Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Kisah Sahabat Nabi Nu'man bin Muqarrin al Muzani

Kabilah Muzainah merupkan perkampungan yang bersebelahan dengan Yatsrib, terletak di jalan yang terbentang antara Madinah dengan Makkah. Dan saat Rasulullah shalallahu alaihi wassalan hijrah ke Madinah, maka secara otomatis berita-berita tentang beliau terdengar oleh kabilah Muzainah bersama orang-orang yang hilir mudik, namun anehnya kabilah tersebut tidak mendengar tentang pribadi beliau kecuali kebaikan.

Kisah Masuk Islamnya Nu'man bin Muqarrin


Kisah  Sahabat Nabi Nu'man bin Muqarrin

Suatu sore, pemuka kabilah yang bernama Nu'man bin Muqarrin sedang duduk di tempat pertemuan mereka bersama saudara-saudaranya dan para tetua kabilah lainnya. Nu'man berkata, "Wahai kaum, kita tidak mengetahui tentang Muhammad kecuali kebaikan, kita tidak mendengar dari dakwahnya selain kasih sayang, kebaikan dan keadilan. Mengapa kita tidak bersegera kepadanya padahal orang banyak telah berlomba lomba mengikutinya?

Aku sendiri telah berniat kuat untuk berangkat kepadanya besok pagi, siapa di antara kalian yang berminat berangkat bersamaku maka hendaknya dia bersiap-siap."

Ucapana Nu'man seolah-olah menyentuh benang paling sensitif dalam jiwa kaumnya, bagitu pagi tiba Nu'man melihat saudara-saudaranya yang berjumlah sepuluh orang telah bersiap-siap berangkat bersamanya diikuti oleh empat ratus penunggang kuda dari Muzainah, mereka semua dalam keadaan siap menuju Yatsrib bertemu Nabi dann masuk Islam.

Namun Nu'man merasa malu apabila rombongannya yang besar datang kepada Rasulullah tanpa membawa apapun sebagai hadiah untuk beliau dan kaum muslimin. Tetapi mau bagaimana lagi, kekeringan yang berkepanjangan menimpa Muzainah tidak menyisakan binatang ternak dan tanaman sedikit pun.

Maka An Nu'man berkeliling di rumahnya dan rumah-rumah para saudaranya, dia mengumpulkan beberapa domba kurus yang disisakan oleh kekeringan, dia menggiring di depannya dan membawanya kepada Nabi. Sesampainya dia dan orang orangnya di depan Nabi, mereka langsung menyatakan diri masuk Islam.

Seluruh penjara Yatrsib bergetar dari ujung ke ujung karena gembira dengan masuk Islamnya Nu'man bin Muqarrin dan kaumnya, karena sebelumnya tidak ada satu keluarga dari keluarga Arab dengan sebelas saudara dari satu bapak yang masuk Islam selain diikuti oleh empat ratus penunggang kuda dari kabilahnya.

Perjuangan Nu'man kepada Islam


Nabi sangat berbahagia dengan masuknya Nu'man ke dalam Islam. Nu'man bin Muqarrin bergabung di bawah panji Rasulullah, dia berperan serta dalam seluruh peperangan yang diterjuni oleh beliau tanpa bermalas-malasan atau tertinggal walau sekali.

Tatkala khilafah dipegang oleh Abu Bakar, Nu'man dengan kaumnya Bani Muzainah berdiri disampingnya dengan tegas, hal itu berdampak besar terhadap pemadaman atas fitnah pemurtadan yang tersebar di mana mana.

Ketika khilafah berpindah tangan kepada Umar bin Khattab, Nu'man bin Muqarrin mencatatkan namanya di panggung sejarah yang akan selalu mengingatnya dengan lisan yang penuh dengan pujian dan sanjungan.

Sebelum perang Qadisiyah, Saad bin Abi Waqash penglima pasukan muslimin mengirimkan delegasi kepada Kisra Yazdajurd dengan dipimpin oleh Nu'man bin Muqarrin. Tujuannya ialah untuk mengajak Kisra masuk Islam.

Ketika delegasi itu tiba di ibu kota Kisra di Madain, mereka meminta izin untuk menghadap kepada Kisra. Kemudian Kisra memanggil seorang penerjemah, dia berkata kepadanya, "Tanyakan kepada mereka apa yang membuat mereka datang ke negeri kami dan mendorong kalian untuk berperang melawan kami? Mungkin kalian berani berperang melawan kami dan yakin menang karena selama ini kami membiarkan kalian dan kami tidak pernah secara tegas menghabisi kalian."

Maka Nu'man menoleh kepada rekan rekannya, dia berkata, "Jika kalian berkenan maka aku akan menjawabnya, namun jika salah seorang dari kalian berkenan untuk berbicara maka silakan." Mereka menjawab, "Silakan engkau yang berbicara."

