Kisah Khadijah binti Khuwailid Istri Tercinta Rasulullah
Kisah Khadijah binti Khuwailid adalah kisah cinta yang indah dan penuh berkah. Wanita dan pria terbaiklah yang menjadi perannya. Alur perjalanan cintanya memanjakan pandangan pembaca. Karena cinta ini bukan cinta biasa, namun cinta yang dibalut keimanan kepada Yang Maha Kuasa.
Khadijah binti Khuwailid adalah istri dari manusia pilihan Allah, yaitu Muhammad Shalallahu alaihi wassalam. Beliau istri yang paling dicintai Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam, sampai-sampai Rasulullah tidak pernah menikah dengan wanita lain sampai Khadijah meninggal. Artinya, selama Ummul Mukminin Khadijah Radiyallahuanha masih hidup, dia menjadi wanita pertama dan terakhir yang ada di hati Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam. Subhanaallah.
Kisah Khadijah binti Khuwailid Bertemu dengan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam
Cerita ini dimulai saat baginda Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam masih remaja. Beliau kala itu tidak memiliki pekerjaan tetap, hanya saja Rasulullah sering menggembala kambing di kalangan orang-orang Makkah dan Bani Sa'ad dengan imbalan uang beberapa dinar.
Pada saat itu Rasulullah dikenal sebagai pemuda yang baik, jujur perkataannya dan memiliki kredibilitas yang mulia. Sedangkan Khadijah binti Khuwailid adalah seorang wanita pedagang,kaya raya, dan terpandang. Dia biasa menyuruh orang-orang menjalankan barang dagangannya, dengan membagi sebagian hasilnya kepada mereka. Tatkala Khadijah mendengar kabar tentang akhlak dan sifat beliau, maka dia pun mengirimkan utusan dan menawarkan kepada beliau agar berangkat ke Syam untuk menjalankan barang dagangannya bersama pembantunya Maisarah. Serta menjanjikan imbalan yang lebih banyak dari imbalan yang pernah ia berikan kepada dagangan lain.
Pada usia 25 tahun, beliau pun berangkat menuju Syam bersama Maisarah untuk menjalankan dagangan Khadijah. Ketika dalam perjalanan Maisarah melihat sifat-sifat yang mulia dari Rasulullah, bahkan dia melihat kejadian-kejadian yang tidak biasa dilihat oleh mata manusia. Setiap beliau melewati jalan tersebut, pepohonan dan bebatuan bersujud kepada Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam, dan masih banyak keberkahan-keberkahan lainnya yang ia dapat selama berjalan bersama Nabi.
Setelah selesai berdagang, Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam dan Maisarah kembali ke Makkah. Setibanya di Makkah, Khadijah binti Khuwailid merasakan keberkahan dari dagangannya. Beliau meraup keuntungan yang melimpah, bahkan tidak pernah sebanyak itu sebelumnya.
Dari sini lah pertemuan Khadijah dan Rasulullah di mulai. Apalagi Maisarah mengabarkan kepada Khadijah terkait apa yang dilihatnya pada diri Rasulullah selama menyertainya. Bagaimana sifat-sifat beliau yang mulia, kecerdikan dan kejujuran beliau, dan lain sebagainya. Maka seakan-akan Khadijah menemukan barang yang telah lama hilang dan sangat diharapkan untuk kembali.
Pernikahan Rasulullah dengan Khadijah binti Khuwailid
Siti Khadijah berumur 40 tahun, yang masa itu dia merupakan wanita yang cantik, santun, pandai dan terpandang serta keistimewaan-keistimewaan lainnya. Sebenarnya sudah banyak sekali para pemuka dan pemimpin kaum yang melamarnya. Namun, dia tidak mau.
Hingga akhirnya orang yang diharapkannya telah tiba. Hatinya sudah siap untuknya. Dialah Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam Sang Pujaan hatinya. Maka seketika itu, ia teringat rekannya yang bernama Nafisah binti Munyah. Khadijah pun meminta kepada rekannya ini untuk menemui Rasulullah dan membuka jalan agar beliau mau menikah dengannya.
