Adab Bertamu dan Menerima Tamu dalam Islam Lengkap
Adab bertamu menurut Islam- Saling mengunjungi sesama saudara muslim (ziyarah) merupakan hal yang disunnahkan oleh baginda Rasulullah shalallahu alaihi wa sallamm. Terlebih lagi jika mengunjungi rumah-rumah kerabat terdekat seperti orangtua, saudara kandung, paman atau yang lainnya (silaturrahmi). Rasulullah pernah bersabda kepada siapa saja yang bersilaturahmi maka ia akan diberikan keberkahan baik rizki maupun umur.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam bersabda:
Artinya "Siapa yang bertakwa kepada Rabb-nya dan menyambung silaturrahmi niscaya umurnya akan diperpanjang dan hartanya akan diperbanyak serta keluarganya akan mencintainya." (Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 58, hasan)
Dan juga hadits dari Abu Hurairah, Rasul shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Artinya "Siapa yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturrahmi." (HR. Bukhari no. 5985 dan Muslim no. 2557)
Dengan berbagi keutamaan-keutamaan yang ada maka kita (umat muslim) tidak boleh luput atau melupakan adab-adab saat bertamu atau berkunjung ke tempat orang lain. Entah itu ziarah ke rumah teman-teman dan orang shalih ataupun silaturrahmi ke tempat saudara. Sebagai agama yang sempurna, Islam telah memiliki tuntunan tersendiri dalam masalah ini. Nah maka dari itu alangkah baiknya jika mempelajari dan mengamalkan setiap yang sudah diajarkan dalam Islam, salah satunya adalah bertamu.
Alhamdulillah, kebetulan di sini abanaonline.com akan mengulas secara lengkap dan panjang lebar terkait adab-adab sebagai tuan rumah atau sebagai tamu, yang Insyaallah akan disertai juga dalil-dalil shahih dari al-Quran dan sunnah. Apa sikap kita saat bertamu dan menerima tamu?
Setidaknya ada sekitar 14 adab yang kami rangkum dari kitab Muntaqa al-Adab Asy-Syari'iyah dan situs-situs yang tepercaya seperti rumaysho.com dan muslim.or.id. Yang pertama saya akan menulis adab-adab menerima tamu bagi tuan rumah:
Apabila kita ingin mengundang saudara atau masyarakat sekitar untuk hadir di rumah kita hendaknya kita memperhatikan etika-etikanya. Ada banyak sekali yang harus diperhatikan saat mengundang.
Misalnya kita tidak boleh mengkhususkan mengundang yang kaya-kaya saja dan tidak mengundang orang miskin. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Artinya, "Sejelek-jelek makanan adalah makanan walimah di mana orang-orang kayanya diundang dan orang-orang miskinnya ditinggalkan." (HR. Bukhari Muslim)
Selain itu kita juga dilarang mengundang orang-orang yang sekiranya berat untuk hadir ke acara kita, seperti rumahnya jauh atau sedang sakit.
Adab buat tuan rumah berikutnya ialah wajib memuliakan tamunya. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah shalallahu alaihi wassalam:
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia memuliakan tamunya." (HR. Bukhari)
Sudah selayaknya bagi setiap yang menerima tamu agar menyambutnya dengan baik. Hanya ucapan selamat datang saja itu lebih dari cukup. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas radhiyallahuanhu bahwasannya ketika delegasi Bani Abdul Qois datang kepada nabi shalallahu alaihi wa sallam, beliau mengucapkan,
"Selamat datang delegasi yang datang tanpa terhina dan tidak ada penyesalan." (HR. Bukhari)
Adab menerima tamu yang keempat ini juga sangat penting untuk diperhatikan, hendaknya ia menyiapkan hidangan untuk sang tamu, namun semampunya saja dan tetap berusaha sebaik mungkin agar menyajikan yang terbaik. Allah ta'ala berfirman di dalam al-Quran surat Adz-Dzariyat: 26-27. Dimana Allah menceritakan Nabi Ibrahim bersama para tamunya,
Maknanya, "Dan Ibrahim datang pada keluarganya dengan membawa daging anak sapi gemuk kemudian ia mendekatkan makanan tersebut pada mereka (tamu-tamu Ibrahim-ed) sambil berkata: "Tidakkah kalian makan?" (Qs. Adz-Dzariyat: 26-27)
Tidak perlu memaksakan diri untuk memuliakan tamu sampai keluar dari batas logis dan acuan dari memaksakan diri di sini dikembalikan kepada kebiasaan yang berlaku dalam sebuah masyarakat. Misalnya memaksakan diri bermegah-megahan dalam penyajian hanya karena untuk membanggakan diri atau gengsi namun tidak bermaksud untuk mencontoh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para Nabi sebelum beliau.
