Sahabat Khalid bin Said Memilih Hidayah Daripada Harta
Kisah Khalid bin Said bin Al-Ash Radiyallahuanhu
Tak kenal maka tak sayang, itulah ungkapan yang tepat untuk kaum muslim terhadap kisah Khalid bin Sai'id. Beliau adalah salah satu sahabat nabi yang mulia namun sedikit sekali dari kita yang mengenalnya, apabila disebutkan nama Khalid, pasti yang mereka kira adalah Khalid bin Walid pahlawan Islam yang selalu dikenang. Padahal Khalid bin Said adalah salah satu as-Sabiqunal Awwalun golongan sahabat yang pertama masuk Islam.Oleh sebab itu, tidak ada salahnya apabila kita menyempatkan diri untuk mengenal juga sahabat nabi yang satu ini, agar bisa diambil hikmah dan dapat diteladani oleh kaum muslimin dan generasi seterusnya.
Kisah Ayah Khalid bin Sai'd yang Sangat Kaya
Di sore hari yang cerah dan tenang, seseorang yang bernama Said bin al Ash bin Umayyah yang berkunyah Abu Uhaihah keluar dari rumah menuju ke Makkah, kemudian dia memakai surban merahnya yang bagus dan berharga mahal, serta jubah yang dipakainya adalah jubah-jubah para raja Yaman yang berhias dengan benang emas. Dia berangkat bersama para hamba sahayanya sambil membawa pedang yang menghunus.
Selain ditemani hamba sahaya, Said bin al Ash juga ditemani oleh anak-anaknya, dan salah satu anaknya ialah Khalid bin Said. Tak hanya itu saja, Said bin al Ash juga diiringi oleh beberapa pemuka kaumnya Bani Abd Syams, mereka berjalan dengan jubah-jubah dari suteranya yang mahal.
Tatkala Said bin al Ash sudah tiba di Makkah, orang-orang di sekeliling Makkah berbisik, "Pemilik mahkota telah tiba."
Itulah julukan yang diterima oleh ayah Khalid, dia digelari pemilik mahkota karena jika Said bin al Ash sudah memakai surban merah di kepalanya maka tak ada satu orang pun yang berani memakai surban yang sama warnanya dengannya, sampai Said melepas dan tidak memakainya lagi. Betapa tingginya kedudukan ayah Khalid ini.
Tunggu dulu, karena kisahnya masih berlanjut, setelah mengatakan pemilik mahkota lalu orang-orang Quraisy langsung membuka jalan untuk Said bin al Ash dan rombongannya, hingga ia mendapat tempat duduk yang nyaman di Makkah. Di sana lah Abu Sufyan bin Harb, Utbah bin Rabi'ah, Abu Jahal bin Hisyam dan para pemuka Quraisy lainnya menghampirinya untuk mengucapkan salam kepadanya.
Said bin al Ash berkata, "Berita apa yang aku dengar tentang Saad bin Abi Waqash, aku mendengar dia telah mengikuti Muhammad. Bahkan dia berani memukul seorang laki-laki Quraisy hingga kepalanya terluka dan mengucurkan darah, karena laki-laki itu melarangnya shalat kepada selain tuhan-tuhan kita. Demi Latta dan Uzza, jika kalian masih terus meremehkan perkara Muhammad bin Abdullah karena kalian merasa segan kepada Bani Hasyim maka aku sendiri yang akan melakukannya. Aku akan melarang Tuhan Ibnu Abu Kabsyah (pen. Ayah susuan Rasulullah, suami Halimah as Sa'diyah) untuk disembah di Makkah."
Beberapa saat setelah itu, Said bin al Ash kembali ke rumah seperti biasanya, kecuali anaknya yang bernama Khalid bin Said, ia masih berada di Makkah untuk mencari berita tentang Muhammad serta dakwahnya. Ia berpindah-pindah dari satu mejelis ke majelis yang lain.
Menuju Jalan Hidayah Khalid bin Said
Malam pun tiba, Khalid bin Said pulang ke rumahnya dan menuju kamarnya. Namun rasa kantuk tak kunjung menghampirinya. Ia terus memikirkan tentang Muhammad dan gelisah serta khawatir jika ayahnya melakukan sesuatu terhadap Muhammad. Di bagian akhir malam, Khalid pun tertidur, namun tidak lama kemudian ia bermimpi dan membuatnya kembali terbangun. Dia merasakan ada beban berat yang dipikulnya. Khalid berkata, "Aku bersumpah, ini adalah mimpi yang benar, aku tidak bermimpi dusta."
