Tantangan Orangtua dan Guru untuk Mencetak Generasi Qurani
Mencetak generasi qurani • Al-Qur'an sudah menjadi tolak ukur suatu generasi. Saat Al-Qur'an ini hidup di sebuah generasi, maka pasti akan menjadi generasi unggulan bagi pemimpin bumi. Namun saat Al-Qur'an ini jauh dari generasi, maka masyarakat negri akan gelap dalam dekapan jahiliyah dan muslim tidak mampu menjadi pemimpinnya. Bukankah hari ini sudah terbukti di negara kita?
Lihatlah saat Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam hadir di tengah generasi yang terpuruk. Mereka telah lalai terhadap penciptanya. Syahwat adalah tuhan mereka, dan kejahilan lah yang ada pada diri mereka. Yang kuat memakan yang lemah. Lalu Nabi Shalallahu alaihi wassalam datang dan diutus untuk memperbaiki bumi beserta penghuninya. Memberi keadilan yang harus ditegakkan. Mengembalikan manusia pada posisinya, yaitu manusia harus hidup dengan cara manusia dengan kehormatannya.
Apa langkah Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam untuk memperbaiki umat? Kurikulum apa yang diberikan oleh Allah Subhanahu wataala? Jawabannya tidak lain hanya satu: Membangun dan mencetak generasi qurani.
Generasi qurani adalah generasi yang bukan hanya hafal Al-Qur'an lalu tidak mengamalkannya. Namun generasi qurani ialah yang menghafalkan Al-Qur'an serta mengamalkan isi Al-Qur'an tersebut. Selain itu, kita juga membutuhkan bimbingan wahyu yang redaksionalnya dari Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam, yang disebut dengan hadist.
Baca juga:
Baca juga:
8 Cara Berintraksi dengan Al-Qur'an
Faktanya, sekarang banyak sekali remaja yang sudah pernah hafal Al-Qur'an akan tetapi adab dan prilakunya jauh dari itu. Apakah 30 Juz yang sudah mereka baca belum cukup untuk merubah hidup mereka? Entahlah.
Maka memang benar apa yang dikatakan sahabat Jundub bin Abdillah:
عن جُنْدُبِ بن عبد الله قال: كنا مع النبي صلى الله عليه وسلم ونحن فِتْيَانٌ حَزَاوِرَةٌ فتعلمنا الإيمان قبل أن نتعلم القرآن ثم تعلمنا القرآن فازددنا به إيماناً
( رواه ابن ماجة (61) والطبراني في المعجم الكبير (1678) والبيهقي في سننه الكبرى (5075) وهو حديث صحيح )
Dari Jundub bin Abdillah beliau berkata:
"Dahulu kami ketika remaja bersama Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam, kami belajar iman sebelum Al Qur'an kemudian setelah kami belajar Al Qur'an bertambahlah keimanan kami. Sedangkan kalian sungguh pada hari ini justru belajar Al Qur'an dulu sebelum belajar iman" (Riwayat At Thabrani, Al Baihaqi, Ibn Majah, dishahihkan Al Albani).
Maka dari sini kita tahu pentingnya kita mengajarkan karakter iman kepada anak sejak dini tanpa melupakan Al-Qur'an. (Silahkan lihat penjelasan belajar iman sebelum Al-Qur'an di SINI)
Al-Qur'an Harus Menjadi yang Pertama dan Utama Demi Terwujud Generasi Qurani
Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak menjadikan Al-Qur'an sebagai yang utama dalam setiap generasi. Sepertinya kita lupa bahwa Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam tidak mendapat panduan lain saat ditugaskan memperbaiki generasi kecuali dengan Al-Qur'an. Bukan dengan kemajuan teknologi, informasi dan sebagainya.
Keyakinan ini semakin kuat saat kami mendengar hadist Nabi Shalallahu alaihi wasalam, diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitabnya no 817:
عَنْ عُمَرُ قَالَ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم:إِنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ
"Sesungguhnya Allah mengangkat derajat suatu kaum dengan Kitab ini (Al-Qur'an) dan Allah merendahkan kaum yang lainnya (yang tidak mau membaca, mempelajari dan mengamalkan Alquran)." (HR Muslim)
Dikisahkan Nafi bin Abdul Harist bertemu Umar bin Khattab di Usfan. Nafi bertanya kepada Umar, "Siapa yang kamu angkat jadi pejabat bagi masyarakat al-Wadi?" Umar menjawab, "Ibnu Uzza.
"Siapa Ibnu Uzza?" Tanya Nafi kepada Umar.
Umar menjawab, "Salah satu mantan budak kami" Lalu Nafi bertanya lagi, "Anda mengangkat seorang budak?"
Maka Umar menjelaskan: "Dia ahli Al-Qur'an. Dia juga ahli Ilmu Islam, selanjutnya Umar membacakan hadist di atas." Masyaallah, inilah masa pemerintahan yang adil dan dirasakan oleh penduduk bumi. Semua orang pada saat itu hingga hari ini pun bersaksi betapa hebatnya Umar sebagai seorang pemimpin tertinggi dan menjadi salah satu pemimpin besar.