Sebagaimana Nabi Ibrahim alaihis salam, yang mana beliau diberi gelar "Abu Dhifan" (Bapak para tamu) karena kemuliaan beliau dalam menjamu tamunya. Beliau benar-benar meniatkan untuk menyenangkan para tamunya dan bukan berbangga-banggaan.
Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda:
Artinya, "Barang siapa yang tidak mengasihi yang lebih kecil dari kami serta tidak menghormati yang lebih tua dari kami bukanlah golongan kami." (HR Bukhari dalam kitab Adabul Mufrad).
Berdasarkan hadits shalallahu alaihi wa sallam di atas kita dianjurkan untuk menghormati yang lebih tua di setiap perkaranya. Dan salah satunya adalah saat menjamu makanan kepada para tamu.
Merupakan salah satu adab menerima tamu adalah mendahulukan yang kanan di saat melayani tamu. Ini berlaku jika para tamu duduk dengan tertib.
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata
"Dahulu Nabi shallallahu alaihi wasallam amat menyukai untuk memulai dengan yang kanan baik dalam mengenakan sandal, menyisir rambut, bersuci dan dalam semua perkara" (Muttafaqun alaih).
Di antara adab orang yang memberikan hidangan ialah mengajak mereka berbincang-bincang ramah tamah dengan tamu-tamunya, lalu tidak tidur sebelum mereka tidur, tidak mengeluhkan kehadiran mereka, bermuka manis ketika mereka datang, dan merasa kehilangan tatkala pamitan pulang. Masyaallah
Saat tamu sudah datang sebaiknya tuan rumah langsung menyiapkan hidangan dengan cepat demi menghormati mereka dan jangan sampai kita mengambil hidangannya sedangkan mereka belum selesai menyantapnya.
Mungkin ini juga banyak dilupakan kaum muslimin, padahal adab yang bagus adalah mengantarkannya pulang minimal sampai di depan rumah kita. Nah itulah 10 adab menjamu tamu-tamu kita. Lalu sampai kapan masa penjamuannya?
Adapun masa penjamuan tamu adalah sebagaimana yang sudah disabdakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,
Artinya, "Menjamu tamu adalah tiga hari, adapun memuliakannya sehari semalam dan tidak halal bagi seorang muslim tinggal pada tempat saudaranya sehingga ia menyakitinya." Para sahabat berkata: "Ya Rasulullah, bagaimana menyakitinya?" Nabi menjawab, "Sang tamu tinggal bersamanya sedangkan ia tidak mempunyai apa-apa untuk menjamu tamunya."
Jika yang ini sudah maka selanjutnya adab bertamu bagi kaum muslimin menurut sunnah nabi:
Adab bertamu dalam Islam yang pertama hendaknya memenuhi undangan sesuai waktu yang tertera di undangan. Memenuhi undangan adalah hukumnya wajib sebagaimana Rasulullah telah bersabda, "Hak seorang muslim atas muslim lainnya itu ada lima, lalu beliau menyebutkan di antaranya ..'dan memenuhi undangan'." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan juga nabi bersabda,
"Barangsiapa siapa yang tidak menghadiri undangan, maka ia telah bermaksiat kepada Allah dan RasulNya" (HR. Bukhari)
Namun di sini ada beberapa syarat dalam memenuhi undangan, yaitu:
Bagaimana kalau kita puasa?
Harus tetap datang, sebab puasa bukan menjadi halangan untuk menghadiri undangan. Rasulullah bersabda, "Apabila salah seorang di antara kalian diundang, maka hendaklah dia memenuhi undangan tersebut. Jika dia sedang berpuasa, maka hendaklah dia mendoakan (tuan rumah) dan jika dia sedang tidak berpuasa maka silahkan untuk makan." (HR. Muslim)
Selain itu kita juga tidak boleh membeda-bedakan orang yang mengundang. Baik kaya maupun miskin harus tetap sama. Apabila ada orang lain yang tidak diundang mengikuti sang tamu, maka hendaklah dia memintakan izin (terlebih dahulu) kepada tuam rumah. Bagaimana kalau ada udzur?
