Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Cara Nabi Muhammad Mendidik Keluarga Dari Istri sampai Cucunya


Cara Nabi Mendidik. Orang Islam yang beriman sudah sepantasnya menjadikan Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad -shalallahu alaihi wassalam- sebagai teladan dalam mendidik, khususnya masalah pendidikan keluarga muslim, sebagaimana yang sudah pernah dibahas sebelumnya yaitu, pentingnya mendidik keluarga Islami sesuai cara nabi Ibrahim dan Muhammad -shalallahu alaihi wassalam-.

Alhamdulillah, cara nabi Ibrahim mendidik keluarganya sudah pernah dibahas di sini, sehingga saat ini kami akan menjelaskan bagaimana Rasulullah -shalallahu alaihi wassalam- mendidik keluarganya, baik dari Istri sampai anak dan cucu beliau.

Gambaran Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam dalam Mendidik Keluarga

Cara Nabi Muhammad Mendidik Keluarga Dari Istri sampai CucuCucu

Mari melihat kehidupan Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wassalam dan keluarga beliau agar kita tahu bagaimana karakter beliau dalam mendidik.

Rasulullah shalallahu alaihi wassalam adalah seorang suami untuk beberapa orang istri dan sekaligus ayah untuk beberapa anak. Beliau memiliki tujuh anak, tiga laki-laki dan empat perempuan. Selain itu Rasulullah juga memiliki beberapa cucu, di mana dua orang di antara mereka menjadi orang besar setelah peninggalan beliau. Mereka berdua adalah Hasan dan Husain.

Inilah keluarga teladan yang dijamin oleh Allah kebersihan dan kesuciannya. Keluarga yang mestinya menjadi inspirasi setiap keluarga muslim hari ini. Menjadi contoh bagi setiap zaman.

Gambaran keluarga nabi shalallahu alaihi wassalam adalah model keluarga yang ingin kita bangun. Rasulullah shalallahu alaihi wassalam hidup tidak hanya dengan satu istri tetapi dengan beberapa istri. Bahkan para istri Rasulullah shalallahu alaihi wassalam selalu merasa nyaman hidup dengan istri-istri yang lain. Tidak ada permasalahan antara istri yang satu dengan istri yang lain.

Tentunya ini semua karena Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wassalam adalah pribadi yang istimewa sehingga ketika mereka dibebaskan untuk memilih selain Rasulullah shalallahu alaihi wassalam , mereka pun menolak. Begitulah kenyamanan yang mereka rasakan hidup di sisi seorang suami, Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wassalam. Subhanaallah, inilah kuncinya! jadilah suami yang istimewa di depan sang istri.

Jadilah Suami Yang Istimewa seperti Nabi Adalah Cara Utama Mendidik Keluarga


Ya, inilah cara pertama mendidik keluarga sebagaimana nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam mendidik, dan kalau kita amati kehidupan hari ini, dimana masih banyak rumah tangga yang hanya dengan satu istri dan beberapa orang anak saja, namun berapa banyak masalah yang muncul di dalam bahtera rumah tangganya?

Sementara Rasulullah -shalallahu alaihi wassalam- hidup dengan 11 istri. Pernak pernik kecemburuan secara fitrah sangat manusiawi terkadang muncul antara satu istri dengan istri yang lainnya. Tetapi semua permasalahan itu dapat teratasi dengan baik, tanpa satu orang pun merasa dirugikan atau dikecewakan. Bahkan ketika Rasulullah shalallahu alaihi wassalam diperintahkan oleh Allah agar menawarkan cerai kepada istri-istrinya karena membuat Rasulullah -shalallahu alaihi wassalam- gundah saat mereka meminta tambahan harta, mereka para istri Nabi shalallahu alaihi wassalam tidak satu pun yang menginginkan perceraian.

Inilah sebuah keistimewaan yang harus menjadi contoh untuk para suami hari ini. Bagaimana kecintaan istri-istri Rasulullah shalallahu alaihi wassalam karena kepribadian beliau yang sangat mulia. Mestinya kita belajar bagaimana akhlak Rasulullah shalallahu alaihi wassalam dalam kehidupan berumah tangga. Akhlak beliau kepada para istri dan juga anak-anaknya. Tentunya tidak dibahas di sini, sudah banyak sekali buku-buku yang membahas akhlak dan sifat beliau.

Baca: 7 sifat nabi Muhammad yang wajib diteladani guru dan orangtua

Bukan Hanya Suami, Istri Juga Harus Istimewa


Cara Nabi Muhammad Mendidik Keluarga Dari Istri sampai CucuCucu

Begitu pula para istri. Pernikahan Rasulullah shalallahu alaihi wassalam dengan 11 istri itu adalah pernikahan dengan pemetaan kebutuhan yang jelas. Pernikahan pertama Rasulullah shalallahu alaihi wassalam dengan Khadijah yang dikaruniai enam orang anak adalah pernikahan dengan orang yang tepat di saat Rasulullah shalallahu alaihi wassalam butuh penopang utama dalam merintis dan meletakkan pondasi pertama dakwah.

