Kisah Rabi'ah bin Kaab Sahabat Miskin Mementingkan Akhirat
Kisah Rabi'ah bin Kaab- Sepenggal cerita sahabat yang dapat menggugah jiwa. Penuh dengan dialog iman. Menyadarkan diriku akan jauhnya derajat imam kami. Dan, memberikan semangat baru untuk menumbuhkan kembali generasi mereka para sahabat.
Kisah sahabat yang miskin akan dunia namun kaya akan keimanan. Dialah Rabi'ab bin Kaab. Beliau termasuk golongan sahabat nabi yang paling miskin. Namun, banyak sekali keutamaan dan keistimewaan yang ada pada dirinya. Seperti apa kisahnya?
Sejak di usia muda, jiwa Rabi'ah sudah dipenuhi cahaya iman, betapa besar kekagumannya terhadap Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam. Sampai-sampai, ia akan lupa segalanya.
Rabi'ah bin Kaab berkata, "Tatkala jiwaku diterangi oleh cahaya iman, meski waktu itu aku masih berusia sangat muda, namun hatiku sudah penuh dengan makna-makna Islam. Tatkala mataku menikmati penglihatannya kepada pribadi Rasulullah untuk pertama kalinya, aku langsung menyintai beliau, cintaku kepada beliau memenuhi segala ruang dalam tubuhku. Aku terkagum-kagum terhadap beliau sehingga hal itu membuatku melupakan segalanya."
Maka, sangat aneh baginya apabila sudah mengaguminya namun belum bisa melayaninya. Maka suatu hari Rabi'ah berkata pada dirinya sendiri:
"Celaka dirimu wahai Rabi'ah, mengapa kamu tidak mengabdikan dirimu kepada Rasulullah? Tawarkan dirimu kepada beliau jika beliau menerima maka kamu akan berbahagia karena kamu bisa selalu berada di sampingnya dan kamu akan beruntung karena beliau akan menyintaimu, kamu akan merengkuh dua keberuntungan, Dunia dan Akhirat."
Tidak lama kemudian, Rabi'ah memberanikan diri untuk menawarkan dirinya kepada Nabi Muhammad -Shalallahu Alaihi Wassalam-, beliau berharap agar Rasulullah berkenan menerimanya untuk melayaninya.
Nampaknya, harapan Rabi'ah tidak lah sia-sia. Karena beliau menerimanya sebagai pembantu beliau, dan mengizinkan untuk menyertai beliau. Sungguh, hal ini menjadi moment indah bagi Rabi'ah. Beliau pun tidak menyia-nyiakan kesempatan mahal ini.
Sejak hari itu, Rabi'ah bin Kaab lebih dekat dengan Rasulullah -Shalallahu Alaihi Wassalam-, dan seakan-akan mengalahkan bayangan beliau sendiri. Rabi'ah berjalan ke manapun nabi berjalan, Rabi'ah berputar di porosnya di mana nabi berputar. Rabi'ah melayani Rasulullah Shalallahu alaihi Wassalam kemana pun beliau pergi. Apa yang nabi butuhkan, Rabi'ah selalu sigap dan siap untuknya.
Rabi'ah bin Kaab membantu beliau di siang hari. Apabila siang telah berlalu berganti malam dan Nabi menunaikan sholat isya kemudian nabi pulang pada keluarganya, saat itu lah Rabi'ah baru akan pulang. Namun Rabi'ah kembali termenung. Rabi'ah memikirkan kebutuhan Rasulullah di malam hari.
Maka beliau berkata pada dirinya, "Wahai Rabi'ah kamu mau kemana? Bukankah sangat mungkin Rasulullah akan menghajatkan sesuatu di malam hari?"
Setelah berfikir dan termenung dalam diam, Rabi'ah pun kembali dan duduk di depan pintu rumah Rasulullah. Dia tidak meninggalkan beranda rumah Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam hingga tiba waktu pagi.
Itulah, wujud cinta para sahabat terhadap Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam. Ada cinta ada bukti.