Tidak mengapa, yang penting izin terlebih dahulu kepada pengundang bahwa kita sedang halangan syari. Atau meminta badal (pengganti)
Dalam hal apa saja kita tidak boleh salah niat, maka salah satu adab tamu saat berkunjung adalah menempatkan niat yang benar, jangan terpaksa atau yang lainnya.
Salah satu adab bertamu paling penting ialah mengucapkan salam dan meminta izin saat akan masuk ke tempat undangan atau ke rumah teman. Cara izinnya dengan memanggil namanya dan menambahkan kata-kata yang pantas untuk izin masuk.
Allah telah berfirman dalam surat al-Ahzab ayat 53 dan an-Nur 27.
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak makanannya! Namun, jika kamu diundang, masuklah! Dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa memperpanjang percakapan! Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi. Lalu, Nabi malu kepadamu untuk menyuruh kamu keluar. Dan Allah tidak malu menerangkan yang benar." (Qs. Al Azab: 53)
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat." (QS. An-Nuur [24]: 27)
Dan juga hadits sahabat kildah ibnu Hambal radhiallahuanhu, ia berkata, "Aku mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam lalu aku masuk ke rumahnya tanpa mengucap salam. Maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Keluar dan ulangi lagi dengan mengucapkan 'assalamualaikum', boleh aku masuk?" (HR. Abu Daud dan Tirmidzi berkata: Hadits Hasan)
Mengapa kita tidak boleh berdiri di depan pintu? Karena poin ini berkaitan hak sang tuan rumah, supaya dia bisa mempersiapkan dirinya dan rumahnya. Sehingga apa yang ada di dalam rumah tidak terlihat oleh tamu. Jadi disarankan agar berdiri di samping pintu. Dari Abdullah bin Bisyr, ia berkata:
"Adalah Rasulullah shallallahualaihi wa sallam apabila mendatangi pintu suatu kaum, beliau tidak menghadapkan wajahnya di depan pintu, tetapi berada di sebelah kanan atau kirinya dan mengucapkan assalamualaikum… assalamualaikum…" (HR. Abu Dawud, shohih – lihat majalah Al-Furqon)
Misalnya kita salam dan pemilik rumah menanyakan siapa yang salam maka adab seorang tamu adalah menjawab dengan jelas, "Saya fulan". Dan tidak menjawab dengan "saya" atau "kami" atau yang semacamnya, tetapi sebutkan namanya langsung . Sebagaimana terdapat dalam riwayat dari Jabir radhiallahuanhu, dia berkata,
,
Artinya, "Aku mendatangi Rasulullah shallallahu aalaihi wa sallam, maka aku mengetuk pintu, lalu beliau bertanya, 'Siapa?' Maka Aku pun menjawab, 'Saya.' Lalu beliau bertanya, 'Saya, saya?' Sepertinya beliau tidak suka." (HR. Bukhari dan Muslim)
(Dari Abdullah bin amr), bahwa Nabi pernah datang kepadanya, maka dia bercerita, "Lalu aku (Abdullah) menghamparkan bantal yang terbuat dari kulit (yang telah disamak) yang isinya sabut kurma untuk beliau (duduki), namun beliau (malah) duduk di atas tanah dan bantal itu (tergeletak) antara aku dan beliau." (HR. Bukhari dan Muslim)
Imam Ibnu Jauzi berkata, "Di antara adab orang yang bertamu adalah tidak mengusulkan jenis makanan tertentu, tetapi jika diberi pilihan penawaran di antara dua macam makanan, hendaklah dia memilih yang lebih mudah, kecuali apabila dia mengetahui bahwa tuan rumah yang menjamunya memang dalam kemudahan untuk menghidangkannya."
Mendahulukan yang paling tua, lalu yang lebih tua dan mendahulukan yang paling kanan, lalu yang lebih kanan, sebagaimana ketika Rasulullah memberikan minum kepada suatu kaum, beliau bersabda, "Kalian mulailah dari yang tua." (HR. Abu Ya'la)
Diriwayatkan bahwasannya Nabi ketika minum dan di sebelah kanan beliau terdapat orang badui sedangkan di sebelah kiri beliau ada Abu Bakar dan Umar di depan beliau yang kemudian berkata, "Wahai Rasulullah, berilah Abu Bakar.' Umar khawatir beliau akan memberikannya kepada si badui itu, tetapi Nabi menolak dan justru memberikannya kepada si badui itu terlebih dahulu. Dan Rasulullah bersabda, "Yang di sebelah kanan, yang di sebelah kanan, yang di sebelah kanan."
