Kisah Sahabat Al Barra bin Malik Pahlawan Islam yang Tangguh
Apabila kita sedang mencari kisah sahabat yang heroik dan dijuluki sebagai pahlawan Islam yang tangguh, maka tidak salah lagi, di sinilah tempatnya. Kisah al-Barra bin Malik ini membahas seorang sahabat nabi terkenal dengan kepahlawanannya di medan perang.
Meskipun kita semua juga tahu bahwa Islam memiliki banyak pahlawan bukan hanya al-Barra. Namun, setiap sahabat memiliki ciri khas sendiri dalam kepahlawanannya. Seperti dalam kisah Usamah bin Zaid pahlawan muda Islam yang menaklukan pasukan Persia dalam usia 18 tahun, Khalid bin Walid yang dijuluki pedang Allah, beliau tidak pernah kalah dalam medan perang, dan masih banyak lagi.
Nah, begitu juga dengan sahabat al Barra bin Malik. Beliau juga memiliki ciri khas kepahlawanan yang tidak kalah hebatnya dari sahabat-sahabat terkenal seperti Umar, Ali dan lain sebagainya. Sehingga sangat disayangkan jika tidak membaca kisah al-Barra bin Malik ini, serta tidak menceritakan kepada anak-anak. Baiklah langsung saja kita simak kisah-kisah kepahlawanan sahabat al-Barra bin Malik.
Al-Barra bin Malik adalah sahabat yang berpawakan kurus, tulang tubuhnya berbalur daging tipis dan berambut kusut.
Sekalipun demikian, sahabat nabi yang satu ini sangatlah handal, pemberani dan tangguh. Karena ia pernah membunuh 100 orang musyrik sendirian saat duel satu lawan satu. Dan jumlah ini belum termasuk orang-orang yang dia habisi di medan perang.
Bahkan Umar bin Khattab menjuluki al-Barra sebagai seorang yang pemberani, bernyali besar dan bertekad baja. al Faruq menulis kepada para gurbenurnya di seluruh wilayah kekuasaanya, "Jangan menyerahkan pasukan kaum muslimin kepadanya, aku khawatir dia akan mencelakakan mereka karena keberaniannya."
Siapa keluarga Al-Barra bin Malik?
Apakah kalian pernah membaca kisah Anas bin Malik di web abanaonline? Nah, dialah saudara al-Barra bin Malik. Saudara kandung yang ayahnya sama-sama Malik. Itulah latar belakang al-Barra. Selanjutnya, kita akan membaca kisah kepahlawanan al-Barra bin Malik.
Kisah keberanian dan kepahlawanan al-Barra bin Malik dimulai setelah awal wafatnya Nabi yang mulia. Saat beliau Shalalallahu alaihi wassalam sudah menghadap Rabbnya, banyak kabilah-kabilah Arab yang mulai keluar berbondong-bondong meninggalkan agama Allah dan menjadi murtad padahal ketika nabi masih hidup mereka masuk Islam secara berbondong-bondong.
Sedangkan orang Makkah, Madinah, Thaif dan beberapa kabilah arab yang tersebar masih tetap teguh di atas Islam. Mereka adalah orang-orang yang Allah teguhkan hatinya di atas Islam.
Setelah Abu Bakar dibaiat menggantikan Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam, beliau langsung memerangi orang-orang murtad, terutama memerangi nabi palsu Musailamah.
Abu Bakar ash-Shiddiq menghadapi fitnah buta yang merusak. Beliau layaknya gunung yang berdiri kokoh, dia menyiapkan sebelas pasukan dari orang-orang Muhajirin dan Anshar, dia mengibarkan sebelas panji komando untuk memimpin pasukan tersebut, lalu dia mengirimkan semuanya ke segala penjuru Jazirah Arab untuk mengembalikan orang-orang murtad ke jalan petunjuk dan kebenaran, untuk membawa orang-orang yang menyimpang dari jalan yang benar dengan tajamnya pedang.
