Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Kisah Perang Mu'tah Yang Menegangkan Beserta Hikmahnya


Kisah Perang Mu'tah- Dalam sejarah tertulis bahwa perang Mu'tah merupakan perang terbesar kaum muslimin semasa hidup Rasulullah -shalallahu alaihi wassalam- dan juga menjadi perang yang paling menegangkan. Maka tak heran apabila di dalam kisahnya bertebaran hikmah-hikmah agung yang patut ditanamkan kepada anak-anak atau murid kita di kelas. Bagaimana cerita tentang perang Mu'tah ini?

Kisah Perang Mu'tah Yang Menegangkan Beserta Hikmahnya

Berikut kisah perang Mu'tah yang tidak terlalu singkat dan lengkap, bacalah dengan perlahan, nikmati dan hayati.

Latar Belakang dan Sebab Terjadinya Perang Mu'tah


Latar belakang dan sebab terjadinya perang Mu'tah bermula saat memasuki tahun ke 6 H. Pada tahun itu telah terjadi perjanjian perdamaian antara Rasulullah -shalallahu alaihi wassalam- dengan kafir Quraisy di Makkah. Perjanjian ini dikenal sebagai "Perjanjian Hudaibiyah". Dan di dalam perjanjian itu telah disepakai untuk menghentikan perang, dan tidak saling menyerang selama 10 tahun.

Maka kesepakatan Hudaibiyah ini dimanfaatkan oleh Rasulullah -shalallahu alaihi wassalam- untuk menyebarkan Islam ke daerah-daerah luar Madinah dengan cara mengirim surat ajakan masuk Islam kepada beberapa raja dan kepala suku yang ada di luar Madinah.

Lalu nabi pun mengutus sebagian para sahabatnya untuk menyampaikan suratnya kepada raja-raja, dan salah satu sahabat yang diutus oleh Rasulullah adalah Harits bin Umair al Azdi. Rasulullah mengutus Harits bin Umair untuk mengantarkan surat kepada pemimpin Bashrah. Di zaman itu Bushra di bawah kekuasaan kerajaan Romawi yang beragama Nashrani.

Harits bin Umair pun pergi untuk mengajak penduduk Bushra masuk Islam. Tapi ketika Harits sudah sampai di daerah Mu'tah, tiba-tiba dia dibunuh oleh Syurahbil bin Amir al Ghassani (pemimpin al-Balqa yang termasuk dalam wilayah Syam). Padahal seorang utusan itu tidak boleh dibunuh dan harus dihormati. Jika utusan dibunuh berarti ini sebuah penghinaan yang sangat besar.

Tidak lama kemudian, berita terbunuhnya Harits bin Umair pun terdengar oleh Rasulullah -shalallahu alaihi wassalam- di Madinah. Beliau pun sangat marah besar, tapi tentunya kemarahan beliau bukan marah-marah tanpa alasan, Rasulullah marah karena utusan yang seharusnya dihormati, tapi malah dibunuh. Maka secara tidak langsung, mereka telah menghinakan Rasulullah dan Islam.

Oleh sebab itu, Rasulullah -shalallahu alaihi wassalam- langsung menyiapkan pasukan perang. Para sahabat dikumpulkan, baik dari kalangan muhajirin maupun anshar. Setelah semuanya dikumpulkan, jumlah pasukan kaum muslimin yang terdiri dari kaum lelaki pemberani itu sebanyak 3000 (tiga ribu) orang. Dalam perang Mu'tah ini Rasulullah tidak ikut serta di dalamnya. Makanya beliau menyerahkan kepemimpinan kepada sahabat Zaid bin Haritsah.

Komandan Pasukan Islam dan Wasiat Rasulullah Sebelum Perang Mu'tah


Kisah Perang Mu'tah Yang Menegangkan Beserta Hikmahnya

Setelah Rasulullah -shalallahu alaihi wassalam- mengumpulkan 3000 pasukan di suatu tempat, beliau langsung mengangkat Zaid bin Haritsah sebagai komandan perang, lalu jika Zaid terbunuh maka Ja'far bin Abi Thalib yang menggantikannya, jika Ja'far terbunuh maka diganti Abdullah bin Rowahah dan jika Abdullah terbunuh maka beliau menyuruh seluruh pasukan untuk memilih sendiri komandan di antara mereka.