Hal ini mungkin sering kita lakukan namun sebenarnya sangat tidak bagus dan kurang etika. Jadi jaga pandangan.
Sebagai wujud kasih sayang antar sesama muslim sebaiknya membawakan hadiah untuk tuan rumah. Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda, "Berilah hadiah di antara kalian, niscaya kalian akan saling mengasihi." (HR. Bukhari)
Adab bertamu yang terakhir yaitu hendaknya sang tamu mendoakan kebaikan bagi tuan rumah yang telah menjamunya seusai menyantap makanan. Katakan, jazakumullahu khoiran dan ditambahkan doa orang yang memberikan makan,
"Ya Allah berikanlah makanan kepada orang telah yang memberikan makanan kepadaku dan berikanlah minuman kepada orang yang telah memberiku minuman." (HR. Muslim)
Alhamdulillah, akhirnya usai sudah pembahasan adab bertamu dan menerima tamu lengkap beserta dalil-dalilnya yang shahih. Semoga bermanfaat bagi kita semua dan anak-anak didik kita serta bisa mengikuti jejak para salaf salafi terdahulu. [Referensi: Muntaqa al-Adab asy-Syari'iyah, Syaikh Majid Saud al-Ausan, terjemahan Panduan Lengkap dan Praktis Adab dan Akhlak Islami, Abdurrahman Nuyaman, Darul Haq, cetakan 1, 1435 H/2014 M dan situs muslim.or.id serta rumaysho.com]
Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam bersabda:
مَنِ اتَّقَى رَبَّهُ، وَوَصَلَ رَحِمَهُ، نُسّىءَ فِي أَجَلِه وَثَرَى مَالَهُ، وَأَحَبَّهُ أَهْلُهُ
Artinya "Siapa yang bertakwa kepada Rabb-nya dan menyambung silaturrahmi niscaya umurnya akan diperpanjang dan hartanya akan diperbanyak serta keluarganya akan mencintainya." (Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 58, hasan)
Dan juga hadits dari Abu Hurairah, Rasul shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ ، وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Artinya "Siapa yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturrahmi." (HR. Bukhari no. 5985 dan Muslim no. 2557)
Dengan berbagi keutamaan-keutamaan yang ada maka kita (umat muslim) tidak boleh luput atau melupakan adab-adab saat bertamu atau berkunjung ke tempat orang lain. Entah itu ziarah ke rumah teman-teman dan orang shalih ataupun silaturrahmi ke tempat saudara. Sebagai agama yang sempurna, Islam telah memiliki tuntunan tersendiri dalam masalah ini. Nah maka dari itu alangkah baiknya jika mempelajari dan mengamalkan setiap yang sudah diajarkan dalam Islam, salah satunya adalah bertamu.
Alhamdulillah, kebetulan di sini abanaonline.com akan mengulas secara lengkap dan panjang lebar terkait adab-adab sebagai tuan rumah atau sebagai tamu, yang Insyaallah akan disertai juga dalil-dalil shahih dari al-Quran dan sunnah. Apa sikap kita saat bertamu dan menerima tamu?
Adab Adab Bertamu dan Menerima Tamu dalam Islam
Setidaknya ada sekitar 14 adab yang kami rangkum dari kitab Muntaqa al-Adab Asy-Syari'iyah dan situs-situs yang tepercaya seperti rumaysho.com dan muslim.or.id. Yang pertama saya akan menulis adab-adab menerima tamu bagi tuan rumah:
1. Adab Ketika Mengundang
Apabila kita ingin mengundang saudara atau masyarakat sekitar untuk hadir di rumah kita hendaknya kita memperhatikan etika-etikanya. Ada banyak sekali yang harus diperhatikan saat mengundang.
Misalnya kita tidak boleh mengkhususkan mengundang yang kaya-kaya saja dan tidak mengundang orang miskin. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
شَرُّ الطَّعَامِ طَعَامُ الْوَلِيمَةِ يُدْعَى لَهَا الأَغْنِيَاءُ ، وَيُتْرَكُ الْفُقَرَاءُ
Artinya, "Sejelek-jelek makanan adalah makanan walimah di mana orang-orang kayanya diundang dan orang-orang miskinnya ditinggalkan." (HR. Bukhari Muslim)
Selain itu kita juga dilarang mengundang orang-orang yang sekiranya berat untuk hadir ke acara kita, seperti rumahnya jauh atau sedang sakit.