Terutama orang-orang murtad yang paling besar kekuatannya, paling banyak anggotanya. Siapa lagi kalau bukan Bani Hanifah, alias para pengikut Musailamah al-Kadzab.
Musailamah didukung oleh empat puluh ribu (40.000) orang dan mereka adalah petarung tangguh dari kabilahnya serta para sekutunya.
Sebagaimana yang pernah kami tulis di salah satu kisah web abana. Bahwa kebanyakan dari pengikut Musailamah al-Kadzab adalah orang-orang yang mengikutinya karena fanatisme kepadanya bukan karena beriman kepadanya, karena sebagian dari mereka berkata:
"Aku bersaksi bahwa Musailamah adalah pembual besar dan Muhammad adalah orang yang benar, namun pembual Rabi'ah lebih kami cintai daripada orang yang jujur dari Mudhar."
Pada babak pertama dalam memerangi Bani Hanifah, Musailamah mampu mengalahkan pasukan kaum muslimin dengan kepemimpinan Ikrimah bin Abu Jahal, dan Musailamah berhasil memukul mundur tentara Islam itu.
Setelah pasukan pertama yang dipimpin Ikrimah mundur. Maka Abu Bakar langsung mengirim pasukan kedua yang dipimpin oleh Khalid bin Walid, beranggotakan para sahabat besar dari kalangan orang-orang Muhajirin dan Anshar dan di barisan depan pasukan ini adalah Al Barra' bin Malik al Anshari dan beberapa pahlawan pemberani kaum muslimin lainnya.
Dua pasukan bertemu di bumi Yamamah di Nejed, dan perang pun dimulai, tetapi pasukan Musailamah terus memperlihatkan keunggulannya, bumi yang diinjak oleh kaum muslimin mulai berguncang, mereka mulai melangkah mundur pasukan muslim sehingga pengikut Musailamah mampu menerobos markas panglima Khalid bin Walid dan membongkar tiang-tiangnya, bahkan hampir saja membunuh istrinya Khalid.
Pada saat itu kaum muslimin merasakan sebuah bahaya yang sangat besar, mereka menyadari bahwa jika mereka kalah di depan Musailamah al-Kadzab, niscaya Islam tidak akan pernah berdiri tegak setelah hari itu. Allah yang tiada sekutu bagiNya tidak akan pernah lagi disembah di bumi Jazirah Arab.
Akhirnya, Khalid bin Walid maju menghampiri pasukannya, dia mulai menata ulang, memisahkan orang-orang Muhajirin dari orang-orang Anshar, dia juga memisahkan orang-orang pedalaman dari pasukan yang lain. Khalid mengumpulkan anak-anak dari seorang bapak di bawah panji-panji salah seorang dari mereka, agar masing-masing dari mereka menunjukkan kepahlawanannya di medan perang, agar diketahui di mana titik kelemahan kaum muslimin.
Perang kembali berkecamuk yang memakan korban besar, bahkan kaum muslimin belum pernah mengenal perang sedahsyat itu dalam sejarah mereka sebelumnya. Pasukan Musailamah berperang dengan teguh layaknya gunung yang tegak menjulang tinggi, mereka tidak terpengaruh oleh banyaknya jumlah korban yang berjatuhan.
Nah, mulai dari sinilah kaum Muslimin memperlihatkan kepahlawanan mereka yang sangat mengagumkan, seandainya ia disusun menjadi satu niscaya akan menjadi sebuah kisah kepahlawanan yang tergolong sangat mencengangkan.
Pahlawan pertama adalah Tsabit bin Qais, pembawa panji orang-orang Anshar, ia mengambil kain kafannya, membuat galian di tanah sedalam setengah betis, lalu dia masuk ke dalam, dia tetap berdiri teguh di tempatnya, berperang membela panji kaumnya sampai dia tersungkur sebagai syahid.
