Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Maksud Belajar Iman Sebelum Quran Menurut Para Ulama

Alhamdulillah sejak berdirinya Kuttab Al-Fatih, semakin banyak pendidik yang memahami kurikulum Islam yaitu 'Belajar Iman Sebelum Al-Quran' lalu apa sih artinya hadits tersebut?

Sebelum menjawab itu, abanaonline.com akan menerangkan sedikit tentang kurikulum Iman sebelum Quran. Islam adalah peradaban besar yang mempunyai sejarah yang sangat panjang, dikenal oleh siapapun, tersebarnya Islam bukan dari penjajahan/penguasaan, tapi dari akhlak mulia, dan juga kerelaan masyarakat itu sendriri dalam menerima hidayah Islam.

Sehingga Islam benar-benar memiliki karakter dan moral yang mulia dibandingkan dengan agama penjajah seperti Belanda dan lain sebagainya. Itu semua karena pembangunan karakter yang bagus dan mulia. Karena dalam Islam, membangun karakter itu berdasarkan Al-Qur'an dan Hadist  atau bisa kita sebut the real Islamic Character Building. Bukan angan-angan atau rumusan makhluk yang lemah ini. Apa haditsnya?

Hadits Jundub bin Abdillah radiyallahuanhu:


عن جُنْدُبِ بن عبد الله قال: كنا مع النبي صلى الله عليه وسلم ونحن فِتْيَانٌ حَزَاوِرَةٌ فتعلمنا الإيمان قبل أن نتعلم القرآن ثم تعلمنا القرآن فازددنا به إيماناً ) رواه ابن ماجة (61) والطبراني في المعجم الكبير (1678) والبيهقي في سننه الكبرى (5075) وهو حديث صحيح

Dari Jundub bin Abdillah beliau berkata: "Dahulu kami ketika remaja bersama Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam, kami belajar iman sebelum Al Qur'an kemudian setelah kami belajar Al Qur'an bertambahlah keimanan kami. Sedangkan kalian sungguh pada hari ini justru belajar Al Qur'an dulu sebelum belajar iman" (Riwayat At Thabrani, Al Baihaqi, Ibn Majah, dishahihkan Al Albani)

Perkataan Jundub bin Abdillah ini ditujukan kepada generasi setelahnya tabiin,
Sehingga dalam riwayat Thabrani dalam kitab Al-Mu’jam Al-kabir ada tambahan dari perkata’an Jundub bin Abdillah:

فانكم اليوم تعلمون القران قبل الايمان

"Adapun kalian hari ini belajar qur’an sebelum iman"

Sebagaimana yang sudah digambarkan Nabi -shalallahu alaihi wassalam-, tabiin adalah generasi terbaik setelah sahabat, tentunya di sini ada penurunan kualitas. Begitulah kalau dipandang dari kacamata sahabat.

Bagaimana jika generasi tabiin dibandingkan dengan generasi kita sekarang? Tentunya sangat jauh sekali perbedaanya, generasi tabiin adalah generasi yang amat dahsyat, dan yang lebih penting lagi, di masa mereka Islam bisa memakmurkan bumi.

Tapi mari kita melihat keadaan hari ini, tidak juga belajar Al-Qur’an apalagi Iman. Jai memunculkan konsep Iman sebelum Quran Ini adalah tugas para dai untuk merangkul masyarakat menuju generasi gemilang. Untuk mengembalikan generasi seperti sahabat-sahabt nabi. Generasi yang shalih shalihah, aman, adil dan besar.

Arti Belajar Iman Sebelum Belajar Al-Quran


Maksud Belajar Iman Sebelum Quran Menurut Para Ulama

Lalu ada pertanyaan dibenak kita, apa sih maksud dari belajar Iman sebelum Qur’an??

Syaikh Abu Yazid bin Shafiyah Al-Madani Al-Jaza-iri –Hafizhahullah– menjawab:

Sebenarnya syaikh Yazid sudah menjelaskan beberapa poin, namun akan saya simpulkan seperti di bawah ini:

"Dan sebagai kesimpulan, wajib bagi seorang ibu untuk mengajarkan kepada anaknya pertama-tama tentang keimanan akan al-Quran beserta kedudukannya(2) juga tentang kewajiban untuk mengarahkan diri kepadanya seraya mentadaburi ayat-ayatnya. (3)Juga mengajarkan kepadanya rukun-rukun iman yang enam dan tiga pembagian tauhid hingga dia memandang penting untuk mengambil faidah dari al-Quran. (4)Juga mengajarkan kepadanya agar tidak menyenangkan keinginannya untuk sekedar membaca huruf-huruf al-Quran seraya mengabaikan ketentuan-ketentuan dan hukum-hukumnya"