2. Tuan Rumah Harus Memuliakan Tamu
Adab buat tuan rumah berikutnya ialah wajib memuliakan tamunya. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah shalallahu alaihi wassalam:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلأخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia memuliakan tamunya." (HR. Bukhari)
3. Menyambut Para Tamu yang Datang
Sudah selayaknya bagi setiap yang menerima tamu agar menyambutnya dengan baik. Hanya ucapan selamat datang saja itu lebih dari cukup. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas radhiyallahuanhu bahwasannya ketika delegasi Bani Abdul Qois datang kepada nabi shalallahu alaihi wa sallam, beliau mengucapkan,
مَرْحَبًا بِالْوَفْدِ الَّذِينَ جَاءُوا غَيْرَ خَزَايَا وَلاَ نَدَامَى
"Selamat datang delegasi yang datang tanpa terhina dan tidak ada penyesalan." (HR. Bukhari)
4. Menyediakan Hidangan Buat Para Tamu
Adab menerima tamu yang keempat ini juga sangat penting untuk diperhatikan, hendaknya ia menyiapkan hidangan untuk sang tamu, namun semampunya saja dan tetap berusaha sebaik mungkin agar menyajikan yang terbaik. Allah ta'ala berfirman di dalam al-Quran surat Adz-Dzariyat: 26-27. Dimana Allah menceritakan Nabi Ibrahim bersama para tamunya,
فَرَاغَ إِلىَ أَهْلِهِ فَجَاءَ بِعِجْلٍ سَمِيْنٍ . فَقَرَّبَهُ إِلَيْهِمْ قَالَ آلاَ تَأْكُلُوْنَ
Maknanya, "Dan Ibrahim datang pada keluarganya dengan membawa daging anak sapi gemuk kemudian ia mendekatkan makanan tersebut pada mereka (tamu-tamu Ibrahim-ed) sambil berkata: "Tidakkah kalian makan?" (Qs. Adz-Dzariyat: 26-27)
5. Tidak Memaksakan Diri dan Sewajarnya
Tidak perlu memaksakan diri untuk memuliakan tamu sampai keluar dari batas logis dan acuan dari memaksakan diri di sini dikembalikan kepada kebiasaan yang berlaku dalam sebuah masyarakat. Misalnya memaksakan diri bermegah-megahan dalam penyajian hanya karena untuk membanggakan diri atau gengsi namun tidak bermaksud untuk mencontoh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para Nabi sebelum beliau.
Sebagaimana Nabi Ibrahim alaihis salam, yang mana beliau diberi gelar "Abu Dhifan" (Bapak para tamu) karena kemuliaan beliau dalam menjamu tamunya. Beliau benar-benar meniatkan untuk menyenangkan para tamunya dan bukan berbangga-banggaan.
6. Mendahulukan Orangtua Saat Menjamu Makanan
Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda:
مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيْرَنَا وَيُجِلَّ كَبِيْرَنَا فَلَيْسَ مِنَّا
Artinya, "Barang siapa yang tidak mengasihi yang lebih kecil dari kami serta tidak menghormati yang lebih tua dari kami bukanlah golongan kami." (HR Bukhari dalam kitab Adabul Mufrad).
Berdasarkan hadits shalallahu alaihi wa sallam di atas kita dianjurkan untuk menghormati yang lebih tua di setiap perkaranya. Dan salah satunya adalah saat menjamu makanan kepada para tamu.
7. Mendahulukan yang Kanan
Merupakan salah satu adab menerima tamu adalah mendahulukan yang kanan di saat melayani tamu. Ini berlaku jika para tamu duduk dengan tertib.
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعْجِبُهُ التَّيَمُّنُ، فِي تَنَعُّلِهِ، وَتَرَجُّلِهِ، وَطُهُورِهِ، وَفِي شَأْنِهِ كُلِّهِ
"Dahulu Nabi shallallahu alaihi wasallam amat menyukai untuk memulai dengan yang kanan baik dalam mengenakan sandal, menyisir rambut, bersuci dan dalam semua perkara" (Muttafaqun alaih).