Dialah wanita yang selalu mendukung perjuangan Rasulullah -shalallahu alaihi wassalam- dengan dukungan yang utuh dan sempurna. Di saat orang-orang mendustai nabi shalallahu alaihi wassalam, mencemooh dirinya, maka Khadijahlah orang yang pertama beriman tanpa keraguan. Meyakinkan semua yang dialami Rasulullah -shalallahu alaihi wassalam- adalah sebuah kemuliaan. Lihatlah sebuah dialog yang disampaikan Khadijah sesaat setelah Rasulullah ketakutan dan khawatir karena menerima wahyu pertama lalu pulang ke rumah minta diselimuti oleh Khadijah. Kekhawatiran Rasulullah shalallahu alaihi wassalam tersebut dijawab oleh Khadijah dengan ungkapan yang memberikan sebuah ketenangan.

"Tidak mengapa, bergembiralah. Demi Allah, Allah sama sekali tidak akan membuatmu kecewa. Anda adalah orang yang suka menjalin silaturrahmi, membantu orang yang lemah, menolong orang yang kesusahan, menghormati tamu dan membela orang-orang yang berada dalam kebenaran.

Sebuah pelajaran besar bagi setiap istri. Di saat suami memiliki masalah pelik yang dihadapi, bagaimana istri dapat membantu sang suami menenangkan suasana juga mencarikan solusi bagi masalah tersebut.

Itulah yang dilakukan Khadijah kemudian. Mempertemukan Rasulullah -shalallahu alaihi wassalam- dengan Waraqah salah seorang anak pamannya Khadijah, pemeluk agama Nasrani. Waraqahlah yang mengatakan bahwa yang mendatangi Rasulullah shalallahu alaihi wassalam di gua hira adalah malaikat yang sama, yang pernah mendatangi Musa alaihissalam. Berdasarkan apa yang ia ketahui dari al Kitab.

Sungguh kehilangan Khadijah sesuatu yang tidak tergantikan. Setidaknya itulah yang langsung disampaikan Aisyah: "Aku tidak pernah cemburu kepada seorang wanita melebihi cemburuku kepada Khadijah, padahal ia telah meninggal dunia sebelum Rasulullah menikahiku. Karena aku mendengar beliau menyebut-nyebut dia. Allah juga memerintahkan beliau untuk memberinya kabar gembira dengan sebuah rumah mutiara dan yaqut. Dan jika beliau menyembelih kambing, beliau menghadiahkan kepada teman-teman Khadijah dalam jumlah yang banyak." (HR. Bukhari dan Muslim).

Setelah Khadijah tiada, Rasulullah -shalallahu alaihi wassalam- menikah dengan Saudah. Seorang wanita tua yang sangat piawai dalam mendidik anak. Rasulullah -shalallahu alaihi wassalam- membutuhkan Saudah untuk mendidik anak-anak yang ditinggal Khadijah, bahkan Saudah pun menyerahkan giliran malamnya kepada Aisyah, karena ia sudah tidak membutuhkannya. Ia hanya berharap dibangkitkan dengan sebutan Ummul Mukminin.

Kemudian Rasulullah -shalallahu alaihi wassalam- membutuhkan Aisyah yang sangat muda, cerdas, dan enerjik. Sosok yang kelak akan menjadi guru besar bagi kaum muslimin dalam waktu yang lama sepeninggal Rasulullah, 47 tahun lamanya. Aisyah nantinya meriwayatkan 2210 hadits dan menjadi rujukan banyak ilmu bagi para sahabat dan tabiin.

Lalu Rasulullah shalallahu alaihi wassalam juga memiliki istri yang bernama Zainab binti Khuzaimah. Wanita yang dijuluki Ummul Masakin, ibunya orang-orang miskin. Yang berperan besar dalam mendekatkan keluarga besar Rasulullah shalallahu alaihi wassalam dengan orang-orang miskin.

Nabi juga menikahi seorang wanita keturunan yahudi yakni Shafiyah binti Huyay. Yang nanti juga memiliki peran yang besar untuk membangun hubungan dengan Yahudi, walau mereka akhirnya berkhianat.

Para istri hari ini bisa belajar dari setiap karakter istri-istri Nabi yang mulia. Terserah kita ingin memilih dan mencontoh siapa di antara mereka. Pribadi yang patut diteladani dalam setiap adab berbagai macam aktifitas. Mereka adalah orang-orang yang diberikan kemuliaan oleh Allah untuk mendampingi manusia yang paling dicintai di muka bumi ini.

Kesinambungan Kesholehan


Allah telah menganugrahkan Rasulullah shalallahu alaihi wassalam tujuh anak, enam orang anak dari Khadijah dan satu orang anak dari Maria al Qibtiyah.

Tiga anak laki-laki Rasulullah shalallahu alaihi wassalam meninggal pada saat mereka semua masih kecil. Sementara empat anak perempuannya tumbuh dewasa, menikah dan mempunyai anak. Rasulullah shalallahu alaihi wassalam mempunyai cucu-cucu. Dua di antara mereka tumbuh hingga dewasa dan menjadi penerus Rasulullah shalallahu alaihi wassalam.