Kemudian Zaid bin al Khattab saudara Umar bin Khattab, juga memperlihatkan kegigihannya. Dia memanggil kaum muslimin, "Wahai pasukan Islam, gigitlah gigi geraham kalian, tebaslah musuh kalian dan majulah tanpa mengenal rasa takut. Wahai tentara Allah, demi Allah aku tidak akan berbicara setelah kalimatku ini selama-lamanya sampai Musailamah dikalahkan atau aku mati untuk bertemu Allah, lalu aku akan menyampaikan alasanku kepadaNya."
Kemudian dia maju berperang melawan musuh sampai dia gugur sebagai syahid.
Yang ketiga adalah Salim (mantan hamba sahaya Abu Hudzaifah), dia pembawa panji orang-orang Muhajirin. Kaumnya khawatir dia akan goyah sehingga tidak kuat memegang panji, maka mereka berkata kepadanya, "Kami takut diserang melalui dirimu." Maka dia menjawab, "Jika kalian sampai kalah karena aku maka aku adalah seburuk-buruk penghafal Qur'an."
Kemudian dia maju dengan gagah berani sampai gugur sebagai syahid.
Akhirnya puncak kepahlawanan mereka semuanya tampak ada pada Barra' bin Malik.
Khalid melihat bahwa peperangan semakin sengit dan mencapai puncaknya, pada saat itu Khalid menoleh kepada Al Barra' bin Malik dan berkata, "Majulah wahai pemuda Anshar."
Maka al Barra' melihat kepada kaumnya dan berkata dengan perkataan indah memompa semangat kaum muslimin, "Wahai orang-orang Anshar, jangan ada salah seorang dari kalian yang berpikir untuk pulang ke Madinah, tidak ada Madinah bagi kalian setelah hari ini. Yang ada hanyalah Allah semata dan mati syahid."
Lalu al Barra' bin Malik melangkah maju menyerang orang-orang musyrik dan kaumnya mengikutinya, dia menerjang membelah barisan musuh, menebaskan pedangnya ke leher musuh-musuh Allah sehingga bumi yang dipijak oleh Musailamah dengan pasukannya bergoncang, maka merekapun mundur berlindung ke dalam benteng yang kemudian dikenal setelah itu dalam sejarah dengan benteng kematian karena banyaknya korban yang terbunuh di dalamnya.
Benteng kematian ini sangat luas dan dindingnya yang tinggi, Musailamah dengan ribuan pendukungnya masuk dan mengunci pintu benteng dari dalam, setelah bersembunyi dibalik benteng, selanjutnya pasukan Musailamah menghujani kaum muslimin dengan anak panah dari dalam benteng, maka anak panah turun kepada kaum muslimin layaknya hujan yang turun dari langit.
Pada saat itulah pahlawan kaum muslimin al Barra' bin Malik melangkah ke depan dan berkata, "Wahai kaum muslimin, letakkan aku di sebuah tameng, angkatlah tameng itu diujung tombak, kemudian lemparkan aku ke dalam benteng dekat pintu gerbangnya, kalau aku tidak gugur maka aku akan membuka gerbangnya untuk kalian."
Dalam sekejap al Barra' sudah duduk di sebuah tameng, berbadan kurus dan kerempeng, puluhan tombak mengangkatnya dan melemparkannya ke dalam benteng kematian di antara ribuan tentara Musailamah, maka al Barra' turun di antara mereka layaknya sebuah halilintar, al Barra' melawan mereka sendirian di dekat gerbang benteng, menebaskan pedangnya sehingga dia berhasil menyudahi perlawanan sepuluh orang dari mereka dan membuka benteng sekalipun dia harus menerima delapan puluh lebih luka tubuhnya berupa tusukan anak panah atau tebasan pedang.