Khalid bin Said melihat dalam mimpinya bahwa dirinya di tepi sebuah jurang yang sangat dalam dari jurang-jurang jahannam di mana pandangan mata tidak menjangkau ujungnya dan seseorang tidak mengetahui kedalamannya. Di jurang tersebut api menyala dan bergolak dengan suaranya yang menggelegar sangat menyeramkan, membuat hati terlepas dari tempatnya dan jiwa merinding menahan ketakutan yang luar biasa.
Tatkala ia hendak menjauh dari pinggir jurang, ayahnya menghadangnya dan menyeretnya ke dalam api maka dia pun melakukan perlawanan keras terhadapnya. Khalid bergelut dengan ayahnya dengan kekuatan yang dimilikinya, kekuatannya hampir saja melemah sehingga dia hampir terjatuh ke dalam jurang jahannam. Tiba-tiba Muhammad datang, memegang ikat pinggangnya dengan kedua tangannya dan menariknya dengan kuat, menyelamatkannya sehingga dia tidak terjatuh ke dalan jurang jahannam tersebut.
Kisah Masuk Islamnya Khalid bin Said
Kisah Khalid masuk Islam dimulai ketika tiba waktu pagi, saat itu Khalid bin Said berangkat ke rumah Abu Bakar, mengapa harus Abu Bakar? karena bagi Khalid, Abu Bakar adalah orang yang sangat ia percayai, dan Khalid merasa tenang jika berada bersamanya.
Lalu Khalid bin Said menceritakan mimpinya kepada Abu Bakar, maka Abu Bakar Ash-Shiddiq berkata, "Sungguh Allah telah menginginkan kebaikan untukmu wahai Khalid, Allah telah mengutus Muhammad dengan membawa agama hidayah dan kebenaran. Agamanya akan mengungguli seluruh agama manapun meski orang-orang musyrik membencinya. Ikutilah dia wahai Khalid, jika kamu mengikutinya maka pintu-pintu surga akan dibuka untukmu dan kamu akan dihalangi dari api neraka. Adapun ayahmu apabila dia tidak mau mengikuti Muhammad maka ia akan masuk ke dalam Jahannam di mana dia ingin menjerumuskanmu ke dalamnya."
Khalid bin Said berangkat menemui Rasulullah -shalallahu alaihi wassalam-. Saat itu beliau sedang beribadah kepada Allah secara sembunyi-sembunyi di Ayjad (sebuah bukit di Makkah). Khalid bin Said memberi penghormatan kepada Rasulullah seraya bertanya, "Kepada apa engkau mengajak kami wahai Muhammad?"
Nabi menjawab, "Aku mengajak kalian agar beriman kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya dan bahwa aku adalah hamba dan utusanNya, membuang penyembahan kepada batu yang tidak dapat melihat, tidak dapat mendengar, tidak mampu memberi manfaat dan menimpakan mudharat, tidak membedakan antara siapa yang menyembahnya dan siapa yang berpaling darinya."
Raut wajah Khalid berbinar, dia berkata, "Aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan bahwa engkau adalah utusan dan hambaNya."
Khalid bin Said adalah orang kelima atau keenam yang masuk Islam (As Sabiqunal Awwalun) di muka bumi, karena tidak ada yang mendahuluinya untuk menerima karunia agung ini selain Khadijah, Zaid bin Haritsah, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar as Shidiq, dan Saad bin Abi Waqash.
Khalid bin Said meninggalkan istana ayahnya yang megah dan penuh kenikmatan demi bergabung dengan Rasulullah, mengikuti beliau bersama para sahabat dengan berpindah-pindah dari satu bukit ke bukit lainnya untuk menikmati manisnya iman, menghafal al-Quran, beribadah secara sembunyi-sembunyi agar terhindar dari siksaan kaum Quraisy.
Sekian lama Khalid bin Said tidak ada di rumah, ayahnya pun mengutus mata-mata untuk mencari Khalid. Akhirnya berita Khalid masuk Islam sampai ke telinga ayahnya. Said bin al Ash hampir saja gila mendengar berita tersebut. Ia tidak menyangka bahwa salah satu anaknya berani membangkang dari kekuasaannya, kafir kepada Latta dan Uzza dan mengikuti Muhammad bin Abdullah.
Said bin al-Ash langsung mengutus hamba sahayanya yang bernama Rafi' dan dua saudara Khalid, Aban dan Umar untuk mencarinya. Mereka melihat Khalid bin Said sedang shalat di sebuah bukit di Makkah, shalatnya membuat hati mereka bergetar, tentram dan tenang.