Inilah yang mejadi salah satu tolak ukur kepemimpinan yang adil. Yaitu siapa pun yang ahli dalam Al-Qur'an dan ilmu Islam. Maka mari kita sebagai orangtua atau guru untuk bersemangat lagi menumbuhkan generasi qurani. Carilah pendidikan yang dapat menumbuhkan jiwa anak-anak kita dengan jiwa Al-Qur'an dan memiliki visi membangun generasi qurani. Yang Al Qurannya bukan hanya dihafalkan namun juga diamalkan.
Mari kita melihat sebagian fakta orang-orang besar dalam sejarah Islam berikut ini:
a. Masa Generasi Qurani, Para ulama rabbani lahir ketika Al-Qur'an menjadi yang pertama dan utama
- Imam Syafi'i (150 H-204 H). Hafal Al-Qur'an ketika usia 7 tahun.
- Imam Ath-Thabari (224 H-310 H). Hafal Al-Qur'an usia 7 tahun.
- Ibnu Qudamah (541 H-620 H). Hafal Al-Qur'an usia 10 tahun.
- Ibnu Hajar Al-Atsqalani (w: 852 H). Hafal Al-Qur'an usia 9 tahun.
b. Masa Generasi Qurani, Para Ilmuwan muslim lahir ketika Al-Qur'an menjadi yang pertama dan utama:
- Ibnu Sina (370 H-428 H). Hafal Al-Qur'an usia 10 tahun.
- Ibnu Khaldun (732 H-808 H). Hafal Al-Qur'an usia 7 tahun.
- Al-Biruni (362 H-440 H). Hafal Al-Qur'an usia kecil (usia baligh ketika itu kira-kira 15 tahun).
c. Masa Generasi Qurani, Para pemimpin muslim lahir ketika Al-Qur'an menjadi yang pertama dan utama:
- Umar bin Abdul Aziz (61 H-101 H) pemimpin yang menyelesaikan permasalahan bangsa hanya dalam 29 bulan. Hafal Al-Qur'an saat masih kecil.
- Muhammad al-Fatih (833 H-886 H) penakluk Konstatinopel. Hafal Al-Qur'an di usia masih kecil.
Jadi, jelas sekali untuk kita. Mereka yang hidup pada masa generasi qurani telah mengirimkan pesan untuk kita bahwa mereka hadir menjadi orang besar di bumi ini bahkan namanya masih terus hidup hingga hari ini begitu juga ilmu dan karyanya, karena ternyata mereka menjadikan Al-Qur'an yang pertama dan utama.
Kesimpulam dari penjelasan kami di atas adalah, supaya kita lebih giat lagi untuk menumbuhkan generasi qurani, sebagaimana cara Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam dalam membangun generasi. Setelah itu, generasi kita akan menjadi generasi gemilang. Gemilang dengan keimanannya.
Hendaknya mencari pendidikan yang benar-benar dapat membuat anak kita menjiwai Al-Qur'an. Bukan hanya banyaknya hafalan namun tidak ada adab di jiwanya. Untuk konsep pendidikan itu, silahkan Antum baca artikel yang sudah kami tulis di bawah ini:
Cara Memulai Pendidikan Islam dan Sejarah Kuttab Pendidikan Islam yang Ada Pada Zaman Nabi
Kesimpulam dari penjelasan kami di atas adalah, supaya kita lebih giat lagi untuk menumbuhkan generasi qurani, sebagaimana cara Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam dalam membangun generasi. Setelah itu, generasi kita akan menjadi generasi gemilang. Gemilang dengan keimanannya.
Hendaknya mencari pendidikan yang benar-benar dapat membuat anak kita menjiwai Al-Qur'an. Bukan hanya banyaknya hafalan namun tidak ada adab di jiwanya. Untuk konsep pendidikan itu, silahkan Antum baca artikel yang sudah kami tulis di bawah ini:
Cara Memulai Pendidikan Islam dan Sejarah Kuttab Pendidikan Islam yang Ada Pada Zaman Nabi
Baik, sampai sini saja penjelasan tentang tugas orangtua dan guru untuk mencetak generasi qurani. Semoga bermanfaat, silahkan bagikan sebanyak-banyaknya. Syukaran. Penulis Mujahid Pendidikan Abu Zaid Al-Amir Referensi: Disalin dari tulisan Ustadz Budi Ashari lc dalam Mudul Kuttab 1, dengan banyak perubahan penataan bahasa dan tata letak.
13 komentar untuk "Tantangan Orangtua dan Guru untuk Mencetak Generasi Qurani"
AMIN terima kasih atas uraian artkel ini semoga senantiasa selalu damain umat islam ini !!!!
Tulis komentar di sini dan centang tombol "Notify me" atau "Ingatkan kami" agar Antum bisa melihat balasannya. Syukran