Maka kaum muslimin berhamburan masuk ke dalam benteng kematian, dari dinding-dindingnya dan pintu-pintunya, mereka menebaskan pedang-pedang mereka ke leher orang-orang yang murtad.
Kaum muslimin bisa membunuh sekitar dua puluh ribu (20.000) orang dari mereka, kaum muslimin sampai kepada Musailamah dan mengirimnya ke pintu kematian. Setelah semua selesai, Al Barra' dibawa ke tendanya untuk diobati, Khalid bin Walid menyempatkan diri untuk tinggal selama satu bulan di Yamamah dalam rangka mengobati luka-lukanya sehingga Allah memberinya kesembuhan dan menetapkan kemenangan bagi kaum muslimin melalui kedua tangannya.
Meski sudah memenangkan perang melawan Musailamah, Al Barra' terus mencari syahadah, dia terus menerjuni perang demi perang, dia sangat ingin mewujudkan impian besarnya, rindu ingin bertemu dengan Nabi yang mulia.
Tibalah saat penaklukan kota Tustar di negeri Persia. Orang-orang Persia bersembunyi di salah satu bentengnya yang sangat tinggi, maka kaum muslimin mengepung mereka dari segala penjuru seperti gelang mengelilingi pergelangan tangan, pengepungan berlangsung lama, orang-orang Persia merasakan beratnya pengepungan, maka mereka mulai mengulurkan rantai-rantai besi dari atas dinding benteng, padanya tergantung kait-kait yang telah dibakar dengan api sehingga keadaannya lebih panas daripada bara, kait-kait panas ini menyambar kaum muslimin dan menjepit mereka, yang terjepit akan terangkat ke atas, selanjutnya dia akan mati atau mendekat kematian.
Salah satu pengait besi itu menyambar Anas bin Malik saudara Barra' bin Malik, al Barra' langsung memanjat dinding benteng, memegang rantai besi yang menyambar saudaranya, dia melawan kait dan berusaha untuk melepaskan Anas bin Malik, tangan al Barra' terbakar dan mengeluarkan asap, namun dia tidak mempedulikannya sehingga dia berhasil menyelamatkan saudaranya, al Barra' turun ke tanah setelah tangannya hanya tinggal tulang tanpa daging.
Dalam perang ini, Al Barra' bin Malik al Anshari berdoa kepada Allah agar melimpahkan syahadah kepadanya, maka Allah mengabulkan doanya di mana dia gugur sebagai syahid yang bangga bisa bertemu Allah.
Semoga Allah menjadikan wajah al Barra' bin Malik berseri-seri di dalam surga, membuatnya tenang karena bisa menyusul Nabi Muhammad, semoga Allah meridhainya dan menjadikannya ridha, dan kita pun bisa dikumpulkan bersama mereka Amiin. Sekian kisah al-Barra' bin Malik Pahlawan Islam yang Tangguh
Ditulis oleh: Abu Zaid al-Amir
Referensi: Shuwaru min Hayatis Shahabah (Mereka Adalah Para Sahabat Penulis DR. Abdurrahman Ra’fat Basya Penerbit At-Tibyan).
Tag Hafalan:
RPA
Apa RPA? Baca Bonus Abana RPA dan Tag Hafalan
Mungkin hanya itu saja RPA dari Kisah al-Barra bin Malik, jika mau ditambahkan tidak masalah. Jangan lupa, ajak teman-teman membaca web pendidikan Islam anak di abanaonline.com Wassalamualaikum.
Meskipun kita semua juga tahu bahwa Islam memiliki banyak pahlawan bukan hanya al-Barra. Namun, setiap sahabat memiliki ciri khas sendiri dalam kepahlawanannya. Seperti dalam kisah Usamah bin Zaid pahlawan muda Islam yang menaklukan pasukan Persia dalam usia 18 tahun, Khalid bin Walid yang dijuluki pedang Allah, beliau tidak pernah kalah dalam medan perang, dan masih banyak lagi.
