Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Kisah Sahabat Khalid bin Walid Si Pedang Allah Lengkap

Kisah Khalid bin Walid- Setiap sahabat nabi pasti memiliki keutamaan dan kelebihan masing-masing, Abdullah bin Abbas sebagai tinta umat yang cerdas akan keilmuannya, kemudian ada Usamah bin Zaid sang panglima muda sekaligus ahli ilmu, dan masih banyak lagi sahabat-sahabat lainnya, maka begitu juga dengan sahabat satu ini, meskipun Khalid bin Walid tidak pernah meriwayatkan satu hadits pun dari nabi Muhammad -shalallahu alaihi wassalam- tapi dia sangat berjasa besar bagi Islam.

Kisah Sahabat Khalid bin Walid Si Pedang Allah (Lengkap)
all image from pixabay.com

Beliau dikenal sebagai pahlawan Islam yang heroik yang selalu memenangkan di setiap pertempuran, sehingga fakta ini membuat kisah Khalid bin Walid si pedang Allah sangat cocok dijadikan sebagai media berkisah anak-anak, maka kami pun akan mengulas cerita ini secara detail dan lengkap Insyaallah, tapi tentu tak selengkap yang di buku-buku. Baca pelan-pelan dan nikmatlah perjalanan hidupnya.

Latar Belakang dan Biografi Khalid bin Walid


Siapa Khalid bin Walid?

Nama lengkapnya adalah Khalid bin Walid bin Mughirah al Makhzumi. Dia berasal dari Makhzum, salah satu suku Quraisy yang memiliki kedudukan tinggi dan terkenal dengan kemuliaannya, kekayaan dan harta yang melimpah. Khalid bin Walid lahir 13 tahun setelah kelahiran Rasulullah -shalallahu alaihi wassalam- jadi selisih usia beliau lebih muda daripada usia nabi dan ketika nabi hijrah ke Madinah, Khalid berusia 40 tahun dan Rasulullah 53 tahun.

Khalid berasal dari keluarga bangsawan, mulia dan banyak harta. Ayahnya bernama Walid bin Mughirah, orang terkaya di Makkah dan seorang yang dimuliakan oleh penduduk Makkah karena kedermawanannya. Ayahnya juga sempat bertemu dengan masa Islam, akan tetapi ia memusuhi Islam dan menentang dakwahnya dengan sangat keras.

Sedangkan ibunya bernama Ashma atau yang dikenal dengan Lubabah, beliau putri al-Harits bin Harb al-Hilaliah.

Pada masa jahiliyah Khalid tumbuh sebagai seorang pemuda bertubuh tinggi, badannya lebar dan tegap sekali, kulitnya putih, wajahnya mirip dengan Umar bin Khattab jika dilihat dari kejauhan. Khalid bin Walid tumbuh di keluarga yang kaya raya, ayahnya membiasakan Khalid hidup dengan penuh kemewahan dan harta yang melimpah, tetapi sahabat Khalid justru tidak menyukai kehidupan keluarganya tersebut.

Selain itu sejak kecil Khalid  membiasakan diri berlatih perang dan hidup keras dan suka bermain dengan alat-alat perang, memanah, bermain pedang, tombak, naik kuda dan sebagainya. Ia terus berlatih menjadi pasukan perang yang tangguh dan komandan yang hebat, kuat, cerdas, sehingga ketika perang ia memiliki ide-ide yang cemerlang, keperkasaan yang tiada tara, dan taktik yang jitu.

Khalid bin Walid menjadi seorang penunggang kuda yang tangguh dan ditunjuk sebagai komandan pasukan berkuda di Perang Badar, Perang Uhud, dan Perang Khandak (Insyaallah akan kami ceritakan di bawah)

Setelah masuk Islam Khalid bin al-Walid dijuluki saifullah yang artinya pedang Allah. Beliau menjelma menjadi seorang pahlawan Islam, panglima para mujahid, dan pemimpin pasukan yang selalu dibantu Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia tak pernah terkalahkan baik di masa jahiliah maupun setelah Islam. Itulah latar belakang pejuang Islam dari sebelum masuk Islam sampai masuk Islam.