Lalu mereka menghadapkan wajah kepada Kisra, mereka berkata, "Laki-laki ini berbicara dengan lisan kami, maka dengarkanlah apa yang dia katakan."

An Nu'man memuji Allah dan menyanjungNya, mengucapkan shalawat dan salam kepada Rasulullah, lalu berkata, "Sesungguhnya Allah menyayangi kami, maka Dia mengutus seorang Rasul kepada kami, Rasul itu membimbing kami pada kebaikan dan memerintahkannya kepada kami, mengenalkan keburukan kepada kami dan melarang kami melakukannya. Dia menjanjikan kami jika kami menjawab seruannya, maka Allah akan memberikan kebaikan dunia dan akhirat.

Tidak perlu waktu lama sehingga Allah telah mengganti kesempitan kami dengan kelapangan, kehinaan kami dengan kemuliaan dan permusuhan di antara kami dengan kasih sayang dan persaudaraan.

Dia memerintahkan kami agar mengajak manusia kepada apa yang membawa kebaikan bagi mereka dan memulainya dengan mengajak orang orang yang ada di dekat kami. Maka kami mengajak kalian untuk masuk ke dalam agama kami, ia adalah agama yang membaguskan yang bagus seluruhnya dan mengajak kepadanya, memburukkan yang buruk dan memperingatkan darinya. Ia membawa orang orang yang beriman dari kegelapan kekufuran dan kedhaliman menuju cahaya iman dan keadilan.

Jika kalian berkenan menjawab ajakan kami dengan masuk Islam, maka kami akan meninggalkan kitab Allah di antara kalian dan menegakkan kalian di atasnya, dengan syarat kalian berkenan menjadikannya sebagai hakim di antara kalian, selanjutnya kami akan pulang meninggalkan kalian dan membiarkan kalian dengan urusan kalian. Namun jika kalian menolak untuk masuk Islam maka kami akan mengambil jizyah dari kalian dan kami akan memberikan perlindungan kepada kalian, tetapi jika kalian menolak membayar jizyah maka kami akan memerangi kalian."

Kata-kata Nu'man membuat Yajdajurd naik pitam, dia marah besar dan berkata, "Sesungguhnya aku tidak menemukan suatu umat di bumi ini yang lebih sengsara, lebih sedikit orangnya, lebih bercerai berai dan lebih buruk keadaanya daripada kalian."

Kemudian Kisra meredakan marahnya sedikit, dia berkata lagi, "Jika kemiskinan yang mendorong kalian untuk memasuki negeri kami, maka kami akan menyiapkan bahan makanan untuk kalian sampai bumi kalian menjadi subur, kam akan menghadiahkan pakaian pakaian kepada pemuka kalian dan pembesar kalian, kami akan mengangkat seorang raja atas kalian dari pihak kami yang mengasihi kalian."

Seorang laki-laki dari delegasi Nu'man menjawab kata kata Kisra yang akhirnya membuat Kisra naik pitam lagi. Maka Kisra pun berkata, "Kalau utusan boleh dibunuh maka kami sudah menghabisi kalian. Pulanglah, kalian tidak mendapatkan apapun di sini, katakan kepada panglima kalian bahwa aku akan mengirim Rustum untuk menguburnya dan mengubur kalian bersamanya di parit Qadisiyah."

Kemudian kaisar meminta tanah, dia berkata kepada orang orangnya, "Berikan ia kepada orang yang paling mulia dari mereka, suruh dia berjalan di depan kalian di hadapan mata masyarakat sampai dia meninggalkan gerbang ibu kota."

Mereka bertanya kepada delegasi Nu'man, "Siapa yang paling mulia dari kalian?"
Maka Ashim bin Umar menjawab, "Saya."

Kemudian mereka membawakan kantong tersebut sampai dia keluar dari Madain, kemudian Ashim membawanya di atas punggung untanya untuk diserahkan kepada Saad bin Abi Waqash. Saad menyampaikan berita gembira bahwa Allah akan menaklukan bumi persia untuk kaum muslimin dan menguaskan mereka atas tanah Persia.

Perang Qadisiyah pun terjadi, paritnya dipenuhi oleh ribuan mayat korban perang dengan jumlah ribuan orang, namun mereka bukan dari kaum muslimin akan tetapi dari pasukan Persia.

Orang-orang Persia tidak menyerah akibat kekalahan di perang Qadisiyah, mereka menyusun kembali bala tentara, menyiapkan pasukan hingga berjumlah seratus lima puluh ribu orang.

Tatkala Umar bin Khattab mengetahui rencana mereka, dia bertekad untuk terjun langsung menghadapi bahaya besar ini, namun para penasihatnya dari kalangan sahabat sahabat besar menahannya, mereka mengusulkan agar mengutus seorang panglima yang bisa diandalkan dalam mengatasi perkara besar seperti ini.