Nah, begitu juga dengan sahabat al Barra bin Malik. Beliau juga memiliki ciri khas kepahlawanan yang tidak kalah hebatnya dari sahabat-sahabat terkenal seperti Umar, Ali dan lain sebagainya. Sehingga sangat disayangkan jika tidak membaca kisah al-Barra bin Malik ini, serta tidak menceritakan kepada anak-anak. Baiklah langsung saja kita simak kisah-kisah kepahlawanan sahabat al-Barra bin Malik.
Latar Belakang dan Ciri-Ciri al-Barra bin Malik
Al-Barra bin Malik adalah sahabat yang berpawakan kurus, tulang tubuhnya berbalur daging tipis dan berambut kusut.
Sekalipun demikian, sahabat nabi yang satu ini sangatlah handal, pemberani dan tangguh. Karena ia pernah membunuh 100 orang musyrik sendirian saat duel satu lawan satu. Dan jumlah ini belum termasuk orang-orang yang dia habisi di medan perang.
Bahkan Umar bin Khattab menjuluki al-Barra sebagai seorang yang pemberani, bernyali besar dan bertekad baja. al Faruq menulis kepada para gurbenurnya di seluruh wilayah kekuasaanya, "Jangan menyerahkan pasukan kaum muslimin kepadanya, aku khawatir dia akan mencelakakan mereka karena keberaniannya."
Siapa keluarga Al-Barra bin Malik?
Apakah kalian pernah membaca kisah Anas bin Malik di web abanaonline? Nah, dialah saudara al-Barra bin Malik. Saudara kandung yang ayahnya sama-sama Malik. Itulah latar belakang al-Barra. Selanjutnya, kita akan membaca kisah kepahlawanan al-Barra bin Malik.
Kisah Pahlawan Islam al-Barra bin Malik
Kisah keberanian dan kepahlawanan al-Barra bin Malik dimulai setelah awal wafatnya Nabi yang mulia. Saat beliau Shalalallahu alaihi wassalam sudah menghadap Rabbnya, banyak kabilah-kabilah Arab yang mulai keluar berbondong-bondong meninggalkan agama Allah dan menjadi murtad padahal ketika nabi masih hidup mereka masuk Islam secara berbondong-bondong.
Sedangkan orang Makkah, Madinah, Thaif dan beberapa kabilah arab yang tersebar masih tetap teguh di atas Islam. Mereka adalah orang-orang yang Allah teguhkan hatinya di atas Islam.
Setelah Abu Bakar dibaiat menggantikan Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam, beliau langsung memerangi orang-orang murtad, terutama memerangi nabi palsu Musailamah.
Abu Bakar ash-Shiddiq menghadapi fitnah buta yang merusak. Beliau layaknya gunung yang berdiri kokoh, dia menyiapkan sebelas pasukan dari orang-orang Muhajirin dan Anshar, dia mengibarkan sebelas panji komando untuk memimpin pasukan tersebut, lalu dia mengirimkan semuanya ke segala penjuru Jazirah Arab untuk mengembalikan orang-orang murtad ke jalan petunjuk dan kebenaran, untuk membawa orang-orang yang menyimpang dari jalan yang benar dengan tajamnya pedang.
Terutama orang-orang murtad yang paling besar kekuatannya, paling banyak anggotanya. Siapa lagi kalau bukan Bani Hanifah, alias para pengikut Musailamah al-Kadzab.
Musailamah didukung oleh empat puluh ribu (40.000) orang dan mereka adalah petarung tangguh dari kabilahnya serta para sekutunya.
Sebagaimana yang pernah kami tulis di salah satu kisah web abana. Bahwa kebanyakan dari pengikut Musailamah al-Kadzab adalah orang-orang yang mengikutinya karena fanatisme kepadanya bukan karena beriman kepadanya, karena sebagian dari mereka berkata:
"Aku bersaksi bahwa Musailamah adalah pembual besar dan Muhammad adalah orang yang benar, namun pembual Rabi'ah lebih kami cintai daripada orang yang jujur dari Mudhar."