Sudah menjadi kebiasaan Rasulullah bahwa beliau akan memberi hadiah sebagai balasan atas kebaikan seseorang kepada beliau.
Rasulullah berniat memberi hadiah untuk Rabi'ah atas kebaikannya selama ini. Maka beliau menemui Rabi'ah dan bersabda, "Wahai Rabi'ah minta lah sesuatu kepadaku maka aku akan penuhi permintaanmu."
Rabi'ah menjawab, "Beri aku waktu untuk memikirkannya ya Rasulullah."
"Tidak masalah" jawab beliau.
Saat itu Rabi'ah adalah pemuda yang miskin, beliau tinggal di shufah (latar) masjid bersama orang-orang miskin lainnya.
Jika Rabi'ah meminta kebaikan dunia, pasti dia akan kaya. Karena ia tahu bahwa doa Rasulullah akan dikabulkan. Atau ia ingin berharta, beristri dan beranak seprti yang lainnya.
Namun saat ia termenung dan berfikir, Rabi'ah sadar akan dunia yang fana. Akhirnya beliau memutuskan untuk meminta kebaikan akhirat kepada nabi. Lalu Rabi'ah pun menemui Rasulullah -Shalallahu Alaihi Wassalam-.
Setelah bertemu, dan Rabi'ah belum sempat berkata apa-apa, Rasulullah sudah bertanya dahulu, "Wahai Rabi'ah mintalah sesuatu kepadaku agar aku bisa penuhi permintaanmu."
Maka Rabi'ah menjawab, "Wahai Rasulullah berdoalah kepada Rabb mu agar Dia berkenan menjadikanku sebagai pendampingmu di akhirat kelak."
Rasulullah bertanya, "Siapa yang mengajarimu meminta hal itu wahai Rabi'ah?"
Lalu Rabi'ah menjawab, "Iman lah yang menuntunku wahai Rasulullah"
"Apakah tidak ada permintaan yang lain saja wahai Rabi'ah?" Tanya Rasulullah.
Rabi'ah menjawab, "Tidak demi Allah aku hanya ingin kebaikan akhirat, aku hanya ingin engkau berdoa kepada Rabb mu agar Dia berkenan menjadikanku sebagai pendamping hidup mu di akhirat."
Maka Rasulullah bersabda, "Kalau begitu bantulah aku atas dirimu untuk memperbanyak sujud."
Sejak itu Rabi'ah berusaha memperbanyak ibadah agar menjadi pendamping Rasulullah di surga.
Masyaallah, sebenarnya dalan hati Rabi'ah yang paling dalam, ia ingin menikah dan memiliki harta. Namun, beliau telah menolak dalam hatinya untuk meminta menikah. Namun, sebagai wujud perhatian Rasulullah -Shalallahu Alaihi Wassalam- terhadap para sahabat, Rabi'ah terus diberi kesempatan oleh nabi untuk meminta sesuatu yang lain.
Tak lama setelah itu, Rasulullah kembali memanggil Rabi'ah dan bertanya, "Wahai Rabi'ah mengapa kamu tidak menikah?"
Rabi'ah menolak tawaran Rasulullah untuk menikah dan menjawab, "Aku tidak ingin ada yang menyibukkan ku dari melayanimu wahai Rasulullah, selain itu aku tidak mempunyai apapun yang bisa aku gunakan untuk mahar calon istri dan menyambung hidup dengannya."
Dalam kesempatan lain, lagi-lagi nabi memberi tawaran untuk ketiga kalinya. beliau kembali bertanya kepada Rabi'ah, "Mengapa engkau tidak menikah wahai Rabi'ah?"
Rabi'ah pun menjawab dengan jawaban yang sama saat pertama kali beliau bertanya. Dengan demikian, beliau sudah menolak twaran menikah sebanyak tiga kali.