Umar berkata, "Tunjukkan kepadaku sebuah nama sehingga aku bisa menyerahkan celah ini kepadanya."

Mereka menjawab, "Wahai Amirul Mukminin, engkau lebih mengenal anak buahmu."

Umar berkata, "Demi Allah, aku akan memilih seseorang dari bala tentara kaum muslimin, jika kedua pasukan bertemu maka dia adalah orang terdepan menyongsong tombak, dia adalah Nu'man bin Muqarrin."

Mereka berkata, "Pilihan yang tepat."

Umar pun menulis surat kepadanya, "Dari hamba Allah Umar bin Khattab kepada Nu'man bin Muqarrin, amma ba'du. Aku mendengar bahwa pasukan orang orang Ajam dalam jumlah besar telah mempersiapkan diri mereka untuk memerangi kalian di kota Nahawand, jika suratku ini telah kamu terima maka berangkatlah dengan perintah Allah, pertolongan dan bantuanNya, insyaallah menyertai kaum muslimin yang bersamamu, jangan membawa mereka ke jalan yang berbahaya karena hal itu bisa menyakiti mereka. Seorang laki laki dari kaum muslimin lebih aku cintai daripada seratus ribu dinar. Wassalamualaikum."

An Nu'man pun menyiapkan pasukannya untuk menyerang musuh. Dia mengirimkan pasukan berkuda di depannya sebagai pengintai untuk membuka jalan bagi pasukan kaum muslimin. Manakala pasukan pengintai ini mendekati kota Nahawand, tiba tiba kuda kuda mereka berhenti, akhirnya mereka turun dari kuda untuk mengetahui penyebabnya. Ternyata mereka melihat di kaki kaki kuda itu tertancap besi besi tajam seperti ujung paku. Lalu mereka melihat sekeliling, ternyata musuh sudah menebarkan ranjau paku di sepanjanh jalan menuju Nahawand untuk menghambat pasukan berkuda dan pejalan kaki agar tertunda kedatangan mereka di Nahawand.

Pasukan pengintai memberitahukan apa yang mereka alami kepada Nu'man, mereka meminta pendapat kepadanya, maka Nu'man memerintahkan mereka agar tetap berada di tempat mereka dan  menyalakan api di malam hari agar musuh melihat keberadaan mereka, pada saat itulah mereka harus berpura pura takut kepada musuh dan memperlihatkan seolah-olah mereka kalah dengan cara mundur ke belakang, hal itu untuk mengelabuhi musuh agar mengejar mereka, selanjutnya musuh akan membersihkan jalan dari ranjau paku.

Tipu daya Nu'man berhasil, begitu orang-orang Persia melihat pasukan pengintai mundur, mereka langsung mengirim pasukan untuk membersihkan jalan dari ranjau, pada saat itulah kaum muslimin berbalik langkah dan menyerang jalan tersebut.

Nu'man bermarkas dengan pasukannya di pinggiran kota Nahawand, dia bertekad menyerang musuh dengan tiba-tiba. Dia perintahkan kepada pasukannya, "Aku akan bertakbir tiga kali, takbir pertama agar kalian bersiap siap, takbir kedua hendaknya masing-masing kalian sudah memegang senjatanya. Takbir ketiga berarti aku berlari ke depan untuk menyerang musuh maka bangkitlah bersamaku."

An Nu'man pun bertakbir tiga kali, kemudian berlari ke barisan musuh, di belakangnya ada kaum muslimin yang mengikutinya. Maka terjadilah perang di antara kedua belah pihak yang sangat dahsyat.

Pasukan persia pun porak poranda, korban dari mereka memenuhi dataran dan pegunungan, darah mereka membasahi jalan dan medan perang. Akibatnya kuda Nu'man terpelinting karena genangan darah. An Nu'man terjatuh dan karenanya lah dia gugur, maka saudaranya mengambil alih panji dari tangannya. Dia menuntup jasad Nu'man dengan kain yang dipegangnya dan merahasiakan kematiannya dari pandangan dan pendengaraan kaum muslimin.

Kemenangan besar yang disebut oleh kaum muslimin dengan Fathul Futuhpun di raih. Pada saat itu pasukan kaum muslimin bertanya tanya tentang An Nu'man, maka saudaranya mengangkat kain yang menutupinya dan berkata, "Inilah panglima kalian, Allah telah menenangkannya dengan kemenangan dan menutup hayatnya dengan syahadah."

Kisah Sahabat Nabi Nu'man bin Muqarrin ini adalah kiriman pembaca abanaonline.com diambil dari kitab [Shuwaru min hayatis Shahabah Dr.Abdurrahman Ra fat Basya.]

Posting Komentar untuk "Kisah Sahabat Nabi Nu'man bin Muqarrin al Muzani"