serta kalimat fasih dari seorang Zaid bin Tsabit. Setelah mendengar perkataan Zaid ini, semua orang langsung berlapang dada menerima apa yang ia katakan. Tiba-tiba Zaid bin Tsabit menarik tangan Abu Bakar dan berkata, "Ini adalah Khalifah kalian, baiatlah ia."

Begitulah cara Zaid bin Tsabit memutuskan perkara yang rumit, bahkan para Khulafa’ sesudah Rasulullah selalu meminta pendapatnya di saat ada perkara yang sulit, itu semua dikarenakan kedekatan Zaid bin Tsabit Al Anshari dengan Rasulullah saat masih hidup dan pemahamannya yang baik terhadap isi Al- Qur’an.

Kisah Zaid bin Tsabit di Masa Kekhalifahan Umar bin Khattab


Umar bin Khattab berkata, "Jika kalian ingin tahu tentang Al-Qur’an maka datangilah Zaid bin Tsabit Al- Anshari dan jika kalian ingin tahu tentang fiqih maka datanglah kepada Muadz bin Jabal karena dialah ahlinya, dan jika kalian ingin tahu tentang harta maka datanglah kepadaku, karena Allah menjadikanku sebagai pembagi dan pengurusnya."

Sejak itu semua orang berbondong-bondong datang kepada Zaid bin Tsabit Al Anshari untuk mengambil ilmunya, para penuntut ilmu sangat memuliakannya dan sangat menghormatinya. Di kisahkan bahwa, Saat Zaid bin Tsabit Al Anshari hendak mengendarai kuda, datang Abdullah bin Abbas, lalu ia memegang tali pelananya untuk Zaid bin Tsabit.

Zaid berkata, "Biarkanlah wahai sepupu Rasulullah." Ibnu Abbas menjawab, "Demikianlah kita diperintahkan untuk memperlakukan ulama’ kita."
Zaid berkata, "Ulurkan tanganmu."

Maka Ibnu Abbas mengulurkan tangannya lalu Zaid bin Tsabit  mencium tangannya sambil berkata, "Beginilah kita diperintahkan untuk memperlakukan keluarga Rasulullah."

Kisah Wafatnya Zaid bin Tsabit Al-Anshari


Lautan ilmu telah menghilang, Zaid bin Tsabit meninggal dunia dan dimakamkan bersama jasadnya, orang-orang Muslim sangat bersedih karenanya. Abu Hurairah berkata, "Hari ini Ulama’ besar umat ini telah wafat, semoga Allah menjadikan Ibnu Abbas sebagai penerusnya."

Siapa lagi yang bakal mengucapkan bait-bait syair setelah Hasan dan putranya dan siapa yang bakal menjelaskan makna-maknanya sesudah Zaid bin Tsabit Al Anshari.( Hasan bin Tsabit).

Itulah Kisah Sahabat Zaid bin Tsabit Sang Penulis Wahyu Sekaligus Guru Bagi Abdullah bin Abbas, apa yang dimiliknya mulai dari semangatnya serta keilmuannya bisa menggugah semangat kita dan para pembaca Abana.

Sekian Wassalamualaikum ...

Penulis Ummu Zaid

Referensi:

Shuwaru Min Hayatis Shahabat Dr.Abdurrahman Ra'fat Basya


Tag Hafalan
  1. Zaid bin Tsabit sudah beragama islam sejak kecil
  2. Zaid bin Tsabit menjadi penerjemah dan penulis wahyu untuk Rasulullah
  3. Zaid bin Tsabit yang memutuskan kekhilafahan sepeninggal Rasulullah yakni Abu Bakar sebagai khalifah.
  4. Zaid bin Tsabit ahli dalam bidang Al-Qur’an
  5. Zaid bin Tsabit adalah guru Abdullah bin Abbas

RPA

Apa RPA? Baca Bonus Abana RPA dan Tag Hafalan

  1. Ayah/Bunda mengajarkan anak-anak untuk tidak menyerah dalam melakukan kebaikan, sebagaimana Zaid bin Tsabit yang berusaha berkhidmat kepada nabi.
  2. Ayah/Bunda berkata kepada anak bahwa “Allah mengankat derajat seseorang dengan ilmunya” dan dengan ilmu, bisa memeri manfaat kepada orang lain. Sebagaimana Zaid yang membantu menenangkan para sahabat yang berselisih.
  3. Ayah/Bunda mengajarkan anak adab, bagaimana menghormati guru atau ahli ilmu. Sebagaimana perlakuan Abdullah bin Abbas terhadap gurunya Zaid.
  4. Yang terakhir, katakan kepada anak-anak, bahwa orang yang salih dan hafal Al-Qur’an serta banyak ilmu, akan membuatnya mudah untuk masuk Surga. Semoga dengan ini mereka bisa semangat belajar dan menghafal

2 komentar untuk "Kisah Sahabat Zaid bin Tsabit Sang Penulis Wahyu Sekaligus Guru bagi Abdullah bin Abbas"

alfi anggraeni 11 Oktober 2016 pukul 20.19 Hapus Komentar
sungguh kisah yang menginspirasi,, kisah sahabat rasulullah memang sangat bijaksana dan pintar.. Thx udah mengunjungi TAUSIYAH TELADAN
Abu Zaid Amir 7 November 2016 pukul 20.02 Hapus Komentar
Syukran dah mau mampir..