Beliau bersabda, "Apabila Zaid gugur maka penggantinya adalah Ja'far, apabila Ja'far gugur maka penggantinya adalah Abdullah bin Rawahah, apabila Abdullah gugur maka tentukan pemimpin terbaik di antara kalian"

Selain itu, Rasulullah juga memberi arahan perang dan nasehat kepada mereka. Di antara nasehat beliau adalah "Ajaklah mereka masuk Islam, jika mereka tidak mau, perangilah setiap orang kafir. Janganlah kalian berbuat curang, jangan membunuh anak kecil, perempuan, orangtua, dan juga orang yang beribadah di tempat peribadatannya. Jangan menebang pohon dan merusak tanaman."

Kaum Muslim Bergerak ke Mu'tah Disertai Tangisan Abdullah bin Rawahah


Setelah Rasulullah memberikan arahan dan nasehat serta menunjuk komandan perang, beliau melepas pasukan perang yang dipimpin oleh Zaid bin Haritsah di tengah kota Madinah. Beliau mengucapkan selamat salam perpisahan kepada pasukan Islam.

Di saat itulah salah satu sahabat dari tiga komandan menangis. Ya, dia adalah Abdullah bin Rawahah, beliau menangis tersedu-sedu dan seluruh sahabat terkejut melihat kejadian ini. Kenapa Abdullah bin Rawahah menangis? Apakah menangis karena takut mati?

Tidak, tapi Abdullah bin Rawahah karena takut dengan Neraka, "Demi Allah, aku menangis bukan kerna cinta dunia dan rindu kepada kalian. Tapi aku menangis karena pernah mendengar Rasulullah membaca sebuah ayat dari kitab Allah yang di dalamnya disebutkan Neraka.

"Sungguh setiap jiwa di antara kalian pasti akan melewatinya (neraka) dan itu keharusan dan ketetapan dari Tuhanmu." (Qs.Maryam:77)

Subhanaallah, betapa tinggi derajat imannya para sahabat meskipun sudah dijamin masuk Surga tapi Abdullah masih sangat takut saat melewati jembatan siratal mustaqim.

Kemudian pasukan muslim pergi meninggalkan Madinah dan Rasulullah melepas mereka sampai di daerah Tsaniyatul Wada'. Pasukan Zaid itu pun terus berjalan ke arah utara hingga sampailah di sebuah kota bernama Ma'an, sampai di sana mereka berhenti namun tidak untuk istirahat, melainkan untuk mencari info kondisi pasukan lawan.

Zaid bin Haritsah mengutus beberapa orang untuk mencari tahu kondisi dan keadaan pasukan Romawi dan Bushra. Beberapa sahabat itu akhirnya mendapatkan informasi yang mengejutkan, ternyata pasukan Romawi jumlahnya sangat banyak, bahkan pasuka tersebut bukan hanya dari Ramawi tapi juga dari beberapa daerah yang ada di wilayah Bushra seperti Lakhm, Judzam dan Balqin. Berapa kira-kira jumlah pasukan Ramawi saat perang Mu'tah?

Saat perang Mu'tah pasukan Romawi sangat besar, mereka berjumlah 200.000 orang pasukan.
Para sahabat sama sekali tidak menyangka jumlah mereka yang begitu banyak dan tidak sebanding dengan pasukan muslimin yang hanya berjumlah 3000 orang.

Kaum Muslimin Bermusyawarah Sebelum Perang Mu'tah


Melihat fakta yang mengejutkan, orang-orang muslim masih tidak percaya dan tak pernah terbayangkan jika mereka memiliki jumlah pasukan yang begitu besar, sehingga mereka bermusyawarah tentang apa yang harus mereka lakukan dalam menghadapi musuh yang sangat besar tersebut.

Banyak di antara mereka ada yang usul untuk mengirimkan surat kepada Rasulullah -shalalllahu alaihi wassalam- dan meminta pasukan tambahan atau mengizinkan mereka agar kembali pulang ke Madinah. Tapi sebagai manusia biasa tentu wajar jika di hati para sahabat ada sedikit kegelisahan, mereka benar-benar gelisah dan hampir putus asa.

Tetapi di saat-saat genting ini, Abdullah bin Rowahah bangkit dan memberikan nasehat kepada mereka serta berusaha membangkitkan semangat mereka. Apa yang dikatakan beliau? Apakah perkataan beliau mampu membangkitkan semangat pasukan muslimin?