Allah Maha Membilak Balikan hati manusia. Rabi'ah sedang sendirian, ia termenung dan menyesali telah menjawab dengan jawaban yang seperti itu. Padahal Rasulullah lebih mengetahui kebaikan dunia dan akhiratnya, Rasulullah lebih mengetahui apa yang lebih bermanfaat bagi dunia dan agama bagi Rabi'ah. Maka Rabi'ah berniat akan mengiyakan jika beliau menanyakan hal yang serupa lagi.
Tidak lama kemudian, Rasulullah kembali bertanya, "Mengapa engkau tidak menikah wahai Rabi'ah?"
"Baik ya Rasulullah, namun siapakah yang akan bertanggung jawab terhadap pernikahanku nanti sementara engkau mengetahui keadaanku?" tanya Rabi'ah.
Rasulullah bersabda, "Pergilah kepada keluarga fulan katakan kepada mereka, 'Sesungguhnya Rasulullah telah memerintahkan kalian untuk menikahkan putri kalian denganku."
Rabi'ah bin Kaab datang kepada mereka dengan menahan rasa malu, ia berkata kepada mereka, "Sesungguhnya Rasulullah -Shalallahu Alaihi Wassalam-.mengutusku kepada kalian agar kalian menikahkanku dengan putri kalian yang bernama fulanah (nama samaran)."
Keluarganya langsung terkejut, "Fulanah?" Rabi'ah menjawab, "Benar."
Mereka berkata, "Selamat datang kepada Rasulullah dan selamat datang kepada utusannya. Demi Allah utusan Rasulullah tidak patut pulang dengan tangan hampa."
Maka merekapun menikahkan Rabi'ah dengan putri mereka. Setelah disetujui, Rabi'ah kembali kepada Rasulullah dan berkata, "Ya Rasulullah aku telah datang dari sebaik-baik rumah. Mereka mempercayaiku, menyambutku, dan menikahkanku dengan putri mereka, namun darimana aku mendapatkan mahar?"
Rasulullah pun memanggil Buraidah bin al Hushaib, dia adalah pemuka kaum nya Rabi'ah yakni Bani Aslam, beliau berkata kepadanya, "Wahai Buraidah kumpulkanlah untuk Rabi'ah emas sebesar biji kurma." Maka Buraidah melakukannya dan telah mendapatkannya. Lalu Rasulullah bersabda kepada Rabi'ah, "Serahkan ini (emas) kepada mereka dan katakan, 'Ini adalah mahar putri kalian."
Maka Rabi'ah pun pergi menemui mereka dan menyerahkan mahar tersebut, mereka menerimanya sambil berkata, "Banyak lagi baik."
Rabi'ah kembali kepada Rasulullah dan berkata, "Ya Rasulullah aku belum pernah melihat suatu kaum yang lebih mulia dari mereka, mereka menerima apa yang aku serahkan sekalipun ia tidak banyak, bahkan mereka berkata, 'banyak lagi baik' Namun saat ini dari mana aku bisa mengadakan walimah ya Rasulullah?"
Maka Rasulullah bersabda kepada Buraidah, "Kumpulkan untuk Rabi'ah uang seharga seekor kambing."
Lalu mereka membeli seekor kambing yang gemuk dan besar.
Rasulullah bersabda kepada Rabi'ah, "Pergilah kepada Aisyah, minta kepadanya supaya menyerahkan gandum yang ada padanya." Rabi'ahpun mendatangi Aisyah dan Aisyah berkata, "Ambillah keranjang ini, di sana ada tujuh sha' gandum demi Allah kami tidak mempunyai makanan selainnya."
Maka Rabi'ah membawa domba dan keranjang gandum kepada keluarga calon istrinya. Mereka berkata, "Kami yang akan menyiapkan gandum. Adapun kambing maka kamu bisa meminta keluargamu untuk menyiapkannya."
Rabi'ah menuntun kambing tersebut bersama beberapa orang dari kaumnya, Bani Aslam, mereka menyembelih, menguliti dan memasaknya.
Rabi'ah bin Kaab mengadakan walimah dan mengundang Rasulullah.