8. Beramah Tamah
Di antara adab orang yang memberikan hidangan ialah mengajak mereka berbincang-bincang ramah tamah dengan tamu-tamunya, lalu tidak tidur sebelum mereka tidur, tidak mengeluhkan kehadiran mereka, bermuka manis ketika mereka datang, dan merasa kehilangan tatkala pamitan pulang. Masyaallah
9. Mempercepat hidangannya dan jangan mengangkat hidangannya sebelum mereka selesai.
Saat tamu sudah datang sebaiknya tuan rumah langsung menyiapkan hidangan dengan cepat demi menghormati mereka dan jangan sampai kita mengambil hidangannya sedangkan mereka belum selesai menyantapnya.
10. Disarankan untuk mengantarkan tamu pulang sampai di depan rumah.
Mungkin ini juga banyak dilupakan kaum muslimin, padahal adab yang bagus adalah mengantarkannya pulang minimal sampai di depan rumah kita. Nah itulah 10 adab menjamu tamu-tamu kita. Lalu sampai kapan masa penjamuannya?
Adapun masa penjamuan tamu adalah sebagaimana yang sudah disabdakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,
الضِّيَافَةُ ثَلاَثَةُ أَيَّامٍ وَجَائِزَتُهُ يَوْمٌ وَلَيَْلَةٌ وَلاَ يَحِلُّ لِرَجُلٍ مُسْلِمٍ أَنْ يُقيْمَ عِنْدَ أَخِيْهِ حَتَّى يُؤْثِمَهُ قاَلُوْا يَارَسُوْلَ اللهِ وَكَيْفَ يُؤْثِمَهُ؟ قَالَ :يُقِيْمُ عِنْدَهُ وَلاَ شَيْئَ لَهُ يقْرِيْهِ بِهِ
Artinya, "Menjamu tamu adalah tiga hari, adapun memuliakannya sehari semalam dan tidak halal bagi seorang muslim tinggal pada tempat saudaranya sehingga ia menyakitinya." Para sahabat berkata: "Ya Rasulullah, bagaimana menyakitinya?" Nabi menjawab, "Sang tamu tinggal bersamanya sedangkan ia tidak mempunyai apa-apa untuk menjamu tamunya."
Jika yang ini sudah maka selanjutnya adab bertamu bagi kaum muslimin menurut sunnah nabi:
1. Hendaknya Memenuhi Undangan
Adab bertamu dalam Islam yang pertama hendaknya memenuhi undangan sesuai waktu yang tertera di undangan. Memenuhi undangan adalah hukumnya wajib sebagaimana Rasulullah telah bersabda, "Hak seorang muslim atas muslim lainnya itu ada lima, lalu beliau menyebutkan di antaranya ..'dan memenuhi undangan'." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan juga nabi bersabda,
وَمَنْ تَرَكَ الدَّعْـوَةَ فَقَدْ عَصَى اللهَ وَرَسُوْلَهُ
"Barangsiapa siapa yang tidak menghadiri undangan, maka ia telah bermaksiat kepada Allah dan RasulNya" (HR. Bukhari)
Namun di sini ada beberapa syarat dalam memenuhi undangan, yaitu:
- Orang yang mengundang (berasal) dari kalangan orang yang tidak wajib atau tidak disunnahkan untuk dikucilkan.
- Tidak ada perkara-perkara yang mungkar di tempat undangan tersebut.
- Orang yang mengundang adalah orang muslim.
- Penghasilan orang yang mengundang itu tidak haram.
- Memenuhi undangan asalkan tidak sampai ia meninggalkan kewajibannya.
- Tidak mengandung bahaya bagi pihak yang menghadirinya.
Bagaimana kalau kita puasa?
Harus tetap datang, sebab puasa bukan menjadi halangan untuk menghadiri undangan. Rasulullah bersabda, "Apabila salah seorang di antara kalian diundang, maka hendaklah dia memenuhi undangan tersebut. Jika dia sedang berpuasa, maka hendaklah dia mendoakan (tuan rumah) dan jika dia sedang tidak berpuasa maka silahkan untuk makan." (HR. Muslim)
Selain itu kita juga tidak boleh membeda-bedakan orang yang mengundang. Baik kaya maupun miskin harus tetap sama. Apabila ada orang lain yang tidak diundang mengikuti sang tamu, maka hendaklah dia memintakan izin (terlebih dahulu) kepada tuam rumah. Bagaimana kalau ada udzur?
