Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Kisah Sahabat Abdullah bin Hudzafah Pembebas Tawanan Muslimin

Kisah Sahabat Abdullah bin Hudzafah, teladan, hikmah, sahabat nabi

Assalamualaikum, para pendidik Ayah dan Bunda serta guru. kali ini kami akan memberikan bahan kisah untuk anak-anak yang isinya tentang sahabat nabi dalam menerima cobaan demi mengorbankan Islam dan Iman. Yaitu kisah Abdullah bin Hudzafah as-Sahmi.  Insyaallah biografi sahabat yang satu ini juga tidak kalah menarik dengan sahabat lainnya seperti Bilal bin Rabah saat menghadapi ujian Iman.

Latar Belakang dan Biografi Abdullah bin Hudzafah


Dia adalah Ibnu Qois, Abu Hudzafah as-Sahmi salah satu sahabat nabi yang pertama masuk Islam (as-Sabiqunal Awwalun). Beliau dikenal sebagai sahabat yang diutus oleh Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam untuk menyampaikan surat kepada raja Persia, dan juga dikenal sebagai salah satu tawanan perang dari Kaisar Romawi Timur alias raja Heraklius.

Baca juga: Cara Berkisah pada Anak yang Baik dan Benar

Sebagaimana sahabat-sahabat yang pertama kali masuk Islam lainnya (ex: Abu Bakar, Umar, Thalhah, Bilal dll), ia juga memiliki keimanan yang kuat terhadap Islam, cobaan berat pun tak luput ia rasakan. Hal itu dibuktikan saat beliau menghadapi dua penguasa dunia di zamannya, Kisra Raja Persia dan Kisra Raja Romawi Heraklius. Bagaimana kisahnya? berikut kisah Abdullah bin Hudzafah bertemu 2 penguasa dunia.

Kisah Teladan Abdullah bin Hudzafah saat Bertemu dengan Raja Persia


Cerita Abdullah bin Hudzafah bertemu dengan Raja Persia ini dimulai saat tahun 6 Hijriyah, di mana Rasulullah -Shalallahu alaihi wassalam- ingin menyebarluaskan dakwah Islam dengan menulis delapan surat kepada raja-raja Ajam agar mereka mau masuk Islam.  Maka nabi pun mengutus beberapa sahabat untuk menyampaikan suratnya.

Mengirim surat kepada raja-raja Ajam adalah tugas yang berat, sebab para utusan itu akan berangkat ke negeri-negeri yang sangat jauh, mereka tidak memahami bahasa penduduknya, dan mereka juga tidak mengenal kebiasaan raja-rajanya.

Ditambah lagi para utusan tersebut harus menyeru kepada raja-raja Ajam agar meninggalkan agama mereka, meninggalkan apa yang sudah menjadi kebanggaan dan kekuasaan mereka, untuk masuk ke dalam agama milik suatu kaum yang belum lama menjadi bagian dari pengikutnya (pen. agama Islam)

Oleh sebab itu nabi mengumpulkan para sahabatnya, dan berkhutbah di hadapan mereka, beliau memuji Allah dan menyanjungNya, beliau bertasyahud lalu bersabda, "Amma Ba'du, sesungguhnya aku akan mengutus sebagian dari kalian kepada para raja Ajam, maka jangan berselisih atasku seperti Bani Israil yang berselisih atas Isa putra Maryam."

Bagaimana jawaban para sahabat setelah mendengar Khutbah beliau Shalallahu alaihi wassalam??

Para sahabat menjawab, "Ya Rasulullah, kami akan menunaikan tugasmu dengan baik, silakan mengutus siapa yang engkau inginkan."

Akhirnya Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam memilih 6 orang dari para sahabat untuk mengemban misi tersebut (menyampaikan surat-surat beliau kepada raja-raja Ajam). Dan di antara keenam orang itu adalah Abdullah bin Hudzafah as Sahmi.