Setelah Rabi'ah menikah, Nabi Muhammad -Shalallahu Alaihi Wassalam- memberinya sebidang tanah. Tempatnya dekat dengan Abu Bakar alias bertetangga dengannya. Kemudian dunia mulai menghampirinya. Sampai-sampai ia berselisih dengan Abu Bakar tentang pohon kurma. Rabi 'ah berkata, "Pohon ini di tanahku."
Abu Bakar menimpali, "Tidak, ia di tanahku."
Namun Rabi'ah tetap berserikeras sehingga Abu Bakar mengucapkan kata-kata yang tidak disukai Rabi'ah. Namun setelah kata-kata itu terlontar, Abu Bakar segera menyesalinya dan berkata kepada Rabi'ah, "Wahai Rabi'ah ucapkan kata-kata yang sama sebagai qishash."
"Tidak, demi Allah aku tidak akan mengucapkannya." Jawab Rabi'ah.
Abu Bakar berkata, "Kalau kamu tidak mau mengucapkan maka aku akan mengadukanmu kepada Rasulullah karena kamu telah menolak melakukan qishash terhadapku."
Maka Abu Bakar berangkat kepada Rasulullah dan Rabi'ah berjalan membuntutinya. Kaumnya, Bani Aslam juga menyertainya, mereka berkata, "Dia yang memulai perkara namun justru dia yang mengadukanmu kepada Rasulullah."
Rabi'ah memandang mereka sambil berkata, "Celaka kalian, tahukah kalian siapa dia? Dia adalah ash Shiddiq, syaikh kaum muslimin. Pulanglah kalian sebelum dia menengok dan melihat kalian, lalu dia akan mengira kalian di sini hendak membelaku atasnya, maka dia akan marah, dia akan datang kepada Rasulullah dan Nabipun bisa marah karena kemarahan Abu Bakar, kalau Nabi marah maka Allah bisa marah akibatnya aku akan celaka." Lalu kaumnya pun pulang.
Kemudian Abu Bakar datang kepada Nabi dia menyampaikan apa yang terjadi. Rasulullah memandang Rabi'ah dan bersabda, "Ada apa dirimu dengan ash Shiddiq wahai Rabi'ah?"
Rabi'ah menjawab, "Ya Rasulullah dia ingin agar aku mengucapkan apa yang telah ia ucapkan kepadaku, namun aku menolak."
Nabi bersabda, "Benar, jangan mengucapkan apa yang telah dia ucapkan, Akan tetapi ucapkan, 'Semoga Allah mengampunimu wahai Abu Bakar."
Maka Rabi'ah mengucapkan, "Semoga Allah mengampunimu wahai Abu Bakar."
Abu Bakarpun pulang dengan bercucuran airmata dan berkata, "Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan wahai Rabi'ah bin Kaab, semoga Allah membalasmu dengan kebaikan wahai Rabi'ah bin Kaab."
Subhanallah, dialog iman yang luar biasa. Jarang kita temui dialog yang serupa di zaman kita sekarang. Bukan masalah tanahnya, namun dialognya Rabi'ah dengan Abu Bakar yang penuh dengan makna iman.
[sumber kisah: Shuwaru Min Hayatis Shahabah, Dr. Abdurrahman Rafat Basya]
Tag Hafalan
RPA
Apa RPA? Baca Bonus Abana RPA dan Tag Hafalan
Mungkin hanya itu saja, Saya cukupkan sampai di sini. Semoga kisah Rabi'ah bin Kaab ini bisa memberi suntikan ruh kepada kota. Amiin.
Kisah sahabat yang miskin akan dunia namun kaya akan keimanan. Dialah Rabi'ab bin Kaab. Beliau termasuk golongan sahabat nabi yang paling miskin. Namun, banyak sekali keutamaan dan keistimewaan yang ada pada dirinya. Seperti apa kisahnya?
Gambaran Usia Muda Sahabat Rabi'ah bin Kaab
Sejak di usia muda, jiwa Rabi'ah sudah dipenuhi cahaya iman, betapa besar kekagumannya terhadap Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam. Sampai-sampai, ia akan lupa segalanya.