Kisah Khalid bin Walid di Perang Uhud


Kisah Sahabat Khalid bin Walid Si Pedang Allah (Lengkap)

Ketika Rasulullah -shalallahu alaihi wassalam- menyebarkan Islam di Makkah, Khalid bin Walid sangat membencinya. Dia bahkan banyak terlibat bersama orang-orang musyrik dan berusaha membunuh Rasulullah.

Pada tahun ke 3 H, Khalid menjadi salah satu komandan perang pasukan Abu Sufyan dalam perang Uhud. Di pasukan kafir ini, Khalid memimpin pasukan berkuda bersama Ikrimah bin Abu Jahal, dia menyerang pasukan Islam dari balik bukit. Sehingga dia membuat pasukan sahabat nabi berantakan dan kocar-kacir, tetapi tetap saja dia tidak berhasil mencelakai Rasulullah -shalallahu alaihi wassalam-

Lebih lengkapnya silahkan baca sejarah perang Uhud di situs ini.

Kisah Khalid bin Walid di Peperangan Lainnya Saat Jahiliyah


Pada tahun ke 5 H, Khalid juga terlibat bersama pasukan Kafir dalam menyerang Madinah yang disebut sebagai perang Khandaq, ia dan pasukannya kembali gagal. Kemudian di tahun ke 6 H, Khalid juga bergabung dengan pasukan Kafir untuk menghalangi Rasulullah -shalallahu alaihi wassalam- dan para sahabatnya umrah, sehingga terjadilah perang Hudaibiyah.

Khalid bin Walid sudah beberapa kali bertemu Rasulullah -shalallahu alaihi wassalam- dalam pertempuran. Ia juga melihat kemuliaan yang ada pada diri nabi, mulai dari akhlak beliau yang agung, ketangguhan dan kekuatan Rasulullah -shalallahu alaihi wassalam- tapi belum juga masuk Islam sampai Allah mentaqdirkannya.

Kisah Masuk Islamnya Khalid bin Walid


Kisah Sahabat Khalid bin Walid Si Pedang Allah (Lengkap)

Setelah melihat kemuliaan dan ketangguhan nabi Muhammad -shalallahu alaihi wassalam- beliau mulai mempertimbangkan untuk masuk Islam, ditambah lagi saat itu saudara Khalid bin Walid yang bernama Umarah yang sudah masuk Islam lebih dulu, mengirim surat kepada Khalid untuk menemui Rasulullah dan mengajaknya masuk Islam. Berikut isi suratnya:

"Bismillahirrahmanirrahim Amma ba'd. Sesungguhnya aku tak menemukan sesuatu yang lebih mengherankan daripada jauhnya pikiranmu dari Islam. Engkau seorang yang cerdas. Tak seorang pun yang tidak mengenal agama seperti Islam. Aku pernah ditanya suatu kali oleh Rasulullah -shallallahu alaihi wassalam- tentang dirimu. Beliau bertanya, 'Mana Khalid?'

Aku pun menjawab, 'Semoga Allah memberinya hidayah.' Lalu beliau bersabda lagi, 'Orang seperti Khalid tidak mengenai Islam? Andaikan ia gunakan kehebatan dan ketangguhannya –yang selama ini ia gunakan untuk yang lain– bersama kaum muslimin, tentu akan lebih baik baginya.'

Maka bergegaslah wahai saudaraku untuk menjemput peluang-peluang kebaikan yang sempat luput darimu."

Akhirnya Allah memberi hidayah kepada Khalid, dia membaca suratnya dan cahaya keyakinan pun mulai berkilau di hatinya yang suci. Ia berkata dalam hatinya, "Demi Allah, sungguh jalan inilah yang lurus. Sesungguhnya dia (Muhammad) memang benar-benar seorang rasul. Sampai kapan? Demi Allah aku harus segera menemuinya untuk mengutarakan keislamanku."

Maka Khalid bin Walid pergi menuju Madinah dengan menunggangi kuda dan di tengah jalan ia berjumpa dengan dua orang yang juga ingin masuk Islam, mereka adalah Amr bin Ash dan Utsman bin Thalhah.