Kemudian Abdullah bin Hudzafah mempersiapkan kendaraannya, mengucapkan selamat tinggal kepada istri dan anak-anaknya. Setelah itu dia berangkat menuju ke tempat tujuan, dataran tinggi mengangkatnya, lembah menurunkannya, sendiri tidak bersama siapapun kecuali Allah. Akhirnya dia pun tiba di negara Persia, dia meminta izin bertemu Raja, dan mengatakan kepada para penjaga bahwa surat yang dia bawa sangat penting.

Mendengar akan kedatangan utusan dari nabi, kisra pun meminta agar istananya dihias, dia mengundang para pembesar negara untuk hadir di majelisnya dan mereka pun hadir, kemudian Abdullah bin Hudzafah diizinkan masuk kedalam Istananya.

Abdullah bin Hudzafah masuk menemui pemimpin negeri Persia dengan jubahnya yang usang dan pakaiannya yang terajut dengan kasar, terlihat kebersahajaan orang Arab pada dirinya.

Meski kedaan seperti itu, dia tetap menunjukan kehormatannya, beliau hadir dengan kepala tegak dan badan tegap, dadanya bergolak dengan kemuliaan Islam, hatinya berkobar dengan keagungan iman. Begitu Abdullah masuk, Kisra memberi isyarat kepada salah seorang pengawalnya agar mengambil surat dari tangan Abdullah, namun Abdullah bin Hudzafah menepis seraya berkata, "Tidak, Rasulullah memerintahkanku agar menyerahkannya kepadamu secara langsung, aku tidak akan menentang perintah Rasulullah."

Maka Kisra berkata kepada pengawalnya, "Biarkan dia mendekat kepadaku." Maka Abdullah mendekat sehingga dia menyerahkan surat Rasulullah kepadanya secara langsung.

Kemudian Kisra memanggil seorang sekretaris dari al Hirah (nama daerah yang ada di Irak) dan memerintahkannya untuk membuka surat dihadapannya serta membacakan kepadanya.

Dia pun membacakannya yang isinya adalah:

"Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dari Muhammad Rasulullah kepada Kisra penguasa Persia, salam kepada orang yang mengikuti petunjuk..."

Begitu Kisra mendengar bagian surat tersebut, maka api kemarahan langsung tersulut dalam dadanya, wajahnya memerah, urat lehernya menegang, Raja marah bukan karena ajakan untuk masuk Islam, tapi karena Rasulullah memulai suratnya dengan menyebut nama dirinya bukan Raja atau gelar terhormat lainnya, maka Kisra pun menarik surat itu dari tangan sekretaris, lalu merobeknya tanpa mengetahui apa isinya sambil berteriak, "Beraninya dia menulis seperti ini padahal dia adalah bawahanku (yang tinggal di wilayah kekuasaanku)"

Kemudian Kisra memerintahkan agar Abdullah bin Hudzafah diusir dari majelisnya, maka dia pun diusir.

Setelah itu Abdullah bin Hudzafah meninggalkannya, dalam keadaan seperti ini, bisa saja dia dibunuh dalam perjalanan, namun dia berkata dalam hati dengan keteguhan Imannya, "Demi Allah aku tidak peduli dalam keadaan apapun, yang penting aku sudah menunaikan tugas Rasulullah." Lalu dia menaiki kendaraannya.

Tatkala kemarahan Kisra sudah mereda, dia memerintahkan pasukannya agar Abdullah bin Hudzafah dipanggil, namun mereka sudah tidak menemukannya, mereka mencari-cari Abdullah di jalan-jalan yang menuju Jazirah, akhirnya mereka menemukan Abdullah sudah jauh meninggalkan Persia.

Ketika Abdullah bin Hudzafah bertemu dengan Nabi, dia menyampaikan bahwa Kisra telah merobek surat beliau, maka Nabi berdoa dengan singkat, "Semoga Allah merobek-robek kerajaannya."

Singkat cerita, kisra menulis surat kepada Badzan, gubernur Yaman, "Utuslah dua orang laki-laki yang kuat kepada seorang laki-laki yang mengaku Nabi di Hijaz, perintahkan dua orang laki-laki itu agar membawanya kepadaku."