Rabi'ah bin Kaab berkata, "Tatkala jiwaku diterangi oleh cahaya iman, meski waktu itu aku masih berusia sangat muda, namun hatiku sudah penuh dengan makna-makna Islam. Tatkala mataku menikmati penglihatannya kepada pribadi Rasulullah untuk pertama kalinya, aku langsung menyintai beliau, cintaku kepada beliau memenuhi segala ruang dalam tubuhku. Aku terkagum-kagum terhadap beliau sehingga hal itu membuatku melupakan segalanya."
Maka, sangat aneh baginya apabila sudah mengaguminya namun belum bisa melayaninya. Maka suatu hari Rabi'ah berkata pada dirinya sendiri:
"Celaka dirimu wahai Rabi'ah, mengapa kamu tidak mengabdikan dirimu kepada Rasulullah? Tawarkan dirimu kepada beliau jika beliau menerima maka kamu akan berbahagia karena kamu bisa selalu berada di sampingnya dan kamu akan beruntung karena beliau akan menyintaimu, kamu akan merengkuh dua keberuntungan, Dunia dan Akhirat."
Kisah Rabi'ah bin Kaab Melayani Rasulullah -Shalallahu Alaihi Wassalam-
Tidak lama kemudian, Rabi'ah memberanikan diri untuk menawarkan dirinya kepada Nabi Muhammad -Shalallahu Alaihi Wassalam-, beliau berharap agar Rasulullah berkenan menerimanya untuk melayaninya.
Nampaknya, harapan Rabi'ah tidak lah sia-sia. Karena beliau menerimanya sebagai pembantu beliau, dan mengizinkan untuk menyertai beliau. Sungguh, hal ini menjadi moment indah bagi Rabi'ah. Beliau pun tidak menyia-nyiakan kesempatan mahal ini.
Sejak hari itu, Rabi'ah bin Kaab lebih dekat dengan Rasulullah -Shalallahu Alaihi Wassalam-, dan seakan-akan mengalahkan bayangan beliau sendiri. Rabi'ah berjalan ke manapun nabi berjalan, Rabi'ah berputar di porosnya di mana nabi berputar. Rabi'ah melayani Rasulullah Shalallahu alaihi Wassalam kemana pun beliau pergi. Apa yang nabi butuhkan, Rabi'ah selalu sigap dan siap untuknya.
Rabi'ah bin Kaab membantu beliau di siang hari. Apabila siang telah berlalu berganti malam dan Nabi menunaikan sholat isya kemudian nabi pulang pada keluarganya, saat itu lah Rabi'ah baru akan pulang. Namun Rabi'ah kembali termenung. Rabi'ah memikirkan kebutuhan Rasulullah di malam hari.
Maka beliau berkata pada dirinya, "Wahai Rabi'ah kamu mau kemana? Bukankah sangat mungkin Rasulullah akan menghajatkan sesuatu di malam hari?"
Setelah berfikir dan termenung dalam diam, Rabi'ah pun kembali dan duduk di depan pintu rumah Rasulullah. Dia tidak meninggalkan beranda rumah Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam hingga tiba waktu pagi.
Itulah, wujud cinta para sahabat terhadap Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam. Ada cinta ada bukti.
Rasulullah Memberi Hadiah dan Menikahkan Rabi'ah bin Kaab
Sudah menjadi kebiasaan Rasulullah bahwa beliau akan memberi hadiah sebagai balasan atas kebaikan seseorang kepada beliau.
Rasulullah berniat memberi hadiah untuk Rabi'ah atas kebaikannya selama ini. Maka beliau menemui Rabi'ah dan bersabda, "Wahai Rabi'ah minta lah sesuatu kepadaku maka aku akan penuhi permintaanmu."
Rabi'ah menjawab, "Beri aku waktu untuk memikirkannya ya Rasulullah."
"Tidak masalah" jawab beliau.