Sesampainya di Madinah, Khalid langsung menemui Rasulullah dengan ditemani saudaranya, Umarah. Di hadapan Rasulullah, Khalid tidak banyak bicara dan langsung mengucapkan  syahadat, dengan demikian Rasulullah sangat gembira dengan keislaman Khalid bin Walid. Kapan beliau masuk Islam? Tahun ke 7 H bulan Safar.

Sebenarnya masih banyak cerita-cerita yang membahas keislaman Khalid, namun karena keterbatasan tempat Insyaallah akan kami tulis di bab tersendiri.

Kisah Khalid bin Walid di Perang Mu'tah dan Julukan Pedang Allah yang Terhunus


Pada tahun 6 H ada perjanjian Hudaibiyah yang kemudian dihianati oleh Ramawi dimana salah satu utusan Rasulullah bernama Harits bin Umair al-Azdi radhiallahuanhu dibunuh saat sedang membawa suratnya kepada Raja Bushra guna menyerunya masuk Islam.

Hal ini merupakan sebuah penghinaan dari pasukan Romawi terhadap Rasulullah, maka pada tahun 8 H, beliau mengirim pasukan kaum muslimin sebanyak 3000 prajurit ke daerah Mu'tah untuk membalas dendam terhadap kematiannya. Sedangkan jumlah musuh saat itu 200.000 pasukan.

Singkat cerita, semua komandan yang dipilih Rasulullah sudah gugur, mulai dari Zaid bin Haritsah, Ja'far bin Abu Thalib dan Abdullah bin Rawahah, di saat itu pasukan muslimin menetapkan Khalid bin Walid sebagai komandan perangnya, dan atas izin Allah ta'ala pasukan kafir Ramawi pun melarikan diri. Silahkan baca kisah lengkapnya di sini: Sejarah Dahsyat Perang Mu'tah

Ketika kaum muslimin sudah berkumpul di Madinah dengan membawa kemenangan, nabi -shalallahu alaihi wassalam- naik ke mimbar dan beliau bersabda kepada para sahabat yang hadir"

"Sesungguhnya saudara-saudara kalian telah berhadapan dengan musuh. Pertama kali panji dipegang oleh Zaid bin Haritsah. Ia berperang dengan gagah berani sampai akhirnya syahid. Kemudian panji diambil oleh Ja’far bin Abu Thalib. Ia berperang sampai akhirnya juga syahid. Setelah itu panji diambil oleh Abdullah bin Rawahah. Lalu ia berperang sampai akhirnya jatuh syahid. Terakhir, panji diambil oleh pedang di antara pedang-pedang Allah; Khalid bin Walid, maka Allah memenangkan kaum muslimin di bawah komandonya."

"Ya Allah, dia adalah pedang di antara pedang-pedang-Mu maka menangkanlah ia." Sejak hari itu Khalid bin Walid dijuluki dengan saifullah (pedang Allah) yang terhunus.

Khalid bin Walid dan Pembebasan Kota Makkah (Fathul Makkah)


Pada bulan Ramadhan tahun ke 8 H, Khalid bin Walid ikut serta dalam pembebasan kota Makkah bersama Rasulullah dan para sahabat yang berjumlah 10.000 orang. Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- memerintahkan Khalid dan orang-orang yang bersamanya untuk masuk ke Makkah dari sisi kanan.

Tapi ternyata saat Khalid dan pasukannya sedang dalam perjalanan di sebuah perkampungan (sebelum masuk Makkah), ia dihadang oleh beberapa orang kaum Quraisy. Di antara meraka ada Shafwan bin Umayyah, Ikrimah bin Abu Jahal, dan Suhail bin Amru. Mereka mengahalangi Khalid untuk masuk dan bahkan menghunus senjata serta menantangnya berperang. Melihat kejadian itu Khalid mengobarkan semangat sahabat-sahabatnya dan para sahabat menyerang balik kelompok Ikrimah.

Sebanyak 24 orang kaum Quraisy menemui ajal sementara 2 orang kaum muslimin menemui syahadah (mati syahid). Akhirnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menyempurnakan pembebasan Makkah untuk Rasul-Nya dan segenap kaum muslimin.