Mereka berkata kepada Khalid, "Bapak memanggilmu karena ingin bertemu denganmu. Dia sangat murka karena kamu meninggalkan rumah tanpa sepengetahuannya."
Khalid pun pulang bersama mereka, saat dia tiba di hadapan ayahnya, ia mengucapkan salam Islam, ayahnya pun berkata kepadanya, "Celaka kamu, apakah kamu kafir kepada agamamu dan agama leluhurmu kemudian mengikuti Muhammad?"
Khalid menjawab, "Aku tidak kafir, akan tetapi aku beriman kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya, aku membenarkan kenabian RasulNya. Aku mencampakkan berhala-berhala yang kalian sembah."
Said pun marah dan berkata, "Celaka kamu, apakah kamu berkata bahwa dirimu membenarkan orang yang mengaku-ngaku Nabi itu?"
"Dia bukan pengaku, akan tetapi dia adalah orang yang benar, menyampaikan risalah Rabbnya, menasehatiku, menasehatimu dan menasehati umat seluruh manusia." Jawab Khalid.
Bapaknya berkata, "Kamu harus meninggalkannya dan mendustakannya."
Khalid menimpali, "Aku tidak akan melakukannya selama nadiku berdetak."
Said kembali berkata, "Kalau begitu aku akan menghentikan semua pemberianku kepadamu."
Khalid, "Ini adalah sesuatu yang paling ringan yang aku sudah duga sebelumnya, paling kecil yang telah aku perkirakan sebelumnya darimu. Allah yang memberiku dan memberimu rizki."
Kemarahan Said bin al Ash semakin memuncak, maka tangannya memegang tongkat keras yang telah dia siapkan sebelumnya mengayun ke kepala Khalid hingga berdarah.
Said terus memukuli Khalid sehingga darah bercucuran dari seluruh tubuh dan kepalanya. Kemudian dia memerintahkan agar Khalid diikat dan ditahan di sebuah ruangan yang gelap gulita, tanpa makanan dan minuman selama tiga hari.
Di hari keempat beberapa orang dari keluarga Khalid menjenguknya, mereka berkata, "Bagaimana keadaanmu wahai Khalid?"
Khalid menjawab, "Sesungguhnya aku sedang berguling-guling di atas nikmat Allah."
Mereka berkata, "Apakah kamu belum mau untuk kembali ke jalan yang benar dan mentaati ayahmu?"
Khalid menjawab, "Jalan lurus itu tidak meninggalkanku dan aku tidak meninggalkannya. aku tidak akan menaati ayahku dalam perkara di mana dia durhaka kepada Allah."
Mereka berkata, "Ucapkan kepada ayahmu sesuatu yang membuatnya rela tentang Latta dan Uzza sehingga dia membebaskanmu."
"Sesunguhnya Latta dan Uzza adalah dua batu yang buta dan tuli. Aku tidak akan mengucapkan tentang keduanya selain apa yang membuat Allah dan RasulNya ridha. Silakan ayahku melakukan apa yang dia inginkan." Jawab Khalid
Ujian Berat Khalid bin Said Setelah Masuk Islam
Said bin al Ash mengikat Khalid lebih kuat, dia memerintahkan anak buahnya agar membawanya ke padang pasir Makkah setiap hari tatkala matahari meninggi, menelentangkannya di antara bebatuan sehingga matahari membakarnya. Setiap kali mereka melakukan itu terhadap Khalid, dia selalu berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah memuliakanku dengan iman dan meninggikanku dengan iman. Semua ini jauh lebih ringan daripada adzab sesaat di jahannam di mana Abu Uhaihah ingin mencampakkanku ke dalamnya. Semoga Allah membalas kekasihNya dan NabiNya atas jasa-jasanya kepadaku dan kepada kaum muslimin dengan balasan terbaik."
Suatu saat kesempatan terbuka untuk Khalid sehingga dia bisa melepaskan diri dari tangan ayahnya, dia pergi menemui Nabi. Tidak lama kemudian dua saudaranya, Aban dan Umar mengikuti langkahnya, keduanya bergabung ke dalam barisan kebaikan dan cahaya. Hal ini membuat Said bin al Ash semakin terguncang hidupnya, ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Akhirnya dia berkata, "Demi Latta dan Uzza, aku akan membawa hartaku keluar dari Makkah, itu lebih baik bagiku. Aku akan menjauhi orang-orang kafir yang telah mencela tuhan-tuhanku dan sesembahan ku tersebut."
Lalu Said pindah ke Thaif. Dia tinggal di sana hingga akhir hayatnya dalam kekecewaan dan kesyirikan.