Tidak mengapa, yang penting izin terlebih dahulu kepada pengundang bahwa kita sedang halangan syari. Atau meminta badal (pengganti)
2. Berniat Kedatangan Kita sebagai Tanda Hormat kepada Sesama Muslim
Dalam hal apa saja kita tidak boleh salah niat, maka salah satu adab tamu saat berkunjung adalah menempatkan niat yang benar, jangan terpaksa atau yang lainnya.
3. Budayakan Mengucap Salam dan Izin Saat Masuk
Salah satu adab bertamu paling penting ialah mengucapkan salam dan meminta izin saat akan masuk ke tempat undangan atau ke rumah teman. Cara izinnya dengan memanggil namanya dan menambahkan kata-kata yang pantas untuk izin masuk.
Allah telah berfirman dalam surat al-Ahzab ayat 53 dan an-Nur 27.
يَاأََيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا لاَ تَدْخُـلُوْا بُيُـوْتَ النَّبِي ِّإِلاَّ أَنْ يُؤْذَنَ لَكُمْ إِلَى طَـعَامٍ غَيْرَ نَاظِـرِيْنَ إِنهُ وَلِكنْ إِذَا دُعِيْتُمْ فَادْخُلُوْا فَإِذَا طَعِمْتُمْ فَانْتَشِـرُوْا وَلاَ مُسْتَئْنِسِيْنَ لِحَدِيْثٍ إَنَّ ذلِكُمْ كَانَ يُؤْذِى النَّبِيَّ فَيَسْتَحِي مِنْكُمْ وَاللهُ لاَ يَسْتَحِي مِنَ اْلحَقِّ
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan untuk makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak makanannya! Namun, jika kamu diundang, masuklah! Dan bila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa memperpanjang percakapan! Sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi. Lalu, Nabi malu kepadamu untuk menyuruh kamu keluar. Dan Allah tidak malu menerangkan yang benar." (Qs. Al Azab: 53)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَّكَّرُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat." (QS. An-Nuur [24]: 27)
Dan juga hadits sahabat kildah ibnu Hambal radhiallahuanhu, ia berkata, "Aku mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam lalu aku masuk ke rumahnya tanpa mengucap salam. Maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Keluar dan ulangi lagi dengan mengucapkan 'assalamualaikum', boleh aku masuk?" (HR. Abu Daud dan Tirmidzi berkata: Hadits Hasan)
4. Wajib Bagi Tamu untuk Melaksnakan Tujuh Perkara di Bawah ini:
- Jangan memposisikan diri di depan pintu masuk saat salam.
- Jangan mengintip ke dalam rumah.
- Duduk di mana dia dipersilakan duduk.
- Ridha dengan apapun yang disuguhkan untuknya dan jangan memberatkan tuan rumah.
- Tidak berdiri (untuk pulang), kecuali dengan izin tuan rumah.
- Mendoakan kebaikan untuk tuan rumah, apabila dia hendak pulang.
- Mengetuk pintu maksimal tiga kali, jika tidak ada jawaban maka pergi. Dan mengetuknya tidak terlalu keras
Mengapa kita tidak boleh berdiri di depan pintu? Karena poin ini berkaitan hak sang tuan rumah, supaya dia bisa mempersiapkan dirinya dan rumahnya. Sehingga apa yang ada di dalam rumah tidak terlihat oleh tamu. Jadi disarankan agar berdiri di samping pintu. Dari Abdullah bin Bisyr, ia berkata:
كان رسول الله إذا أتى باب قوم لم يستقبل الباب من تلقاء و جهه و لكن ركنها الأيمن أو الأيسر و يقول السلام عليكم السلام عليكم
"Adalah Rasulullah shallallahualaihi wa sallam apabila mendatangi pintu suatu kaum, beliau tidak menghadapkan wajahnya di depan pintu, tetapi berada di sebelah kanan atau kirinya dan mengucapkan assalamualaikum… assalamualaikum…" (HR. Abu Dawud, shohih – lihat majalah Al-Furqon)