Setelah memasuki dan membebaskan Makkah, di sana terlihat banyak sekali patung-patung sesembahan kafir Quraisy, ada Uzza, Latta dan yang lainnya.

Maka nabi mengutus Khalid bin Walid untuk menghancurkan patung tersebut. Ketika penjaga patung Uzza yang berasal dari Bani Sulaim mendengar bahwa Khalid bin Walid sedang menuju ke sana untuk menghancurkannya, ia segera menggantungkan pedangnya di pundak patung Uzza tersebut. Kemudian ia naik ke atas bukit yang terletak di dekat sana lalu berkata,

"Wahai Uzza, siapkan dirimu, tak ada yang lain selainmu yang mampu menghadang Khalid yang telah siaga. Siapkan dirimu, karena jika engkau tidak membunuh Khalid, niscaya engkau akan ditimpa dosa yang dekat dan tak berdaya." Ucapnya terhadap patung.

Setelah Khalid sampai di sana, ia segera menghancurkan Uzza. Hal ini benar-benar membuktikan bahwa patung yang mereka sembah tidak dapat mendatangkan manfaat maupun madharat.

Kemudian Khalid menghancurkan rumah (ruangan) tempat patung itu lalu ia ambil seluruh harta yang ada di sana. Setelah itu ia kembali. Ia ceritakan kepada Rasulullah semua hal yang terjadi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Itulah Uzza dan ia tak akan pernah disembah lagi untuk selama-lamanya."

Tragedi di Daumat Jandal


Pada bulan Rajab tahun 9 Hijriah Rasulullah -shalallahu alaihi wassalam- mengirim Khalid bin Walid bersama 420 prajurit untuk menemui Ukaidir bin Abdul Malik (Ukaidir adalah seorang Raja Nasrani di Daumat Jandal) dari suku Kindah (sebuah suku di Yaman).

Sebelum pasukan Khalid bergerak, Rasulullah -shalallahu alaihi wassalam- telah memberi kabar baik kepada Khalid bahwa ia akan menyerang si Raja dalam keadaan lengah dan Khalid akan memenangkannya, "Sesungguhnya engkau akan mendapatinya sedang memburu sapi."

Lalu Khalid berangkat memimpin sariyah-nya menuju Daumat Jandal sampai ia tiba di perbatasan daerah itu. Ia sudah bisa melihat dengan jelas keadaan di dalam daerah tersebut, kemudian menyerang dan akhirnya ia dapat menawan Ukaidir bin Abdul Malik.

Ketika ditawan keadaan Ukaidir bin Malik sedang mengenakan jubah dari sutra yang ditenun dengan emas. Para sahabat sangat takjub melihat jubah tersebut, namun Khalid sama sekali tidak tertarik pada kesenangan dan perhiasan duniawi, sedikit pun ia tidak berfikiran untuk menyimpan jubah mewah tersebut, ia bahkan langsung mengirim jubah itu ke Rasulullah sebelum ia sampai ke Madinah.

Peran Khalid bin Walid setelah Nabi Muhammad Wafat


Kisah Sahabat Khalid bin Walid Si Pedang Allah (Lengkap)

Setelah Rasulullah wafat, sahabat Abu Bakar ash-Shiddiq diangkat menjadi Khalifah, di masa itu banyak permasalahan yakni murtadnya sebagian kaum muslimin dan adanya Nabi palsu bernama Musailamah Al Kadzdzab.

Khalid bin Walid Memerangi Kaum Murtad dan Nabi Palsu


Abu Bakar pun memerintahkan mereka untuk bertaubat namun sebagian tetap murtad sehingga Abu Bakar mengutus pasukan untuk memerangi mereka yang tidak mau kembali kepada Islam. Salah satu dari pasukan tersebut dipimpin Khalid bin Walid yang dipilih langsung oleh Abu Bakar karena keberaniannya dan juga pujian-pujian Rasulullah -shalallahu alaihi wassalam- kepadanya. Abu Bakar pun memerintahkan pasukan Khalid menuju daerah Buzakhah, di sana terdapat Nabi Palsu yang bernama Thulaihah al Asadi.

