Metode Tafsir Paling Bagus Menurut Ibnu Katsir
Metode Tafsir. Al-Quran sebagai bukti kenabian Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam telah banyak memberikan cahaya bagi penerangnya. Di dalamnya terdapat keistimewaan dan keagungan, seperti susunan-susunan kata yang unik lagi indah dan kalimat-kalimat yang mudah dibaca serta dihafal. Itulah keistimewaan dari al-Quran.
Oleh sebab itu, mulai dari kalangan sahabat sampai ulama telah banyak yang belajar tentang ilmu al-Quran. Mereka menulis tafsir-tafsir supaya isi dari al-Quran tersebut dapat ditadabburi. Karena setiap kita dituntut untuk memahaminya saat membacanya, sedangkan salah satu cara supaya bisa memahami al-Quran adalah membuka tafsir para ulama.
Berkaitan dengan ilmu tafsir, ada istilah metode penafsiran. Jika ada yang bertanya, "Metode tafsir apakah yang paling bagus?"
Maka di sini kami ingin membahas tentang metode yang paling bagus dalam menafsirkan al-Qur'an. Metode ini kami ambil dari pendahuluan kitab Ibnu Katsir yang ditulis oleh pengarangnya langsung. Namun, sebelum itu kita perlu tahu dulu apa yang dimaksud dengan metode.
Metode adalah satu sarana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam konteks pemahaman al-Quran, atau dapat diartikan sebagai cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai pemahaman yang benar tentang apa yang dimaksudkan Allah dalam ayat-ayat Al Qur’an yang diturunkan melalui perantara Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam. Jadi, itu lah pengertian dari metode. Selanjutnya, metode apa yang paling baik dalam menafsirkan al-Quran?
Ibnu Katsir berkata "Metode yang paling shohih dalam hal ini adalah menafsirkan ayat al Qur'an dengan ayat al Qur'an. Perkara-perkara yang disebutkan secara global di satu ayat dapat ditemukan rinciannya di ayat lain. Jika tidak menemukannya, maka hendaklah mencarinya di dalam Sunnah, karena sunnah adalah penjelas bagi al Qur'an.
Allah berfirman:
"Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat" (QS.An Nisa' : 105)
Oleh karena itu Rasulullah bersabda:
"Ketahuilah bahwasannya telah diturunkan kepadaku al Qur'an dan yang semisalnya bersamanya."
Maksud "semisalnya bersamanya" adalah As Sunnah. As Sunnah juga diwahyukan sebagaimana al Qur'an, hanya saja as Sunnah tidak dibaca sebagaimana Al Qur'an.
Jadi, tahap yang pertama adalah, mencari dari ayat yang lainnya. Kemudian kepada Sunnah.
Maksudnya hendaklah engkau mencari tafsir ayat al Qur'an pada ayat yang lain. Jika tidak mendapatinya, maka hendaklah menafsirkannya dengan as Sunnah. Apabila kita tidak mendapati tafsirnya di dalam al Qur'an ataupun as Sunnah, maka kita merujuk kepada ucapan para sahabat, karena mereka lebih mengetahui tentang hal ini.
Para sahabat menyaksikan langsung indikasi-indikasi dan keadaan-keadaannya yang khusus. Mereka memiliki pemahaman yang sempurna, ilmu yang shohih dan amal yang sholih, terlebih lagi para ulama mereka, tokoh-tokoh mereka seperti empat khulafa'ur Rasyidin dan para imam yang mendapat petunjuk, di antaranya adalah Abdullah bin Mas'ud.
Imam Abu Ja'far bin Jarir meriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud, ia berkata, "Demi Allah tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar selain Dia. Tidaklah turun satu ayatpun dari Kitabullah melainkan aku mengetahui berkaitan dengan siapa ayat itu diturunkan dan dimana ayat itu diturunkan. Sekiranya ada seseorang yang lebih mengetahui tentang Kitabullah dariku yang berada di tempat yang bisa dijangkau kendaraan, niscaya aku akan mendatanginya."
Menurut riwayat yang shahih Ibnu Mas'ud wafat pada tahun 32 H.
Selain Abdullah bin Masud, masih ada Abdullah bin Abbas. Ya, di antara mereka yang fasih dalam penafsiran adalah Abdullah bin Abbas yang mendapat julukan al Habrul Bahr (Samudra ilmu). Beliau anak paman Rasulullah dan turjumanul Qur'an (juru bahasa Al Qur'an). Menjadi ahli ilmu atas berkah doa Rasulullah, dimana beliau berdoa,
"Ya Allah, berilah ia pemahaman dalam agama dan ajarkanlah kepadanya ta'wil (tafsir).".
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud, ia berkata, "Sebaik-baik turjumanul Qur'an adalah Ibnu Abbas." Sanad ini shahih.