Saat itu Rabi'ah adalah pemuda yang miskin, beliau tinggal di shufah (latar) masjid bersama orang-orang miskin lainnya.
Jika Rabi'ah meminta kebaikan dunia, pasti dia akan kaya. Karena ia tahu bahwa doa Rasulullah akan dikabulkan. Atau ia ingin berharta, beristri dan beranak seprti yang lainnya.
Namun saat ia termenung dan berfikir, Rabi'ah sadar akan dunia yang fana. Akhirnya beliau memutuskan untuk meminta kebaikan akhirat kepada nabi. Lalu Rabi'ah pun menemui Rasulullah -Shalallahu Alaihi Wassalam-.
Setelah bertemu, dan Rabi'ah belum sempat berkata apa-apa, Rasulullah sudah bertanya dahulu, "Wahai Rabi'ah mintalah sesuatu kepadaku agar aku bisa penuhi permintaanmu."
Maka Rabi'ah menjawab, "Wahai Rasulullah berdoalah kepada Rabb mu agar Dia berkenan menjadikanku sebagai pendampingmu di akhirat kelak."
Rasulullah bertanya, "Siapa yang mengajarimu meminta hal itu wahai Rabi'ah?"
Lalu Rabi'ah menjawab, "Iman lah yang menuntunku wahai Rasulullah"
"Apakah tidak ada permintaan yang lain saja wahai Rabi'ah?" Tanya Rasulullah.
Rabi'ah menjawab, "Tidak demi Allah aku hanya ingin kebaikan akhirat, aku hanya ingin engkau berdoa kepada Rabb mu agar Dia berkenan menjadikanku sebagai pendamping hidup mu di akhirat."
Maka Rasulullah bersabda, "Kalau begitu bantulah aku atas dirimu untuk memperbanyak sujud."
Sejak itu Rabi'ah berusaha memperbanyak ibadah agar menjadi pendamping Rasulullah di surga.
Masyaallah, sebenarnya dalan hati Rabi'ah yang paling dalam, ia ingin menikah dan memiliki harta. Namun, beliau telah menolak dalam hatinya untuk meminta menikah. Namun, sebagai wujud perhatian Rasulullah -Shalallahu Alaihi Wassalam- terhadap para sahabat, Rabi'ah terus diberi kesempatan oleh nabi untuk meminta sesuatu yang lain.
Tak lama setelah itu, Rasulullah kembali memanggil Rabi'ah dan bertanya, "Wahai Rabi'ah mengapa kamu tidak menikah?"
Rabi'ah menolak tawaran Rasulullah untuk menikah dan menjawab, "Aku tidak ingin ada yang menyibukkan ku dari melayanimu wahai Rasulullah, selain itu aku tidak mempunyai apapun yang bisa aku gunakan untuk mahar calon istri dan menyambung hidup dengannya."
Dalam kesempatan lain, lagi-lagi nabi memberi tawaran untuk ketiga kalinya. beliau kembali bertanya kepada Rabi'ah, "Mengapa engkau tidak menikah wahai Rabi'ah?"
Rabi'ah pun menjawab dengan jawaban yang sama saat pertama kali beliau bertanya. Dengan demikian, beliau sudah menolak twaran menikah sebanyak tiga kali.
Allah Maha Membilak Balikan hati manusia. Rabi'ah sedang sendirian, ia termenung dan menyesali telah menjawab dengan jawaban yang seperti itu. Padahal Rasulullah lebih mengetahui kebaikan dunia dan akhiratnya, Rasulullah lebih mengetahui apa yang lebih bermanfaat bagi dunia dan agama bagi Rabi'ah. Maka Rabi'ah berniat akan mengiyakan jika beliau menanyakan hal yang serupa lagi.
Tidak lama kemudian, Rasulullah kembali bertanya, "Mengapa engkau tidak menikah wahai Rabi'ah?"
"Baik ya Rasulullah, namun siapakah yang akan bertanggung jawab terhadap pernikahanku nanti sementara engkau mengetahui keadaanku?" tanya Rabi'ah.