Khalid pun tiba di daerah tersebut, pertempuran antara Khalid dengan pasukan Thulaihah pun terjadi dengan sangat dahsyat. Hingga Khalid dapat mengalahkan pasukan Nabi palsu tersebut. Namun sayangnya, Thulaihah dan keluarganya kabur ke Syam. Sedangkan penduduk Buzakhah telah bertaubat dan kembali kepada Islam.

Setelah berhasil mengalahkan pasukan Thulaihah, Abu Bakar memerintahkan Khalid dan pasukannya pergi ke Buthah, di sana banyak orang murtad dan tidak mau bayar zakat, kepala suku di sana adalah Malik bin Nuwairah al Yarbu'i at Tamimi.

Dari Buzakhah, Khalid langsung menuju ke Buthah, namun Malik bin Nuwairah kabur ketakutan setelah mengetahui bahwa Khalid dan pasukannya akan datang memerangi mereka. Sesampainya di Buthah, Khalid dan pasukannya mendapati daerah itu telah kosong, lalu pasukan Khalid mengejar Malik dan sukunya sehingga mereka berhasil menangkap Malik dan sukunya dan diserahkan kepada Khalid bin Walid. Khalid pun membunuh Malik, dan penduduk Buthah dari suku Tamin bertaubat serta kembali masuk Islam.

Setelah Khalid bin Walid berhasil dengan baik melaksanakan tugas di daerah Buzakhah dan Buthah, Khalifah Abu Bakar kembali mengutus Khalid ke Yamamah yang dihuni oleh suku abu Hanifah. Di sana ada Musailamah al Kadzadzab yang mengaku Nabi. Di daerah tersebut ada orang Islam, namun mereka kesulitan untuk melawan Musailamah, hingga Khalid lah yang diutus membantu mereka memerangi nabi palsu ini.

Dari daerah Buthah, Khalid dan pasukannya langsung menuju ke Yamamah dan bergabung dengan orang Islam yang berada di Yamamah. Pasukan Khalid menjadi pasukan yang besar, mereka bertempur bersama melawan pasukan Musailamah dan akhirnya kemenangan pun  diraih oleh pasukan Khalid bin Walid.

Khalifah Abu Bakar mendengar berita kemenangan demi kemenangan yang diraih Khalid bin Walid. Beliau sangat kagum atas keberanian dan kecerdasan Khalid. Beliau pun memujinya dengan mengatakan, "Tidak ada seorang ibu pun yang bisa melahirkan anak seperti Khalid."

Khalid Membebaskan Negara Irak


Setelah berhasil mengalahkan Musailamah di Yamamah, Abu Bakar memerintahkan Khalid untuk berdakwah dan menyebarkan Islam ke Negara Irak serta membebaskan penduduknya dari penjajahan kerajaan Persia yang beragama Majusi.

Khalid memasuki Irak melalui Ubullah. Ia pun langsung menuju ke Irak sedangkan Abu Bakar mengirimkan bantuan dan tambahan tentara untuk Khalid. Pasukan bantuan ini dipimpin oleh Qa'qa' bin Amr. Tibalah pasukan Khalid bin Walid dan pasukan Qa'qa' di daerah yang bernama Hafer, salah satu daerah di kota Ubullah pada bulan Muharram tahun 12 H. Mereka berjumlah 18.000 pasukan dengan komandan Khalid bin Walid.

Sedangkan kerajaan Persia mendengar kabar kedatangan pasukan Khalid. Akhirnya mereka mengirim pasukan dengan komandan yang bernama Hurmuz. Pasukan Persia ini berkumpul di daerah Kazhimah yang sekarang bernama Kuwait. Khalid dan pasukannya pun juga menuju Kuwait.

Kedua pasukan pun bertemu di Kuwait. Sebelum pertempuran dimulai, Hurmuz dengan kesombonganny mengajak Khalid berduel. Tidak pikir lama, Khalid menuruti ajakan Hurmuz.
Dan tidak membutuhkan waktu lama, hanya dua kali pukulan saja, Hurmuz dikalahkan dan mati. Seluruh pasukan Persia melihat Hurmuz mati, mereka pun ketakutan. Pasukan Khalid bin Walid dengan mudah mengalahkan mereka. Negara Kuwait pun akhirnya dibebaskan dari penjajahan Persia dan di bawah kekuasaan Islam.