Ternyata, beliau Shalallahu alaihi wassalam menerima tawarannya. Lalu Rasulullah menemui paman-pamannya dan paman-paman nabi langsung menemui paman-paman Khadijah untuk mengajukan lamarannya. Setelah semua dianggap beres, maka perkawinan siap dilaksanakan.
Dua bulan sepulang dari Syam, beliau melaksanakan acara pernikahan dengan Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid, dengan maskawin 20 ekor unta. Pernikahan ini dihadiri oleh Bani Hasyim dan Pemuka Bani Mudhar. Dialah wanita pertama yang dinikahi Rasulullah Shalallhu alaihi wassalam.
Adapun buah hati dari pernikahannya adalah, Al-Qasim, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, Fatimah dan Abdullah. Sedangkan Abdullah dijuluki dengan at-Tayyib dan ath-Tahir. Semua putra-putra Rasulullah meninggal dunia selagi masih kecil, termasuk Ibrahim yang dilahirkan dari istri beliau yang bernama Mariah Al-Qibtiyah.
Sedangkan putri-putri beliau sempat menjumpai Islam serta ikut berhijrah. Hanya saja mereka meninggal dunia selagi beliau masih hidup, kecuali Fatimah yang meninggalnya selang 6 bulan sepeninggal ayahnya Shalallahu alaihi wassalam.
Perhatian dan Keimanan Khadijah Setelah Menikah dengan Rasulullah dan Bentuk Pembelaan Terhadap Islam
Ketika Rasulullah menyendiri dan beribadah di Gua Hira'. Datanglah Malaikat Jibril dan berkata, "Bacalah!" Rasulullah menjawab, "Aku tidak bisa membaca." Hingga akhirnya Jibril merangkul beliau sampai terasa sesak, lalu Jibril melepaskannya dan kembali berkata, "Bacalah!" Beliau menjawab lagi, "Aku tidak bisa membaca." Hal itu terjadi hingga tiga kali, malaikatJibril merangkul beliau dan berkata, "Bacalah dengan (menyebut) nama Rabb mu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Rabb mu yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." Q.S Al-Alaq: 1-5
Kemudian Rasulullah pulang dalam keadaan gemetar ketakutan, beliau masuk menemui Khadijah binti Khuwailid seraya berkata, "Selimutilah aku. Selimutilah aku." Khadijah bergegas mengurus beliau dan menenangkan hati beliau sambil mengompres kepalanya. Setelah rasa takut itu hilang, Rasulullah berkata, "Wahai Khadijah apa yang terjadi padaku?" lalu beliau mencerita kan kejadian saat di gua Hira.
Kemudian beliau Shalallahu alaihi wasslam berkata, "Aku mengkhawatirkan keselamatan diriku." Khadijah sebagai istri yang sangat lembut dan santun berusaha menenangkan beliau dengan berkata, "Sekali-kali tidak, demi Allah. Allah tidak akan menghinakanmu selamanya, karena engkau suka menyambung tali silaturrahmi, selalu berbicara jujur, memikul beban orang lain, memberi makan orang miskin, menjamu tamu dan menolong orang untuk menegakkan kebenaran."
Setelah itu Khadijah membawa beliau pergi menemui Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abul Uzza, saudara sepupu Khadijah, Waraqah adalah orang Nasrani semasa jahiliyyah, dia menulis kitab dalam bahasa Ibrani, juga menulis Injil dalam Bahasa Arab seperti yang Allah kehendaki. Dan dia sudah berusia lanjut. Setelah Khadijah dan Rasulullah bertemu dengan Waraqah,
Khadijah berkata, "Wahai sepupuku, dengarkan kisah saudara sepupumu ini (Rasulullah)."
Waraqah bertanya kepada beliau, "Apa yang engkau lihat, wahai saudara sepupuku?"
Rasulullah menceritakan apa yang terjadi saat beliau di gua Hira. Mendengar cerita Rasulullah, Waraqah berkata, "Ini adalah Namus (Malaikat Jibril) yang diturunkan kepada Musa, andai saja saat itu aku masih muda dan aku masih hidup saat kaummu mengusirmu." Rasulullah bertanya, "Benarkah mereka akan mengusirku?"