Rasulullah bersabda, "Pergilah kepada keluarga fulan katakan kepada mereka, 'Sesungguhnya Rasulullah telah memerintahkan kalian untuk menikahkan putri kalian denganku."
Rabi'ah bin Kaab datang kepada mereka dengan menahan rasa malu, ia berkata kepada mereka, "Sesungguhnya Rasulullah -Shalallahu Alaihi Wassalam-.mengutusku kepada kalian agar kalian menikahkanku dengan putri kalian yang bernama fulanah (nama samaran)."
Keluarganya langsung terkejut, "Fulanah?" Rabi'ah menjawab, "Benar."
Mereka berkata, "Selamat datang kepada Rasulullah dan selamat datang kepada utusannya. Demi Allah utusan Rasulullah tidak patut pulang dengan tangan hampa."
Maka merekapun menikahkan Rabi'ah dengan putri mereka. Setelah disetujui, Rabi'ah kembali kepada Rasulullah dan berkata, "Ya Rasulullah aku telah datang dari sebaik-baik rumah. Mereka mempercayaiku, menyambutku, dan menikahkanku dengan putri mereka, namun darimana aku mendapatkan mahar?"
Rasulullah pun memanggil Buraidah bin al Hushaib, dia adalah pemuka kaum nya Rabi'ah yakni Bani Aslam, beliau berkata kepadanya, "Wahai Buraidah kumpulkanlah untuk Rabi'ah emas sebesar biji kurma." Maka Buraidah melakukannya dan telah mendapatkannya. Lalu Rasulullah bersabda kepada Rabi'ah, "Serahkan ini (emas) kepada mereka dan katakan, 'Ini adalah mahar putri kalian."
Maka Rabi'ah pun pergi menemui mereka dan menyerahkan mahar tersebut, mereka menerimanya sambil berkata, "Banyak lagi baik."
Rabi'ah kembali kepada Rasulullah dan berkata, "Ya Rasulullah aku belum pernah melihat suatu kaum yang lebih mulia dari mereka, mereka menerima apa yang aku serahkan sekalipun ia tidak banyak, bahkan mereka berkata, 'banyak lagi baik' Namun saat ini dari mana aku bisa mengadakan walimah ya Rasulullah?"
Maka Rasulullah bersabda kepada Buraidah, "Kumpulkan untuk Rabi'ah uang seharga seekor kambing."
Lalu mereka membeli seekor kambing yang gemuk dan besar.
Rasulullah bersabda kepada Rabi'ah, "Pergilah kepada Aisyah, minta kepadanya supaya menyerahkan gandum yang ada padanya." Rabi'ahpun mendatangi Aisyah dan Aisyah berkata, "Ambillah keranjang ini, di sana ada tujuh sha' gandum demi Allah kami tidak mempunyai makanan selainnya."
Maka Rabi'ah membawa domba dan keranjang gandum kepada keluarga calon istrinya. Mereka berkata, "Kami yang akan menyiapkan gandum. Adapun kambing maka kamu bisa meminta keluargamu untuk menyiapkannya."
Rabi'ah menuntun kambing tersebut bersama beberapa orang dari kaumnya, Bani Aslam, mereka menyembelih, menguliti dan memasaknya.
Rabi'ah bin Kaab mengadakan walimah dan mengundang Rasulullah.
Kisah Rabi'ah dan Abu Bakar, Sifat Rendah Hati dari Rabi'ah
Setelah Rabi'ah menikah, Nabi Muhammad -Shalallahu Alaihi Wassalam- memberinya sebidang tanah. Tempatnya dekat dengan Abu Bakar alias bertetangga dengannya. Kemudian dunia mulai menghampirinya. Sampai-sampai ia berselisih dengan Abu Bakar tentang pohon kurma. Rabi 'ah berkata, "Pohon ini di tanahku."
Abu Bakar menimpali, "Tidak, ia di tanahku."