Setelah membebaskan Kuwait, Khalid dan pasukannya kembali ke Ubullah, di sana Khalid dan pasukannya membebaskan kota tersebut dari penjajahan Persia dan berhasil mengusai istana Persia.

Dari Ubullah, Khalid menuju kota kedua di Irak yaitu kota Mudzar. Di sana, pasukan Khalid bertempur melawan pasukan Persia yang dipimpin Qarin bin Qayanis, di awal bulan Shafar tahun 12 H. Khalid dengan mudah mengalahkan mereka dan membunuh Qarin.

Pada tanggal 22 Shafar tahun 12 H, Khalid dan pasukannya kembali mendapatkan kemenangan dengan membebaskan kota Wuljah dan mengalahkan pasukan Persia yang dipimpin Andarzaghar.

Pada tanggal 25 Shafar tahun 12 H, Khalid dan pasukannya menuju kota Ullis dan mengalahkan pasukan Persia yang dipimpin Jaban, akhirnya kota tersebut dibebaskan Allah melalui Khalid dan pasukannya.

Kemudian Khalid menuju kota Amaghisyia pada tanggal 28 shafar tahun 12 H, ia berhasil menguasai kota tersebut tanpa peperangan karena penduduknya menyerah sepenuhnya terhadap pasukan Islam.

Kota demi kota di negara Irak ditaklukan Khalid dan pasukannya. Pada bulan Rabiul Awal Khalid berhasil menaklukan kota al Maqar dan juga salah satu pusat kota di Irak, yaitu kota Buhairah. Lalu pada tanggal 4 Rajab, ia juga berhasil menaklukan kota Anbar. Dan ia juga berhasil mengalahkan komandan Aqqah bin Abi Aqqah di kota Ainut Tamer serta menaklukan kota tersebut.

Sungguh hebat Khalid bin Walid, ia tak pernah kalah dalam peperangan. Di akhir bulan Rajab, Khalid menaklukan kota Dumatul Jandal dan bulan Sya'ban, ia menaklukan kota Husaid, Khanafis, Musyayyakh, Tsunay, Zamil dan Ridhab. Dan yang terakhir adalah kota Furadh pada bulan Dzulqa'dah. Akhirnya negara Irak dikuasai Islam dengan baik.

Dengan izin Allah, Khalid bin Walid menaklukan negara Irak. Sungguh tangguh dan cerdas, hingga ia tidak pernah terkalahkan dalam semua peperangan itu. Khalifah Abu Bakar melihat keberhasilan Khalid, beliau langsung mengirim surat kepadanya, untuk meninggalkan Irak dan pergi ke Syam. Beliau memberikan tugas baru kepadanya yaitu bergabung dengan orang Islam di Syam untuk membebaskan penduduknya dari penjajahan kerajaan Romawi.

Khalid bin Walid di Perang Yarmuk


Abu Bakar memerintahkan Khalid dan pasukannya berkumpul di kota Yarmuk. Pasukan Khalid bertempur dengan pasukan Romawi di Yarmuk. Khalid dengan kecerdasannya mampu mengalahkan pasukan Romawi.

Khalid pedang Allah yang terhunus, sang penakluk yang hebat. Kehidupannya banyak dipenuhi kemuliaan dengan banyak membebaskan kota yang penuh kemusyrikan.

Kisah Wafatnya Khalid bin Walid


Di akhir hayatnya, beliau menderita sakit, hanya terbaring di atas tempat tidur, padahal di tubuhnya banyak luka bekas pedang, tombak atau panah. Khalid bin Walid wafat setelah menderita sakit pada tahun 21 H di daerah Himes, Suriah.

Ketika kematian akan menjemput Khalid bin Walid, ia menangis dengan pilu, sebab dia sadar jika hidupnya berakhir di atas kasur sementara ia telah menghabiskan usianya di atas punggung kuda dan di bawah kilatan pedang untuk berperang bersama Rasulullah- shallallahu alaihi wasallam, membungkam pelaku-pelaku kemurtadan dan meratakan singgasana Persia di Irak dan Romawi di Syam dengan tanah.