"Benar, tidak ada seorangpun yang membawa seperti yang engkau bawa melainkan pasti dimusuhi, andaikan aku masih hidup pada masamu nanti, aku akan membelamu dengan sungguh-sungguh." Jawab Waraqah bin Naufal. Namun tidak lama kemudian setelah pertemuan itu, Waraqah meninggal dunia dan pada saat itu juga wahyu berhenti.
Seperti itulah peran Khadijah sebagai istri yang setia kala suaminya sedang menghadapi ujian dan kesulitan, membantu dan menolong, bersabar dan memperkuat kesabaran, memotivasi dan menyampaikan kabar gembira, merubah ujian menjadi rahmat,
kesengsaraan menjadi kebahagiaan, kesulitan menjadi kemudahan, musibah menjadi kelapangan.
Dengan bahagia Khadijah mengatakan, "Alangkah indah kata-kata ini, wahai Abu Qasim, sungguh kata-kata ini indah dan baik. Ini bukan kata-kata manusia wahai Abu Qasim."
Ketika mendengar bacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an, Khadijah tergetar bahagia, ia merasakan kekuatan dan kesiapan untuk berjihad di jalan Allah. Kemudian ia bergegas menyampaikan berita gembira berupa kebaikan kepada Rasulullah dan mengucapkan selamat kepada beliau karena beliau akan memperoleh karunia Allah.
Dari sinilah ia mengorbankan diri dan hartanya untuk Allah. Khadijah dengan senang hati langsung menyeru kepada para wanita untuk menuju Allah sampai-sampai rumah Khadijah dipenuhi tamu wanita yang datang untuk menanyakan kebaikan yang ia serukan. Khadijah pun menceritakan kisah Nabi dan mempertegas kebenarannya, ini semua ia lakukan secara diam-diam dan tenang.
Ujian yang pertama pun terlewatkan namun datang lah ujian ang kedua yakni terputusnya wahyu. Rasulullah Shalallhu alaihi wassalam sangat gelisah dan sedih. Khadijah berada di samping beliau untuk menguatkan hati beliau dan memotivasinya.
Seakan Khadijah berkata, "Jangan bersedih wahai Rasulullah, kesengsaraan pasti akan berlalu setelah kesulitan pasti ada kelapangan, apapun yang Allah lakukan, semata berdasarkan kehendakNya."
Tak lama setelah itu, tiba-tiba wahyu turun lagi. Allah berfirman dalam surat Adh-Dhuha ayat 1-11. Setelah itu datanglah ujian yang ketiga. Ujian itu menimpa orang-orang lemah yang masuk Islam. Orang-orang kafir menindas orang-orang lemah tersebut dan mengusir mereka serta tidak boleh berdagang.
Namun, Khadijah tidak hanya tinggal diam melihat semuanya, baginya ini adalah panggilan jihad. Maka Khadijah membantu orang-orang lemah ini dengan hartanya setelah mereka diusir dan dihalangi untuk bekerja. Khadijah mengeluarkan harta untuk memerdekakan budak-budak yang merasakan berbagai siksaan sepanjang waktu karena mereka menjauhi berhala dan mengucapkan,
"Rabb kami adalah Allah." Khadijah membantu orang teraniaya, memberi makan orang lapar, bahkan rumah Khadijah menjadi tempat berlindung orang yang ketakutan dan kesulitan. Di sanalah orang lapar mendapat makanan, orang terusir mendapat tempat berlindung.
Bagi Khadijah semakin berat ujian semakin ia akan berjihad dengan bahagia dan senang. Sampai-sampai malaikat Jibril mendatangi Rasulullah seraya berkata, "Ya Rasulullah, Khadijah sebentar lagi datang membawa wadah berisi lauk, makanan dan minuman. Setelah tiba nanti, sampaikan salam Rabbnya dan salamku padanya. Dan sampaikan berita gembira kepadanya berupa sebuah rumah di surga dari mutiara cekung, tiada kegaduhan ataupun keletihan di dalamnya."