Maka Badzan mengutus dua orang laki-laki terpilih kepada Rasulullah dengan membawa surat darinya, dalam surat itu Badzan meminta Rasulullah agar segera berangkat menemui Kisra bersama dua orang laki-laki utusannya. Badzan meminta dua utusannya agar mencari tahu tentang berita Nabi, meneliti perilakunya dan membawa wawasan-wawasan yang mereka ketahui tentang pribadi Rasulullah.

Dua orang laki-laki itu berangkat, keduanya berjalan dengan cepat sehingga sampai ke Thaif dan bertemu dengan beberapa pedagang Quraisy, keduanya bertanya tentang keberadaan Rasulullah. Mereka mengatakan, "Muhammad di Yatsrib (Madinah)."

Dua orang utusan Badzan pergi ke Yatsrib dan bertemu dengan Rasulullah. Mereka menyerahkan surat Badzan seraya berkata, "Dari raja Kisra, dia telah menulis surat kepada raja kami (Badzan) agar mengirim orang yang diberi tugas membawamu kepadanya, kami datang kepadamu agar kamu berkenan berangkat bersama kami kepada Kisra, jika kamu berkenan berangkat maka kami akan meminta Kisra agar memperlakukan kamu dengan baik dan tidak menyakitimu, namun jika kamu menolak maka kamu telah mengetahui kekuatannya, kekejamannya dan kemampuannya untuk mencelakakanmu dan kaummu."

Rasulullah hanya tersenyum dan bersabda kepada mereka, "Pulanglah ke tempat istirahat kalian, kembalilah esok hari."

Keesokan harinya, dua utusan Badzan kembali pada Rasulullah dan berkata, "Apakah kamu sudah bersiap-siap untuk berangkat bersama kami menemui Kisra?"

Nabi menjawab, "Kalian berdua tidak akan bertemu Kisra setelah hari ini. Allah telah mematikannya, Dia telah menyerahkan kekuasaannya kepada anaknya Syirawaih di malam ini dan bulan ini."

Keduanya menatap wajah Rasulullah dalam-dalam, rasa takjub terbaca jelas dari raut muka keduanya. Mereka berkata, "Apakah kamu menyadari apa yang kamu katakan? Kami akan menulis hal ini kepada Badzan."

Nabi menjawab, "Ya, katakan kepadanya bahwa agamaku akan menjangkau apa yang dijangkau oleh kerajaan Kisra, jika kamu masuk Islam maka aku akan memberimu apa yang ada ditanganmu dan menjadikanmu raja atas umatmu."

Dua utusan itu meninggalkan Nabi dan pulang ke Yaman, mereka mengabarkan hal itu kepada Badzan. Kemudian Badzan berkata, "Jika apa yang dikatakan Muhammad benar maka dia adalah Nabi, jika tidak maka kami akan berpikir ulang."

Tidak lama setelah itu, Badzan menerima surat Syirawaih yang berisi:

"Amma ba'du, aku telah membunuh Kisra, aku tidak membunuhnya kecuali demi membalas dendam untuk kaum kita, dia telah membunuh orang-orang mulia dari mereka, menawan kaum wanita dan merampas harta benda mereka. Jika suratku ini telah sampai di tanganmu maka ambillah baiat dari kaummu untukku."

Bagitu Badzan membaca surat tersebut, dia langsung mengumumkan keislamannya, orang-orang Persia di Yaman juga mengikutinya masuk Islam. Subhanaallah, doa-doa apa saja yang keluar dari lisan nabi pasti akan terkabul, baik doa-doa kebaikan maupun kejelakan.  Itulah kisah Abdullah bin Hudzafah dengan Raja Persia. Lalu bagaimana kisahnya dengan Raja Romawi?

Kisah Abdullah bin Hudzafah Bertemu Raja Romawi Heraklius


Peristiwa Abdullah bin Hudzafah dengan Raja Romawi terjadi pada zaman khalifah Umar bin Khattab, yakni pada tahun ke 19 hijriyah. Kala itu Umar bin Khattab mengutus pasukan untuk berperang melawan Romawi, dan di antara pasukan tersebut ada Abdullah bin Hudzafah.