Pada babak pertama dalam memerangi Bani Hanifah, Musailamah mampu mengalahkan pasukan kaum muslimin dengan kepemimpinan Ikrimah bin Abu Jahal, dan Musailamah berhasil memukul mundur tentara Islam itu.
Al-Barra bin Malik Maju Menghajar Musailamah
Setelah pasukan pertama yang dipimpin Ikrimah mundur. Maka Abu Bakar langsung mengirim pasukan kedua yang dipimpin oleh Khalid bin Walid, beranggotakan para sahabat besar dari kalangan orang-orang Muhajirin dan Anshar dan di barisan depan pasukan ini adalah Al Barra' bin Malik al Anshari dan beberapa pahlawan pemberani kaum muslimin lainnya.
Dua pasukan bertemu di bumi Yamamah di Nejed, dan perang pun dimulai, tetapi pasukan Musailamah terus memperlihatkan keunggulannya, bumi yang diinjak oleh kaum muslimin mulai berguncang, mereka mulai melangkah mundur pasukan muslim sehingga pengikut Musailamah mampu menerobos markas panglima Khalid bin Walid dan membongkar tiang-tiangnya, bahkan hampir saja membunuh istrinya Khalid.
Pada saat itu kaum muslimin merasakan sebuah bahaya yang sangat besar, mereka menyadari bahwa jika mereka kalah di depan Musailamah al-Kadzab, niscaya Islam tidak akan pernah berdiri tegak setelah hari itu. Allah yang tiada sekutu bagiNya tidak akan pernah lagi disembah di bumi Jazirah Arab.
Akhirnya, Khalid bin Walid maju menghampiri pasukannya, dia mulai menata ulang, memisahkan orang-orang Muhajirin dari orang-orang Anshar, dia juga memisahkan orang-orang pedalaman dari pasukan yang lain. Khalid mengumpulkan anak-anak dari seorang bapak di bawah panji-panji salah seorang dari mereka, agar masing-masing dari mereka menunjukkan kepahlawanannya di medan perang, agar diketahui di mana titik kelemahan kaum muslimin.
Perang kembali berkecamuk yang memakan korban besar, bahkan kaum muslimin belum pernah mengenal perang sedahsyat itu dalam sejarah mereka sebelumnya. Pasukan Musailamah berperang dengan teguh layaknya gunung yang tegak menjulang tinggi, mereka tidak terpengaruh oleh banyaknya jumlah korban yang berjatuhan.
Nah, mulai dari sinilah kaum Muslimin memperlihatkan kepahlawanan mereka yang sangat mengagumkan, seandainya ia disusun menjadi satu niscaya akan menjadi sebuah kisah kepahlawanan yang tergolong sangat mencengangkan.
Pahlawan pertama adalah Tsabit bin Qais, pembawa panji orang-orang Anshar, ia mengambil kain kafannya, membuat galian di tanah sedalam setengah betis, lalu dia masuk ke dalam, dia tetap berdiri teguh di tempatnya, berperang membela panji kaumnya sampai dia tersungkur sebagai syahid.
Kemudian Zaid bin al Khattab saudara Umar bin Khattab, juga memperlihatkan kegigihannya. Dia memanggil kaum muslimin, "Wahai pasukan Islam, gigitlah gigi geraham kalian, tebaslah musuh kalian dan majulah tanpa mengenal rasa takut. Wahai tentara Allah, demi Allah aku tidak akan berbicara setelah kalimatku ini selama-lamanya sampai Musailamah dikalahkan atau aku mati untuk bertemu Allah, lalu aku akan menyampaikan alasanku kepadaNya."
Kemudian dia maju berperang melawan musuh sampai dia gugur sebagai syahid.