Hasan dan Husain yang oleh Nabi disebut sebagai pemimpin para pemuda di surga. Subhanallah.

Lihatlah Rasulullah shalallahu alaihi wassalam dengan tujuh anak, tiga anak laki-lakinya tidak sempat beranjak dewasa. Tetapi anak perempuannya adalah wanita-wanita yang sholihah. Inilah kesinambungan kesholehan keluarga.

Dengan demikian sampai hari ini dan kapanpun tidak ada alasan untuk tidak sukses pada semua anak-anak kita. Tidak benar, ketika ada satu yang gagal kemudian mewajarkan hal tersebut. Kita harus mengatakan itu tidak wajar. Karena teladan mulia kita, sukses di semua anak-anaknya.

Kakek pun Punya Tanggung Jawab


Kesholehan itu pun terus berlanjut kepada Hasan dan Husain yang dalam sejarah dicatat sebagai cucu-cucu  dengan kebaikan akhlak yang mengagumkan. Dalam banyak riwayat, mereka berdua juga tumbuh dalam pengarahan dan pendidikan Rasulullah shalallahu alaihi wassalam. Ini pelajaran tersendiri buat kita.

Ketika usia pernikahan ini terus berlanjut. Dan Allah menganugrahkan cucu, maka upaya kita untuk melahirkan generasi yang sholeh pun tidak boleh berhenti. Kita masih memiliki tanggung jawab besar dan keterlibatan yang signifikan untuk mengantarkan cucu-cucu kita menjadi pribadi-pribadi dengan akhlak mulia.

Dalam surat Yusuf ayat ke 46, ketika al Aziz memanggil Yusuf dengan sebutan "Yusuf wahai orang yang terpercaya." Para ulama mengatakan bahwa Yusuf adalah orang yang terpercaya, anak orang yang terpercaya, anak orang yang terpercaya dan anaknya orang yang terpercaya. Artinya Yusuf anaknya Ya'qub, anaknya Ishaq, anaknya Ibrahim. Yang semuanya adalah orang-orang yang shiddiq.

Dari sini kita lihat bagaimana mengawal dan menjaga kelangsungan generasi tetap berada dalam kesholehan sejatinya adalah tanggung jawab kita. Setidaknya jika Allah memberikan kita kesempatan untuk hidup seusia Rasulullah dan sempat melihat cucu kita.

Kelak ketika Hasan menggantikan posisi Ali sebagai Khalifah, bukan lantaran sebuah singgasana yang otomatis turun kepada anaknya. Tapi hari itu, siapapun yang ditanya tentang orang yang paling pantas menggantikan Ali, semuanya pasti akan mengatakan Hasan.

Siapapun sepakat bahwa kredibilitas dan kapabilitasnya memenuhi kriteria kebutuhan seorang pemimpin hari itu. Dan setelah enam bulan Hasan memerintah, dia mengundurkan diri. Bukan karena ia bermasalah telah melakukan kecurangan atau kesalahan. Tapi karena ia melihat bahwa dengan pengunduran dirinya sebagai khalifah maka umat ini akan bersatu setelah terbelah dan saling berhadapan.

Setelah Hasan mengundurkan diri, tersebutlah tahun pengunduran diri Hasan itu sebagai 'Amul Jama'ah atau tahun persatuan. Terbukti sudah apa yang dikatakan Rasulullah Muhammad shallallahualaihi wassalam, "Sesungguhnya anakku ini adalah pemimpin. Kelak Allah  akan menyatukan antara dua kubu besar di tubuh muslimin." (HR. Bukhari no. 2505)

Begitu pula Husain yang tumbuh menjadi tokoh penggerak ummat untuk melawan  kemungkaran. Maka tak heran Rasulullah pun pernah menyebutkan bahwa Hasan dan Husain kelak adalah pemimpin para pemuda di Surga. (Musnad Ahmad no. 10576)

Hari ini orang boleh berkata apa pun tentang teori parenting. Akan tetapi ketika kita lihat realitas keluarganya terasa jauh panggang dari api, gugurlah segala macam bentuk teori yang dimiliki. Potret keberhasilan pengasuhan dan pendidikan anak hanya teori semu. Anak-anak mereka kerap menjadi kumpulan masalah yang tak tersentuh.

Lalu mengapa kita tidak belajar dari Rasulullah? Potret keluarganya dapat kita pelajari secara nyata. sejarah mencatatnya, betapa keluarga beliau begitu menyejukkan bak mata air inspirasi dalam kehidupan rumah kaum muslimin hari ini. Maka mari jadikan rumah tangga Rasulullah sebagai sumber inspirasi rumah tangga kita, agar rumah kita bercahaya. Kami akhiri artikel cara nabi Muhammad mendidik keluarga Wallahu'lam [Inspirasi Rumah Cayaha Ustdz Budi Ashari Lc]

Posting Komentar untuk "Cara Nabi Muhammad Mendidik Keluarga Dari Istri sampai Cucunya"