5. Menjawab dengan Jelas Jika Pemilik Rumah Bertanya, "Siapa?"
Misalnya kita salam dan pemilik rumah menanyakan siapa yang salam maka adab seorang tamu adalah menjawab dengan jelas, "Saya fulan". Dan tidak menjawab dengan "saya" atau "kami" atau yang semacamnya, tetapi sebutkan namanya langsung . Sebagaimana terdapat dalam riwayat dari Jabir radhiallahuanhu, dia berkata,
,
أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي دَيْنٍ كَانَ عَلَى أَبِي فَدَقَقْتُ الْبَابَ فَقَالَ مَنْ ذَا فَقُلْتُ أَنَا فَقَالَ أَنَا أَنَا كَأَنَّهُ كَرِهَهَا
Artinya, "Aku mendatangi Rasulullah shallallahu aalaihi wa sallam, maka aku mengetuk pintu, lalu beliau bertanya, 'Siapa?' Maka Aku pun menjawab, 'Saya.' Lalu beliau bertanya, 'Saya, saya?' Sepertinya beliau tidak suka." (HR. Bukhari dan Muslim)
6. Menghamparkan Tempat Duduk
(Dari Abdullah bin amr), bahwa Nabi pernah datang kepadanya, maka dia bercerita, "Lalu aku (Abdullah) menghamparkan bantal yang terbuat dari kulit (yang telah disamak) yang isinya sabut kurma untuk beliau (duduki), namun beliau (malah) duduk di atas tanah dan bantal itu (tergeletak) antara aku dan beliau." (HR. Bukhari dan Muslim)
7. Sang Tamu Tidak Mengusulkan Makanan
Imam Ibnu Jauzi berkata, "Di antara adab orang yang bertamu adalah tidak mengusulkan jenis makanan tertentu, tetapi jika diberi pilihan penawaran di antara dua macam makanan, hendaklah dia memilih yang lebih mudah, kecuali apabila dia mengetahui bahwa tuan rumah yang menjamunya memang dalam kemudahan untuk menghidangkannya."
8. Mendahulukan yang Paling Tua
Mendahulukan yang paling tua, lalu yang lebih tua dan mendahulukan yang paling kanan, lalu yang lebih kanan, sebagaimana ketika Rasulullah memberikan minum kepada suatu kaum, beliau bersabda, "Kalian mulailah dari yang tua." (HR. Abu Ya'la)
Diriwayatkan bahwasannya Nabi ketika minum dan di sebelah kanan beliau terdapat orang badui sedangkan di sebelah kiri beliau ada Abu Bakar dan Umar di depan beliau yang kemudian berkata, "Wahai Rasulullah, berilah Abu Bakar.' Umar khawatir beliau akan memberikannya kepada si badui itu, tetapi Nabi menolak dan justru memberikannya kepada si badui itu terlebih dahulu. Dan Rasulullah bersabda, "Yang di sebelah kanan, yang di sebelah kanan, yang di sebelah kanan."
9. Tidak Melirik Wajah Orang yang Sedang Makan
Hal ini mungkin sering kita lakukan namun sebenarnya sangat tidak bagus dan kurang etika. Jadi jaga pandangan.
10. Tamu Membawa Hadiah
Sebagai wujud kasih sayang antar sesama muslim sebaiknya membawakan hadiah untuk tuan rumah. Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda, "Berilah hadiah di antara kalian, niscaya kalian akan saling mengasihi." (HR. Bukhari)
11. Tamu Mendoakan Kebaikan Tuan Rumah
Adab bertamu yang terakhir yaitu hendaknya sang tamu mendoakan kebaikan bagi tuan rumah yang telah menjamunya seusai menyantap makanan. Katakan, jazakumullahu khoiran dan ditambahkan doa orang yang memberikan makan,
اَللّهُـمَّ أَطْعِمْ مَنْ أَطْعَمَنِي, وَاْسقِ مَنْ سَقَانِي
"Ya Allah berikanlah makanan kepada orang telah yang memberikan makanan kepadaku dan berikanlah minuman kepada orang yang telah memberiku minuman." (HR. Muslim)
Alhamdulillah, akhirnya usai sudah pembahasan adab bertamu dan menerima tamu lengkap beserta dalil-dalilnya yang shahih. Semoga bermanfaat bagi kita semua dan anak-anak didik kita serta bisa mengikuti jejak para salaf salafi terdahulu. [Referensi: Muntaqa al-Adab asy-Syari'iyah, Syaikh Majid Saud al-Ausan, terjemahan Panduan Lengkap dan Praktis Adab dan Akhlak Islami, Abdurrahman Nuyaman, Darul Haq, cetakan 1, 1435 H/2014 M dan situs muslim.or.id serta rumaysho.com]
Posting Komentar untuk "Adab Bertamu dan Menerima Tamu dalam Islam Lengkap"
Tulis komentar di sini dan centang tombol "Notify me" atau "Ingatkan kami" agar Antum bisa melihat balasannya. Syukran