Yang ketiga adalah Salim (mantan hamba sahaya Abu Hudzaifah), dia pembawa panji orang-orang Muhajirin. Kaumnya khawatir dia akan goyah sehingga tidak kuat memegang panji, maka mereka berkata kepadanya, "Kami takut diserang melalui dirimu." Maka dia menjawab, "Jika kalian sampai kalah karena aku maka aku adalah seburuk-buruk penghafal Qur'an."
Kemudian dia maju dengan gagah berani sampai gugur sebagai syahid.
Akhirnya puncak kepahlawanan mereka semuanya tampak ada pada Barra' bin Malik.
Khalid melihat bahwa peperangan semakin sengit dan mencapai puncaknya, pada saat itu Khalid menoleh kepada Al Barra' bin Malik dan berkata, "Majulah wahai pemuda Anshar."
Maka al Barra' melihat kepada kaumnya dan berkata dengan perkataan indah memompa semangat kaum muslimin, "Wahai orang-orang Anshar, jangan ada salah seorang dari kalian yang berpikir untuk pulang ke Madinah, tidak ada Madinah bagi kalian setelah hari ini. Yang ada hanyalah Allah semata dan mati syahid."
Lalu al Barra' bin Malik melangkah maju menyerang orang-orang musyrik dan kaumnya mengikutinya, dia menerjang membelah barisan musuh, menebaskan pedangnya ke leher musuh-musuh Allah sehingga bumi yang dipijak oleh Musailamah dengan pasukannya bergoncang, maka merekapun mundur berlindung ke dalam benteng yang kemudian dikenal setelah itu dalam sejarah dengan benteng kematian karena banyaknya korban yang terbunuh di dalamnya.
Benteng kematian ini sangat luas dan dindingnya yang tinggi, Musailamah dengan ribuan pendukungnya masuk dan mengunci pintu benteng dari dalam, setelah bersembunyi dibalik benteng, selanjutnya pasukan Musailamah menghujani kaum muslimin dengan anak panah dari dalam benteng, maka anak panah turun kepada kaum muslimin layaknya hujan yang turun dari langit.
Pada saat itulah pahlawan kaum muslimin al Barra' bin Malik melangkah ke depan dan berkata, "Wahai kaum muslimin, letakkan aku di sebuah tameng, angkatlah tameng itu diujung tombak, kemudian lemparkan aku ke dalam benteng dekat pintu gerbangnya, kalau aku tidak gugur maka aku akan membuka gerbangnya untuk kalian."
Dalam sekejap al Barra' sudah duduk di sebuah tameng, berbadan kurus dan kerempeng, puluhan tombak mengangkatnya dan melemparkannya ke dalam benteng kematian di antara ribuan tentara Musailamah, maka al Barra' turun di antara mereka layaknya sebuah halilintar, al Barra' melawan mereka sendirian di dekat gerbang benteng, menebaskan pedangnya sehingga dia berhasil menyudahi perlawanan sepuluh orang dari mereka dan membuka benteng sekalipun dia harus menerima delapan puluh lebih luka tubuhnya berupa tusukan anak panah atau tebasan pedang.
Maka kaum muslimin berhamburan masuk ke dalam benteng kematian, dari dinding-dindingnya dan pintu-pintunya, mereka menebaskan pedang-pedang mereka ke leher orang-orang yang murtad.
Kaum muslimin bisa membunuh sekitar dua puluh ribu (20.000) orang dari mereka, kaum muslimin sampai kepada Musailamah dan mengirimnya ke pintu kematian. Setelah semua selesai, Al Barra' dibawa ke tendanya untuk diobati, Khalid bin Walid menyempatkan diri untuk tinggal selama satu bulan di Yamamah dalam rangka mengobati luka-lukanya sehingga Allah memberinya kesembuhan dan menetapkan kemenangan bagi kaum muslimin melalui kedua tangannya.