Abdullah bin Rawahah berkata, "Wahai pasukan, kalian takut kematian, padahal mati dalam medan pertempuran itu adalah syahid dan inilah sebenarnya yang kita cari, (karena balasan orang mati syahid itu surga). Kita berperang bukan karena jumlah atau senjata kita yang banyak. Tetapi kita berperang untuk menegakkan agama Islam. Majulah kalian hadapilah para musuh itu, perangilah mereka. Islam menang, atau kita mati syahid?"

Setelah Abdullah menyampaikan ceramahnya yang singkat itu, tiba-tiba para pasukan Islam kembali semangat, keimanan mereka kepada Allah semakin kuat, bahkan telah hilanglah rasa gelisah yang ada di dalam hati mereka. Dengan semangat yang membara, mereka pergi meninggalkan Ma'an, dan melanjutkan perjalanan.

Pasukan Islam Bergerak Mendekati Musuh dan Membangun Strategi Perang Mu'tah


Ketika mereka sampai di daerah Balqa', mereka bertemu dengan pasukan musuh yang memang sudah berkumpul di sana, tapi pasukan Zaid bin Haritsah tidak langsung bertempur, mereka mencari tempat yang bagus untuk membuat kemah.

Zaid dan pasukannya berjalan ke pinggiran Balqa' hingga masuk kota Mu'tah kemudian mereka membuat kemah dan beristirahat sejenak serta menyusun strategi yang ampuh untuk mengalahkan musuh.

Di dalam kemah tersebut, Zaid membagi pasukannya menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama berada di sayap kanan yang dipimpin oleh Quthbah bin Qatadah, kelompok kedua berada di sayap kiri yang dipimpin oleh Ubadah bin Malik dan kelompok ketiga berada di tengah yang dipimpin oleh Zaid bin Haritsah sendiri. Pasukan ini pun siap bertempur dan berjihad meninggikan kalimat Allah yakni melawan pasukan Romawi.

Perang Mu'tah Dimulai dan Pergantian Komandan


Kedua pasukan pun akhirnya saling berhadapan di Mu'tah dan siap bertempur dengan jumlah yang tidak seimbang. Namun hal ini tidak lah membuat takut para sahabat, keimanan kepada Allah dan Rasulullah menjadikan perbedaan itu tidak ada artinya bagi mereka. Iman memberikan kekuatan besar bagi kaum muslimin dan menghilangkan rasa takut di hati mereka.

Pada tahun 8 H bulan Jumadil Ula pertempuran antara pasukan Islam dengan pasukan Romawi ini pun terjadi denga dahsyat. Para sahabat bertempur dengan penuh keberanian. Bendera pasukan Islam dipegang oleh Zaid bin Haritsah sebagai pemimpin pasukan. Satu persatu musuh gugur sehingga ada satu musuh yang melempar tombak mengenai Zaid dan akhirnya ia gugur sebagai syahid.

Persis yang dikatakan Rasulullah, setelah Zaid gugur maka komandan berpindah kepada Ja'far bin Abi Thalib.

Pasukan musuh berusaha mencari celah agar bisa membunuh komandan kaum muslimin, namun mereka kesulitan. Akhirnya salah satu musuh memukul kaki kuda Ja'far sehingga ia terjatuh lalu Ja'far bangun dan tetap bertempur, lawan berhasil menebas tangan kanan Ja'far hingga putus. Akhirnya bendera perang dipegang dengan tangan kiri dan tangan kirinya pun juga tertebas, bendera perangpun didekap dengan lengannya.

Subhanallah sungguh berani Ja'far bin Abi Thalib. Dalam kondisi seperti itu, seorang pasukan musuh menyerang dan berhasil membunuh Ja'far. Rasulullah yang berada di Madinah mendengar kabar kematian Ja'far dari Jibril dengan kedua tangan terputus, maka beliau bersabda, "Allah mengganti kedua tangan Ja'far dengan dua sayap dan ia akan terbang ke surga dengan kedua sayap itu."

Bendera perang pun diambil oleh Abdullah bin Rawahah.

Abdullah terus bertempur dengan penuh keberanian hingga ia wafat sebagai syahid. Bendera perang diambil oleh Tsabit bin Arqam. Dia berteriak, "Pilihlah komandan perang dari kalian." Seluruh pasukan Islam itu memilih dan mengangkat Khalid bin Walid yang dijuluki Rasulullah 'Pedang Allah yang terhunus.'

Bendera di Tangan Pedang Allah Khalid bin Walid


Kisah Perang Mu'tah Yang Menegangkan Beserta Hikmahnya

Selanjutnya pasukan Islam dipimpin panglima perang Khalid bin Walid, di perang Mu'tah ini Khalid merubah kelompok yang berada di sayap kanan dan ditukar di sayap kiri dan kelompok sayap kiri ditukar di sayap kanan.