Al A'masy meriwayatkan dari Abu Wa'il, ia berkata, "Ali menunjuk Abdullah bin Abbas sebagai amir haji. Maka beliau berkhutbah di hadapan orang-orang lalu membaca surat al Baqarah -dalam riwayat lain, surat an Nuur- lalu menafsirkannya dengan penafsiran yang sekiranya penduduk Romawi, Turki dan Dailan mendengarnya, niscaya mereka akan masuk Islam."
Oleh karena itu Ismail bin Abdirrahman as Suddi al Kabir dalam tafsirnya banyak meriwayatkan dari dua sahabat ini, yakni Ibnu Abbas dan Ibnu Mas'ud.
Akan tetapi kadangkala ia menukil dari mereka ucapan-ucapan Ahli Kitab yang memang diperbolehkan oleh Rasulullah dalam sabdanya,
"Sampaikanlah dariku meski hanya satu ayat, dan sampaikan riwayat dari Bani Israil, hal itu tidak berdosa. Dan barangsiapa sengaja berdusta atas namaku maka hendaklah dia menyiapkan tempat duduknya di neraka." (Hadits riwayat al Bukhari dari Abdullah bin Amr.)
Oleh karena itulah Abdullah bin Amr pada perang Yarmuk mendapat dua kotak berisi buku-buku Ahli Kitab. Lalu ia menyampaikan dari keduanya karena memahami dari hadits ini bahwa hal itu diperbolehkan.
Itulah urutan metode yang paling bagus dan digunakan oleh setiap ulama ahlus Sunnah. Tahapan yang pertama, dengan ayat al-Quran yang lain, kemudian dengan Sunnah (Hadits Nabi) dan terakhir dengan perkataan sahabat, seperti Abdullah bin Mas'ud dan Abdullah bin Abbas.
Baiklah, itu saja dari kami pembahasan tentang Metode Tafsir Paling Bagus Menurut Ibnu Katsir. Semoga menambah keilmuan kita. Amiin. Redaksi Abu Zaid diambil dari kitab al-Misbahul Munir fi Tahdzib Tafsir Ibnu Katsir. Dibawah pengawasan Syaikh Syafiyurrahman al-Mubarakfuri. Judul Indo. Shahih Tafsir Ibnu Katsir, penerbit pustaka Ibnu Katsir.
Oleh sebab itu, mulai dari kalangan sahabat sampai ulama telah banyak yang belajar tentang ilmu al-Quran. Mereka menulis tafsir-tafsir supaya isi dari al-Quran tersebut dapat ditadabburi. Karena setiap kita dituntut untuk memahaminya saat membacanya, sedangkan salah satu cara supaya bisa memahami al-Quran adalah membuka tafsir para ulama.
Berkaitan dengan ilmu tafsir, ada istilah metode penafsiran. Jika ada yang bertanya, "Metode tafsir apakah yang paling bagus?"
Maka di sini kami ingin membahas tentang metode yang paling bagus dalam menafsirkan al-Qur'an. Metode ini kami ambil dari pendahuluan kitab Ibnu Katsir yang ditulis oleh pengarangnya langsung. Namun, sebelum itu kita perlu tahu dulu apa yang dimaksud dengan metode.
Metode adalah satu sarana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam konteks pemahaman al-Quran, atau dapat diartikan sebagai cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai pemahaman yang benar tentang apa yang dimaksudkan Allah dalam ayat-ayat Al Qur’an yang diturunkan melalui perantara Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam. Jadi, itu lah pengertian dari metode. Selanjutnya, metode apa yang paling baik dalam menafsirkan al-Quran?
Metode Terbaik dalam Menafsirkan al-Quran Menurut Ibnu Katsir
Ibnu Katsir berkata "Metode yang paling shohih dalam hal ini adalah menafsirkan ayat al Qur'an dengan ayat al Qur'an. Perkara-perkara yang disebutkan secara global di satu ayat dapat ditemukan rinciannya di ayat lain. Jika tidak menemukannya, maka hendaklah mencarinya di dalam Sunnah, karena sunnah adalah penjelas bagi al Qur'an.
Allah berfirman:
إِنَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِتَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ بِمَا أَرَاكَ اللَّهُ ۚ وَلَا تَكُنْ لِلْخَائِنِينَ خَصِيمًا
"Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat" (QS.An Nisa' : 105)
Oleh karena itu Rasulullah bersabda:
ألا إني أوتيت الكتاب و مثله معه
"Ketahuilah bahwasannya telah diturunkan kepadaku al Qur'an dan yang semisalnya bersamanya."
Maksud "semisalnya bersamanya" adalah As Sunnah. As Sunnah juga diwahyukan sebagaimana al Qur'an, hanya saja as Sunnah tidak dibaca sebagaimana Al Qur'an.
Jadi, tahap yang pertama adalah, mencari dari ayat yang lainnya. Kemudian kepada Sunnah.