Kisah Wafatnya Al-Barra' bin Malik di Benteng Tustar
Meski sudah memenangkan perang melawan Musailamah, Al Barra' terus mencari syahadah, dia terus menerjuni perang demi perang, dia sangat ingin mewujudkan impian besarnya, rindu ingin bertemu dengan Nabi yang mulia.
Tibalah saat penaklukan kota Tustar di negeri Persia. Orang-orang Persia bersembunyi di salah satu bentengnya yang sangat tinggi, maka kaum muslimin mengepung mereka dari segala penjuru seperti gelang mengelilingi pergelangan tangan, pengepungan berlangsung lama, orang-orang Persia merasakan beratnya pengepungan, maka mereka mulai mengulurkan rantai-rantai besi dari atas dinding benteng, padanya tergantung kait-kait yang telah dibakar dengan api sehingga keadaannya lebih panas daripada bara, kait-kait panas ini menyambar kaum muslimin dan menjepit mereka, yang terjepit akan terangkat ke atas, selanjutnya dia akan mati atau mendekat kematian.
Salah satu pengait besi itu menyambar Anas bin Malik saudara Barra' bin Malik, al Barra' langsung memanjat dinding benteng, memegang rantai besi yang menyambar saudaranya, dia melawan kait dan berusaha untuk melepaskan Anas bin Malik, tangan al Barra' terbakar dan mengeluarkan asap, namun dia tidak mempedulikannya sehingga dia berhasil menyelamatkan saudaranya, al Barra' turun ke tanah setelah tangannya hanya tinggal tulang tanpa daging.
Dalam perang ini, Al Barra' bin Malik al Anshari berdoa kepada Allah agar melimpahkan syahadah kepadanya, maka Allah mengabulkan doanya di mana dia gugur sebagai syahid yang bangga bisa bertemu Allah.
Semoga Allah menjadikan wajah al Barra' bin Malik berseri-seri di dalam surga, membuatnya tenang karena bisa menyusul Nabi Muhammad, semoga Allah meridhainya dan menjadikannya ridha, dan kita pun bisa dikumpulkan bersama mereka Amiin. Sekian kisah al-Barra' bin Malik Pahlawan Islam yang Tangguh
Ditulis oleh: Abu Zaid al-Amir
Referensi: Shuwaru min Hayatis Shahabah (Mereka Adalah Para Sahabat Penulis DR. Abdurrahman Ra’fat Basya Penerbit At-Tibyan).
Tag Hafalan:
- Ciri-ciri al Barra' bin Malik adalah seorang sahabat dengan rambut kusut, badan berdebu, kurus, tulang tubuhnya berbalur daging tipis.
- Al Barra' bin Malik telah membunuh seratus orang musyrik sendirian.
- Al Barra' bin Malik adalah saudara Anas bin Malik.
- Kaum muslimin membunuh pasukan Musailamah sekitar dua puluh ribu (20.000) orang.
- Al Barra' bin Malik wafat sebagai syahid ketika penaklukan kota Tustar di negeri Persia.
RPA
Apa RPA? Baca Bonus Abana RPA dan Tag Hafalan
- Ayah Bunda menanamkan Iman terhadap Allah, dimana ketangguhan al-Barra adalah atas pertolongan Allah
- Ayah Bunda menganjurkan kepada anak, untuk doa seperti al-Barra (dapat dikumpulkan dengan Nabi dan orang shalih di Surga) Amiin.
Mungkin hanya itu saja RPA dari Kisah al-Barra bin Malik, jika mau ditambahkan tidak masalah. Jangan lupa, ajak teman-teman membaca web pendidikan Islam anak di abanaonline.com Wassalamualaikum.
Posting Komentar untuk "Kisah Sahabat Al Barra bin Malik Pahlawan Islam yang Tangguh"
Tulis komentar di sini dan centang tombol "Notify me" atau "Ingatkan kami" agar Antum bisa melihat balasannya. Syukran