Maka berangkatlah bala tentara kaum muslimin, mereka menghiasi diri dengan iman yang benar, akidah yang kokoh dan kerelaan mengorbankan nyawa di jalan Allah dan RasulNya.

Singkat kisah, setelah selesai perang, sebagian kaum muslimin ditawan oleh tentara Romawi, hal itu juga atas perintah Raja Heraklius yang sebelumnya dia memerintahkan tentaranya agar pasukan kaum muslimin ditangkap hidup-hidup, karena raja ingin bertemu dengan mereka. Maka Allah mentakdirkan Abdullah bin Hudzafah jatuh sebagai tawanan Romawi, mereka membawanya kepada Kaisar, dan salah satu pasukan Romawi berkata, "Orang ini termasuk orang-orang pertama dari sahabat Muhammad yang masuk ke dalam agamanya, kami menawannya dan membawanya kepadamu."

Raja Romawi melihat Abdullah bin Hudzafah dengan teliti, kemudian dia berkata, "Aku menawarkan sesuatu kepadamu." Abdullah bertanya, "Apa itu?"

Heraklius menjawab "Masuklah ke dalam agama Nasrani, jika kamu berkenan maka aku akan membebaskanmu dan memberimu kedudukan terhormat." lalu Abdullah berkata, "Mana mungkin? Kematian seribu kali lebih aku sukai daripada memenuhi ajakanmu itu."

Kaisar Heraklius berkata, "Aku melihatmu sebagai laki-laki pemberani, jika kamu menerima tawaranku maka aku akan membagi kekuasaan denganmu dan kita sama-sama memerintah dan menguasainya."

Abdullah yang sedang terikat tambang itu tersenyum dan berkata, "Demi Allah, seandainya kamu menyerahkan seluruh apa yang kamu miliki dan segala apa yang dimiliki oleh orang-orang Arab dengan syarat aku meninggalkan agama Muhammad sekejap pun niscaya aku tidak akan melakukannya."

Kaisar berkata," Kalau begitu aku akan membunuhmu."

Abdullah menjawab, "Lakukan apa yang engkau inginkan."

Kemudian tangan Abdullah bin Hudzafah diikat di tiang salib dan Kaisar berkata kepada pengawalnya dengan bahasa Romawi,

"Lepaskanlah anak panah di dekat kedua tangannya." Semantara Kaisar tetap menawarkan kepadanya agar masuk ke agamanya namun Abdullah tetap menolak.

Setelah beberapa kali menolak ajakan sang Raja, maka sang raja mencari jalan lain untuk menguji keimanannya kepada Abdullah bin Hudzafah. Pada saat itu Kaisar memerintahkan pengawalnya dari tiang salib, kemudian ia meminta agar sebuah bejana besar disiapkan, lalu diisi dengan minyak, bejana itu diangkat ke atas tungku api sampai minyak itu mendidih, lalu Kaisar meminta dua orang tawanan dari kaum muslimin untuk dihadirkan, lalu Kaisar memerintahkan agar salah seorang dari keduanya dilemparkan ke dalam bejana mendidih tersebut, sehingga terkelupas dan tulangnya terlihat telanjang.

Kisah Sahabat Abdullah bin Hudzafah Pembebas Tawanan Muslimin

Di saat itu Kaisar menoleh kepada Abdullah bin Hudzafah dan kembali mengajaknya masuk Nasrani, tetapi lagi-lagi Abdullah justru menolak lebih keras daripada sebelumnya. Tatkala Kaisar berputus asa darinya, dia memerintahkan pengawalnya agar melemparkan Abdullah ke dalam bejana seperti kedua rekannya, di kala pengawal membawa Abdullah, dia mulai menangis  sehingga nampak para pengawal itu berkata kepada raja mereka, "Dia menangis."