Namun Rabi'ah tetap berserikeras sehingga Abu Bakar mengucapkan kata-kata yang tidak disukai Rabi'ah. Namun setelah kata-kata itu terlontar, Abu Bakar segera menyesalinya dan berkata kepada Rabi'ah, "Wahai Rabi'ah ucapkan kata-kata yang sama sebagai qishash."
"Tidak, demi Allah aku tidak akan mengucapkannya." Jawab Rabi'ah.
Abu Bakar berkata, "Kalau kamu tidak mau mengucapkan maka aku akan mengadukanmu kepada Rasulullah karena kamu telah menolak melakukan qishash terhadapku."
Maka Abu Bakar berangkat kepada Rasulullah dan Rabi'ah berjalan membuntutinya. Kaumnya, Bani Aslam juga menyertainya, mereka berkata, "Dia yang memulai perkara namun justru dia yang mengadukanmu kepada Rasulullah."
Rabi'ah memandang mereka sambil berkata, "Celaka kalian, tahukah kalian siapa dia? Dia adalah ash Shiddiq, syaikh kaum muslimin. Pulanglah kalian sebelum dia menengok dan melihat kalian, lalu dia akan mengira kalian di sini hendak membelaku atasnya, maka dia akan marah, dia akan datang kepada Rasulullah dan Nabipun bisa marah karena kemarahan Abu Bakar, kalau Nabi marah maka Allah bisa marah akibatnya aku akan celaka." Lalu kaumnya pun pulang.
Kemudian Abu Bakar datang kepada Nabi dia menyampaikan apa yang terjadi. Rasulullah memandang Rabi'ah dan bersabda, "Ada apa dirimu dengan ash Shiddiq wahai Rabi'ah?"
Rabi'ah menjawab, "Ya Rasulullah dia ingin agar aku mengucapkan apa yang telah ia ucapkan kepadaku, namun aku menolak."
Nabi bersabda, "Benar, jangan mengucapkan apa yang telah dia ucapkan, Akan tetapi ucapkan, 'Semoga Allah mengampunimu wahai Abu Bakar."
Maka Rabi'ah mengucapkan, "Semoga Allah mengampunimu wahai Abu Bakar."
Abu Bakarpun pulang dengan bercucuran airmata dan berkata, "Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan wahai Rabi'ah bin Kaab, semoga Allah membalasmu dengan kebaikan wahai Rabi'ah bin Kaab."
Subhanallah, dialog iman yang luar biasa. Jarang kita temui dialog yang serupa di zaman kita sekarang. Bukan masalah tanahnya, namun dialognya Rabi'ah dengan Abu Bakar yang penuh dengan makna iman.
[sumber kisah: Shuwaru Min Hayatis Shahabah, Dr. Abdurrahman Rafat Basya]
Tag Hafalan
- Rabi'ah bin Kaab adalah seorang sahabat yang tinggal di beranda masjid atau ahlu suffah.
- Rabi'ah menikahi wanita pilihan Rasulullah dengan mahar emas sebesar biji kurma.
- Setelah menikah, Rabi'ah tinggal bertetangga dengan Abu Bakar.
RPA
Apa RPA? Baca Bonus Abana RPA dan Tag Hafalan
- Katakan kepada anak-anak kita, "Nak, jika ingin mendampingi nabi di Surga, perbanyaklah sujud dan syukur kepada Allah"
- Ayah Bunda melatih anak untuk mengatakan "Semoga Allah mengampunimu" jika melihat kesalahan temannya
- Ayah Bunda melatih anak mengucapkan, "Jazakumullah khairan" Semoga Allah membalas kebaikan di akhirat
Mungkin hanya itu saja, Saya cukupkan sampai di sini. Semoga kisah Rabi'ah bin Kaab ini bisa memberi suntikan ruh kepada kota. Amiin.
Posting Komentar untuk "Kisah Rabi'ah bin Kaab Sahabat Miskin Mementingkan Akhirat"
Tulis komentar di sini dan centang tombol "Notify me" atau "Ingatkan kami" agar Antum bisa melihat balasannya. Syukran