Maksudnya hendaklah engkau mencari tafsir ayat al Qur'an pada ayat yang lain. Jika tidak mendapatinya, maka hendaklah menafsirkannya dengan as Sunnah. Apabila kita tidak mendapati tafsirnya di dalam al Qur'an ataupun as Sunnah, maka kita merujuk kepada ucapan para sahabat, karena mereka lebih mengetahui tentang hal ini.
Para sahabat menyaksikan langsung indikasi-indikasi dan keadaan-keadaannya yang khusus. Mereka memiliki pemahaman yang sempurna, ilmu yang shohih dan amal yang sholih, terlebih lagi para ulama mereka, tokoh-tokoh mereka seperti empat khulafa'ur Rasyidin dan para imam yang mendapat petunjuk, di antaranya adalah Abdullah bin Mas'ud.
Imam Abu Ja'far bin Jarir meriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud, ia berkata, "Demi Allah tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar selain Dia. Tidaklah turun satu ayatpun dari Kitabullah melainkan aku mengetahui berkaitan dengan siapa ayat itu diturunkan dan dimana ayat itu diturunkan. Sekiranya ada seseorang yang lebih mengetahui tentang Kitabullah dariku yang berada di tempat yang bisa dijangkau kendaraan, niscaya aku akan mendatanginya."
Menurut riwayat yang shahih Ibnu Mas'ud wafat pada tahun 32 H.
Selain Abdullah bin Masud, masih ada Abdullah bin Abbas. Ya, di antara mereka yang fasih dalam penafsiran adalah Abdullah bin Abbas yang mendapat julukan al Habrul Bahr (Samudra ilmu). Beliau anak paman Rasulullah dan turjumanul Qur'an (juru bahasa Al Qur'an). Menjadi ahli ilmu atas berkah doa Rasulullah, dimana beliau berdoa,
اللهم فقهه في الدين علمهه التأويل
"Ya Allah, berilah ia pemahaman dalam agama dan ajarkanlah kepadanya ta'wil (tafsir).".
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud, ia berkata, "Sebaik-baik turjumanul Qur'an adalah Ibnu Abbas." Sanad ini shahih.
Al A'masy meriwayatkan dari Abu Wa'il, ia berkata, "Ali menunjuk Abdullah bin Abbas sebagai amir haji. Maka beliau berkhutbah di hadapan orang-orang lalu membaca surat al Baqarah -dalam riwayat lain, surat an Nuur- lalu menafsirkannya dengan penafsiran yang sekiranya penduduk Romawi, Turki dan Dailan mendengarnya, niscaya mereka akan masuk Islam."
Oleh karena itu Ismail bin Abdirrahman as Suddi al Kabir dalam tafsirnya banyak meriwayatkan dari dua sahabat ini, yakni Ibnu Abbas dan Ibnu Mas'ud.
Akan tetapi kadangkala ia menukil dari mereka ucapan-ucapan Ahli Kitab yang memang diperbolehkan oleh Rasulullah dalam sabdanya,
بلغوا عني ولو أية و حدثوا عن بني إسراءيل و لا حرج و من كذب علي متعمدا فليتبوأ مقعده من النا
"Sampaikanlah dariku meski hanya satu ayat, dan sampaikan riwayat dari Bani Israil, hal itu tidak berdosa. Dan barangsiapa sengaja berdusta atas namaku maka hendaklah dia menyiapkan tempat duduknya di neraka." (Hadits riwayat al Bukhari dari Abdullah bin Amr.)
Oleh karena itulah Abdullah bin Amr pada perang Yarmuk mendapat dua kotak berisi buku-buku Ahli Kitab. Lalu ia menyampaikan dari keduanya karena memahami dari hadits ini bahwa hal itu diperbolehkan.
Itulah urutan metode yang paling bagus dan digunakan oleh setiap ulama ahlus Sunnah. Tahapan yang pertama, dengan ayat al-Quran yang lain, kemudian dengan Sunnah (Hadits Nabi) dan terakhir dengan perkataan sahabat, seperti Abdullah bin Mas'ud dan Abdullah bin Abbas.
Baiklah, itu saja dari kami pembahasan tentang Metode Tafsir Paling Bagus Menurut Ibnu Katsir. Semoga menambah keilmuan kita. Amiin. Redaksi Abu Zaid diambil dari kitab al-Misbahul Munir fi Tahdzib Tafsir Ibnu Katsir. Dibawah pengawasan Syaikh Syafiyurrahman al-Mubarakfuri. Judul Indo. Shahih Tafsir Ibnu Katsir, penerbit pustaka Ibnu Katsir.
Posting Komentar untuk "Metode Tafsir Paling Bagus Menurut Ibnu Katsir"
Tulis komentar di sini dan centang tombol "Notify me" atau "Ingatkan kami" agar Antum bisa melihat balasannya. Syukran