Kaisar pun menyangka  bahwa Abdullah telah dibayang-bayangi ketakutan, dia berkata, "Kembalikan dia kepadaku." Ketika Abdullah berdiri di hadapan Kaisar, Kaisar kembali mengulangi tawarannya agar masuk ke dalam agama Nasrani, namun ternyata Abdullah bin Hudzafah kembali menolak.

Kaisar menghardik, "Celaka kamu, apa yang membuatmu menangis?"

Abdullah menjawab, "Yang membuatku menangis adalah bahwa aku berkata kepada diriku, 'Aku sangat ingin mempunyai nyawa sebanyak jumlah rambut yang ada di tubuhku, lalu semuanya dilemparkan ke dalam bejana itu fii sabilillah."

Akhirnya Kaisar menyerah dan berkata, "Apakah kamu mau mencium kepalaku dan aku akan membebaskanmu?"

Abdullah menjawab, "Dan melepaskan seluruh tawanan kaum muslimin?"

Abdullah berkata dalam hati, "Musuh Allah, aku akan mencium keningnya, lalu aku bebas demikian juga seluruh tawanan kaum muslimin, tidak mengapa aku melakukan itu."

Kemudian Abdullah bin Hudzafah mendekat dan mencium kepalanya, maka Kaisar raja Romawi memerintahkan agar seluruh tawanan kaum muslimin dikumpulkan dan diserahkan kepada Abdullah bin Hudzafah.Sekembalinya ke kota Madinah, Abdullah bin Hudzafah datang kepada Umar bin Khattab, dia menceritakan kisahnya, maka Umar sangat berbahagia karenanya, Umar melihat kepada para tawanan, maka dia berkata, "Patut bagi setiap muslim untuk mencium kepala Abdullah bin Hudzafah, aku yang pertama kali akan mengawalinya." Maka Umar bin Khattab berdiri dan mencium kepalanya.

Subhanaallah, betapa mulianya sahabat Abdullah bin Hudzafah, di tengah-tengah nasibnya yang akan mati bahkan dengan cara yang tidak biasa. Beliau justru semakin yakin akan Islam dan kokoh di atas keimanan. Baiklah sekian kisah Abdullah bin Hudzafah pembebas tawanan muslimin.

Ditulis oleh admin.
Referensi: Shuwaru min Hayatis Shahabah (Mereka Adalah Para Sahabat Penulis DR. Abdurrahman Ra’fat Basya Penerbit At-Tibyan).

Tag Hafalan

  1. Dia adalah Ibnu Qois, Abu Hudzahaf as-Sahmi.
  2. Abdullah bin Hudzafah termasuk sahabat yang pertama masuk Islam (as sabiqunal awwalun).
  3. Abdullah bin Hudzafah adalah utusan Rasulullah kepada raja Persia dan tawanan raja Romawi.
  4. Abdullah bin Hudzafah bertemu dengan raja Kisra pada tahun ke 6 hijriyah dan bertemu dengan raja Romawi pada zaman khalifah Umar bin Khattab yakni tahun ke 19 hijriyah.


RPA

Apa RPA? Baca Bonus Abana RPA dan Tag Hafalan

  1. Ayah Bunda mengajarkan bagaimana keimanan Abdullah bin Hudzafah, "Beliau sangat kuat dalam memegang keyakinan Islam, beliau tidak tergiur akan tawaran harta dan tahta, bahkan lebih baik masuk ke dalam minyak panas daripada menjadi Nashrani atau Kristiani"
  2. Ayah Bunda mengajarkan anak untuk "Sami'na Wa Atha'na" mendengarkan dan mentaati perintah ayah dan bundanya, karena hal ini juga diajarkan oleh nabi dan dicontohkan oleh sahabat. Dimana saat nabi meminta untuk menyampaikan pesan kepada raja-raja, mereka langsung taat 


Baik, mungkin hanya itu saja kisah sahabat Abdullah bin Hudzafah beserta rencana pembelajaran anak (RPA) Ayah Bunda bisa menambahkan sendiri. Wassalamualaikum.

Posting Komentar untuk "Kisah Sahabat Abdullah bin Hudzafah Pembebas Tawanan Muslimin"