Jadi dari perkataan beliau di atas bisa disimpulkan, Iman sebelum Qur’an bukan berarti kita harus mengesampingkan belajar Al-Qur’an sejak dini, tapi kita hanya mengutamakan untuk mengajarkan tentang iman kepada Allah taala, kekuasaan Allah, Malaikat Allah, Kitab, RasulNya dan juga mengajarkan Al-Qur'an sambil ditanamkan makna-maknanya. Dengan demikian tatkala anak kita belajar Al-Qur’an, maka akan bertambah imannya. Coba perhatikan perbedaan di bawah ini:

Belajar Qur'an Tanpa Belajar Iman


Keadaan ini sering sekali kita jumpai, dimana anak-anak sudah disuruh menghafal Al-Qur’an tanpa mereka mengerti makna ayat yang dia hafal. Anak didorong untuk terus menghafal al-Quran 30 juz dengan tajwid makhraj yang bagus, namun tanpa ada nilai-nilai iman di dalamnya. Nilai iman seperti, memahami dan merenungi isi kandungan ayat tersebut, merenungi iman kepada Allah dari mulai penciptaan sampai kekuasaanNya dan masih banyak lagi. Silahkan tonton video di bawah ini, gambaran belajar Iman: (video tidak muncul jika menggunakan UC, sebab UC memblock video dan gambar)

judul artikel/video


Belajar Iman Sebelum Al-Qur’an


Ini adalah pembahasan yang sedang kita bahas, seperti apa aplikasinya?
Disetiap pelajarannya terdapat unsur iman, entah itu belajar Bahasa Indonesia maupun yang lainnya. Karakter iman sudah tertulis di dalam al-Quran yaitu di ayat-ayat Makkiyah, dari situlah tahapan belajar. Ketika melihat gunung, maka tanamkan nilai-nilai iman, apapun yang anak lihat seorang guru selalu menamkan iman sambil dibacakan ayat-ayatnya.

Banyak sekali ayat yang membahas tentang benda-benda atau hewan-hewan yang Allah ciptakan, mulai dari gajah sampai yang lainnya. Begitulah karakter iman. Tapi selain itu anak juga menghafalkan surat-surat Makkiyah beserta memahami makna dan isi kandungannya. Ajak si anak men-tadabburi ayat yang sedang dihafalnya. Contohnya anak sedang menghafal ayat:

قل هو الله احد

Ajarkan anak untuk membaca terjemahan lalu kita jelaskan kebesaran Allah taala, yaitu meng Esa kan Allah, atau contoh lain ketika si anak sedang menghafal ayat-ayat tentang Surga Neraka, maka kita harus gambarkan bagaimana Surga untuk siapa Surga itu? Bagaimana Neraka untuk siapa Neraka itu? Seperti apa siksaannya?

Oleh karna itu para guru/orangtua saya sarankan supaya anak menghafal dari surat-surat pendek Juz 30-24 karna di dalamnya adalah surat-surat makiah (pembahasannya di bawah).

Jadi bukan berarti kita tidak mengajarkan Al-Qur’an ketika anak sedang belajar Iman, tapi iman terus ditanamkan, untuk lebih jelasnya silahkan baca: cara mendidik anak dalam Islam dan panduan menanamkan iman pada anak berdasarkan wahyu (disarankan baca yang ini)

Baiklah itu saja penjelasan terkait maksud belajar iman sebelum Quran menurut para ulama. Semoga bermanfaat bagi kita semua amiin. Wallahu'alam Mujahid Pendidikan Abu Zaid

3 komentar untuk "Maksud Belajar Iman Sebelum Quran Menurut Para Ulama"

Unknown 16 Mei 2017 pukul 06.33 Hapus Komentar
waduh org tuanya juga msh jauh dari iman...semangatlah 😡😤
Abu Zaid Amir 16 Mei 2017 pukul 18.42 Hapus Komentar
Tidak ada kata terlambat mas, Abu Bakar aja masuk Islam pas sudah tua. :) Tanamkan saja karakter iman, jangan melihat masa lalu :)
Unknown 27 Juli 2018 pukul 07.12 Hapus Komentar
ayat yg turun pertama "bacalah", kenapa nggak "bertanyalah"
Jika benar belajar dari ulama dulu maka yg ucap pertama bisa saaja kau anggap tuhan. ketika baca Al-Qur'an dimana sudah jelas isinya banyak pengetahuan yg mind blowing ini saya takjub kepada Al-qur'an. siapa yg ngarang nih buku? keren banget.
"Tuhan"
teman saya yg belajar dengan ulama dulu malah seperti takjub dan menuhankan ulama yg dia ikuti. walaupun tidak berkata demikian sudah jelas di kehidupan saya dia hanya mengutip semua ucapannya yg mana kadang bertentangan dengan ulama lain bahkan Al-qur'an.

jadi saya lebih percaya bacalah dulu baru pelajari kemudian