Lalu Khalid bin Walid berkata, "Aku telah merasakan ini dan itu di medan perang dan seluruh bagian dari tubuhku terdapat bekas pukulan pedang, lemparan panah, atau tusukan tombak. Tapi sekarang aku akan mati di atas kasur seperti matinya seekor unta. Tidak akan pernah tidur mata orang-orang pengecut."

Kemudian ia berkata lagi, "Aku telah mengejar kematian di tempatnya tapi aku tidak ditakdirkan untuk mati kecuali di atas kasurku. Tak ada satu amal pun yang lebih aku harapkan setelah kalimat lailaha illallah selain satu malam yang aku lalui dalam keadaan siaga sementara langit mengguyurkan hujannya sampai pagi. Kemudian pada pagi harinya kami melancarkan serangan terhadap kaum kafir."

Ketika Abu Darda- radhiallahuanhu- datang menjenguknya, ia berwasiat kepada Abu Darda, "Sesungguhnya kuda dan senjataku sudah aku infakkan untuk digunakan demi jihad fi sabilillah, sementara rumahku di Madinah untuk disedekahkan dan aku sudah meminta Umar bin Khaththab sebagai saksinya. Dialah sebaik-baik penolong terhadap Islam dan aku sudah limpahkan wasiat dan pelaksanaannya kepada Umar."

Ketika hal itu sampai kepada Umar ibnul Khaththab -radhiallahu anhu-, ia berkata, "Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati Abu Sulaiman. Apa yang di sisi Allah lebih baik baginya dari apa yang ada padanya. Ia telah wafat dalam keadaan bahagia dan hidup dalam keadaan terpuji. Akan tetapi aku lihat masa tidak akan berhenti." Umar ibnul Khaththab ikut mengantar jenazahnya.

[sumber: ar-Rahiqul Makhtum, Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, cerita pahlawan Islam Khalid bin Walid, Nizar Sa'ad Jabal. Qids, kisahmuslim dan buku-buku lainnya yang membahas Khalid bin Walid]

Tag Hafalan

  1. Ayahnya seorang bangsawan di Makkah bernama Walid bin Mughirah al Makhzumi
  2. Ibunya bernama Ashma atau Lubabah binti Harits bin Harb al Hilaliah
  3. Khalid bin Walid berasal dari suku Quraisy Bani Makhzum
  4. Khalid bin Walid lahir 13 tahun setelah kelahiran Rasulullah
  5. Saat hijrah ke Madinah usia Khalid 40 tahun dan Rasulullah 53 tahun
  6. Sebelum masuk Islam, Khalid menjadi komandan pasukan Abu Sufyan di perang Uhud tahun 3 H
  7. Khalid bin Walid masuk Islam tahun 7 H bulan Safar dan beliau menjadi komandan di perang Mu'tah pada tahun 8 H dan memenangkannya
  8. Khalid menaklukan negara Irak pada tahun 12 H
  9. Khalid bin Walid wafat pada tahun 21 H di Himes, Suriah


RPA

Apa RPA? Baca Abana Online Menyajikan Kisah Penuh Bonus

  1. Ayah Bunda menjelaskan pribadi dan karakter Khalid yang pemberani dan cerdas, namun kecerdasannya sangat berguna sekali bagi agama Islam.
  2. Menanamkan iman kepada Allah, hanya Dia lah yang patut disembah dan diibadahi. Tuhan patung atau yang lain tidak bisa mendatangkan madharat dan manfaat, buktinya saat penghancuran berhala di Makkah, si berhalanya tidak dapat membela dirinya sendiri
  3. Ayah Bunda menanamkan kekuasaan Allah, bahwa dari semua yang diperoleh Khalid bin Walid atas izin Allah ta'ala, oleh sebab itu nabi menyebutnya pedang Allah, mensifati kemaha Mampuan Allah.

Mungkin hanya tiga saja selebihnya silahkan bisa ditambahkan sendiri. Baiklah sekian kisah sahabat Khalid bin Walid si pedang Allah, semoga dapat bermanfaat untuk pendidik dan peserta didik. Amiiin

Posting Komentar untuk "Kisah Sahabat Khalid bin Walid Si Pedang Allah Lengkap"