Wafatnya Khadijah binti Khuwailid
Kira-kira dua atau tiga bulan setelah Abu Thalib (paman Rasulullah) meninggal dunia, Ummul Mukminin, Khadijah meninggal dunia pula. Tepatnya pada bulan Ramadhan tahun kesepuluh dari kenabian. Beliau meninggal di usia 65 tahun dan usia Rasulullah saat itu 50 tahun.
Khadijah termasuk salah satu nikmat yang dianugrahkan Allah kepada Rasulullah. Dia mendampingi selama seperempat abad, menyayangi beliau di kala resah, melindungi beliau pada saat-saat kritis, menolong beliau dalam menyebarkan risalah, mendampingi beliau dalam menjalankan jihad yang berat, rela menyerahkan diri dan hartanya kepada beliau.
Sungguh kemuliaan yang begitu besar, Rabb seluruh alam menitipkan salam untuknya, bahkan lebih mulia lagi saat Malaikat Jibril mengatakan bahwa ada rumah di Surga dari mutiara cekung untuk Khadijah binti Khuwailid. Inilah balasan bagi orang-orang yang beriman, yang senantiasa berjihad membela Nabi dan berjuang demi agama Allah. Dan hal ini yang menyebabkan Rasulullah selalu memuji-muji Khadijah binti Khuwailid.
Aisyah berkata, "Aku tidak cemburu pada seorang istri Rasulullah pun seperti kecemburuanku kepada Khadijah binti Khuwailid, karena aku sering mendengar Rasulullah menyebut-nyebut namanya, beliau menikahiku tiga tahun setelah Khadijah wafat, beliau punya anak darinya, Rabb memerintahkan beliau untuk menyampaikan kabar gembira berupa sebuah rumah di surga dari mutiara cekung, tiada kegundahan dan keletihan di dalamnya."
Penulis: Abu Zaid Al-Amir
Sumber:
- Rahiqul Makhtum Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarak
- Biografi Istri-Istri Para Nabi Dr.Mustafa Murad Qiblatuna April 2014
Tag Hafalan:
- Di usia 25 tahun, Rasulullah Shalallahu alaihi wassallam menjalankan dagangan Khadijah menuju Syam
- Khadijah menikah dengan Rasulullah dua bulan setelah Rasulullah pergi ke Syam dengan mahar 20 ekor unta dan pada usia 40 tahun.
- Pernikahan mereka dihadiri oleh Bani Hasyim dan pemuka Bani Nadhar.
- Dari pernikahan mereka, Allah karuniakan 2 putra dan 4 putri.
- Khadijah binti Khuwailid adalah wanita pertama yang masuk Islam.
- Khadijah binti Khuwailid wafat pada usia 65 tahun di bulan Ramadhan tahun kesepuluh kenabian.
- Rasulullah selalu memuji-muji Khadijah binti Khuwailid setelah kematiannya.
RPA
Apa RPA? Baca Abana Online Menyajikan Kisah Penuh Bonus
- Ayah Bunda membangun karakter iman kepada Rasulullah terhadap anak-anak, dengan menceritakan kesaksian Maisarah dan Khadijah.
- Ayah Bunda meyakinkan adanya malaikat, dan menyebutkan tugas-tugas malaikat. Jibril menyampaikan wahyu dll
- Anak-anak mendengarkan kembali bagaimana Khadijah membela agama Islam serta kisah beliau yang selalu menenangkan hati Rasulullah ketika gelisah dan sedih
Baiklah itu saja dari kami, Kisah Khadijah binti Khuwailid Istri Tercinta Rasulullah beserta bonus tag hafalan dan rpa. Semoga kisah yang singkat ini bisa menjadi teladan bagi kita semua dan anak-anak.
Posting Komentar untuk "Kisah Khadijah binti Khuwailid Istri Tercinta Rasulullah"
Tulis komentar di sini dan centang tombol "Notify me" atau "Ingatkan kami" agar Antum bisa melihat balasannya. Syukran