Cara yang dilakukan Khalid ini berhasil. Pasukan Romawi menganggap bahwa pasukan Islam mendapatkan bala bantuan. Tentu ini akan menjadikan pasukan Romawi ketakutan. Mereka mengira bahwa pasukan Islam bertambah banyak. Padahal Khalid bin Walid sama sekali tidak mendapatkan tambahan pasukan, namun hanya menukar posisi pasukan saja. Subhanaallah betapa cerdik dan cerdasnya beliau ini.

Baca: Kisah Khalid bin Walid si Pedang Allah yang Terhunus

Dengan kecerdasan Khalid bin Walid ini, pasukan Islam berhasil menumbuhkan rasa takut yang besar di hati pasukan Romawi. Peperangan pun berakhir, dan pasukan Islam keluar dari Mu'tah dan kembali ke Madinah dengan membawa kemenangan.

Jumlah Korban di Perang Mu'tah dari Kedua Belah Pihak


Jumlah korban dari pihak kaum muslimin yang gugur dari perang Mu'tah ini ada 12 orang, sedangkan di pihak Ramawi tidak dapat diketahui, hanya saja dengan melihat rincian jalannya peperangan mestinya korban dari pasukan Ramawi jauh lebih banyak.

Peta Perang Mu'tah

perang mu'tah peta
edit abanaonline.com

Dan terakhir hanya Iman kepada Allah lah yang menjadikan para sahabat itu mulia, kuat, berani dan ditakuti musuh. walaupun musuh lebih banyak, ternyata kemenangan itu bukan dilihat dari jumlah, peralatan yang canggih tapi kemenangan itu dengan iman yang kuat. Untuk mengetahui hikmah perang mu'tah untuk diajarkan kepada anak-anak silahkan baca tag hafalan dan RPA di bawah ini:

Sumber: ar-Rahiq al-Makhtum, Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, kisah perang Mu'tah, Nizar Saad Jabal, Qids

Tag Hafalan

  1. Perang Mu'tah terjadi tahun 8 H bulan Jumadil Ula sebelum Fathu Malah yang terjadi di tahun yang sama namun beda bulan, pembukaan kota Makkah pada bulan Ramadhan.
  2. Perang Mu'tah terjadi karena terbunuhnya utusan Rasulullah, Harits bin Umair di Mu'tah.
  3. Pembunuh Harus bin Umur adalah Syurahbil bin Amir al Ghassani.
  4. Pasukan Rasulullah berjumlah 3000 orang dan pasukan Romawi 200.000 orang.
  5. Di perang ini 3 komandan kaum muslimin gugur, yakni Zaid bin Haritsah, Ja'far bin Abi Thalib dan Abdullah bin Rowahah.
  6. Perang Mu'tah dimenangkan kaum muslimin di bawah komandan Khalid bin Walid.
  7. Jumlah korban kaum muslimin ada 12 orang.


RPA

Apa RPA? Baca Abana Online Menyajikan Kisah Penuh Bonus

  1. Ayah Bunda menanamkan kepada anak karakter iman kepada Allah, misalnya banyak tidaknya pasukan akan dikalahkan dengan keimanan yang tinggi.
  2. Ayah Bunda menanamkan keimanan terhadap mu'jizat Rasulullah -shalallahu alaihi wassalam, dimana sebelum pasukan berperang, nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam sudah memberitahukan siapa saja yang akan mati syahid. Rasulullah sudah tahu bahwa Zaid, Ja'far dan Abdullah akan mati syahid di perang tersebut dan akan masuk surga.
  3. Ayah Bunda dan pendidik menanamkan keimanan terhadap hari akhir, Surga dan Neraka serta mengarahkan untuk takut terhadap siksa Neraka dan berdoa supaya masuk Surga.
  4. Menghayati tangisan Abdullah bin Rawahah, sekelas beliau yang sudah dijamin masuk Surga saja masih takut dengan api Neraka, masa kita yang beda level tidak takut??!

Itulah kisah perang Mu'tah yang mengagumkan dan penuh hikmah, semoga bermanfaat bagi generasi gemilang usia dini. Baca juga sejarah-sejarah peperangan lainnya di abanaonline.com

Posting Komentar untuk "Kisah Perang Mu'tah Yang Menegangkan Beserta Hikmahnya"