Tatkala Rasulullah memberi izin kepada para sahabatnya untuk berhijrah ke Habasyah, Khalid bin Said berangkat bersama istrinya, Aminah binti Khalaf al Khuza'iyah. Di sana Khalid tinggal selama belasan tahun sebagai penyeru kepada Allah, dia tidak pulang ke Madinah kecuali setelah Allah menaklukkan Khaibar untuk kaum muslimin.
Rasulullah berbahagia dengan kepulangan Khalid, lalu beliau mengangkatnya sebagai gubernur Yaman, jabatan ini dia pegang hingga Rasulullah wafat.
Di zaman Abu Bakar, Khalid bin Said bergabung di bawah panji-panji pasukan yang berangkat ke Syam untuk memerangi orang-orang Romawi. Khalid memperlihatkan keberaniannya di medan-medan perang.
Sebelum perang Marj ash Shuffar yang terjadi di dekat Damaskus, Khalid melamar Ummu Hakim binti al Harits, dan menikahinya. Ketika dia hendak melewati malam pertama dengannya, Ummu Hakim berkata kepadanya, "Wahai Khalid, alangkah baiknya kalau engkau menunda hal ini hingga kaum muslimin menyelesaikan perkara besar di mana kita akan menghadapinya."
Khalid menjawab, "Aku merasa yakin bahwa aku akan gugur."
Kemudian dia melewati malam pertama dengan istrinya. Ketika pagi tiba, Khalid mengadakan walimah untuk teman-temannya. Di saat mereka belum menyelesaikan santapan makan mereka, orang-orang Romawi sudah menata bala tentaranya dengan rapi.
Salah satu dari Romawi melangkah maju untuk perang satu lawan satu, maka Habib bin Salamah meladeninya dan kemenangan atas Habib bin Salamah.
Lalu seorang lagi dari Romawi maju, maka Khalid bin Said pun meladeninya, namun kemenangan di pihak lawan. Sehingga Khalid gugur sebagai syahid.
Akhirnya dua pasukan bertemu hingga terjadi perang yang sangat dahsyat. Saat itu Ummu Hakim menerjang maju seperri singa betina yang kehilangan pejantannya. Dia mengencangkan kain pengantinnya, dan mengambil tiang tenda yang menjadi saksi malam pertamanya. Dia terjun ke medan perang dan membunuh tujuh orang pasukan Romawi.
Kaum muslimin terus berperang sampai akhiranya usai dengan kemenangan di pihak kaum muslimin.
Arwah Khalid bin Said berkibar di antara mereka dengan penuh kebahagiaan. Pembunuhnya melihat ada secercah cahaya dari langit yang menaungi jasad Khalid. Maka dia menyesal telah membunuhnya dan bertaubat hingga ia masuk ke dalam agama Allah bersama orang-orang yang mendapat hidayah.
Subhanaallah, itulah kisah Khalid bin Said sahabat nabi yang memilih hidayah Islam daripada harta.
Tag Hafalan
- Ayahnya bernama Said bin al Ash bin Umayyah, pemuka Quraisy.
- Khalid bin Said termasuk as-Sabiqunal Awwalun, karena dia sahabat keenam yang masuk Islam.
- Khalid berhijrah ke Habasyah bersama istrinya yang bernama Aminah binti Khalaf.
- Khalid bin Said menjadi gubernur di Yaman sejak masa Rasulullah
- Wafatnya Khalid bin Said di perang Marj as Shuffar, Damaskus.
RPA
Apa RPA? Baca Bonus Abana RPA dan Tag Hafalan
- Ayah Bunda menanamkan karakter Iman kepada Rasulullah dimana sahabat Khalid bin Said sangat gigih dan kuat dalam memegang teguh Islam dan beriman kepada Allah serta RasulNya.
- Ayah Bunda mengatakan kepada anak-anak bahwa harta dunia bukanlah tujuan hidup seseorang, bahkan harta bisa membuatnya hina di akhirat. Tujuan kaum muslimin adalah Surga sedangkan harta tak lebih dari nikmat Allah yang pantas disyukurinya.
Selebihnya Ayah Bunda bisa menambahkan sendiri, terimakasih. Demikan biografi Khalid bin Said bin al-Ash yang sangat agung dan mulia, semoga bisa menjadi keberkahan untuk kita semua yang membacanya. Wallahualam [sumber:Shuwaru min Hayatis Shahabah Dr. Abdurrahman Ra'fat Basya]
Posting Komentar untuk "Sahabat Khalid bin Said Memilih Hidayah Daripada Harta"
Tulis komentar di sini dan centang tombol "Notify me" atau "Ingatkan kami" agar Antum bisa melihat balasannya. Syukran