Jawaban Untuk Dek Afi: Agama Islam Bukan Warisan Berikut Alasannya
Agama bukan warisan- Baru-baru ini ada tulisan yang sangat viral di media sosial. Dan menariknya tulisan tersebut ditulis dari tangan anak SMA yang bernama Afi Nihaya Fa. Dia memberikan statement tentang keberagaman agama. Salah satu pemikirannya adalah ia menganggap agama Islam hanyalah warisan orang tua bukan hidayah. Berikut isi tulisannya:
WARISAN
Ditulis oleh Afi Nihaya Faradisa
Kebetulan saya lahir di Indonesia dari pasangan muslim, maka saya beragama Islam. Seandainya saja saya lahir di Swedia atau Israel dari keluarga Kristen atau Yahudi, apakah ada jaminan bahwa hari ini saya memeluk Islam sebagai agama saya? Tidak.
Saya tidak bisa memilih dari mana saya akan lahir dan di mana saya akan tinggal setelah dilahirkan. Kewarganegaraan saya warisan, nama saya warisan, dan agama saya juga warisan.
Untungnya, saya belum pernah bersitegang dengan orang-orang yang memiliki warisan berbeda-beda karena saya tahu bahwa mereka juga tidak bisa memilih apa yang akan mereka terima sebagai warisan dari orangtua dan negara.
.
Setelah beberapa menit kita lahir, lingkungan menentukan agama, ras, suku, dan kebangsaan kita. Setelah itu, kita membela sampai mati segala hal yang bahkan tidak pernah kita putuskan sendiri.
.
Sejak masih bayi saya didoktrin bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar. Saya mengasihani mereka yang bukan muslim, sebab mereka kafir dan matinya masuk neraka.
Ternyata, Teman saya yang Kristen juga punya anggapan yang sama terhadap agamanya. Mereka mengasihani orang yang tidak mengimani Yesus sebagai Tuhan, karena orang-orang ini akan masuk neraka, begitulah ajaran agama mereka berkata.
Maka, Bayangkan jika kita tak henti menarik satu sama lainnya agar berpindah agama, bayangkan jika masing-masing umat agama tak henti saling beradu superioritas seperti itu, padahal tak akan ada titik temu.
Jalaluddin Rumi mengatakan, "Kebenaran adalah selembar cermin di tangan Tuhan; jatuh dan pecah berkeping-keping. Setiap orang memungut kepingan itu,
memperhatikannya, lalu berpikir telah memiliki kebenaran secara utuh."
.
Salah satu karakteristik umat beragama memang saling mengklaim kebenaran agamanya. Mereka juga tidak butuh pembuktian, namanya saja "iman".
Manusia memang berhak menyampaikan ayat-ayat Tuhan, tapi jangan sesekali mencoba jadi Tuhan. Usah melabeli orang masuk surga atau neraka sebab kita pun masih menghamba.
.
Latar belakang dari semua perselisihan adalah karena masing-masing warisan mengklaim, "Golonganku adalah yang terbaik karena Tuhan sendiri yang mengatakannya".
Lantas, pertanyaan saya adalah kalau bukan Tuhan, siapa lagi yang menciptakan para Muslim, Yahudi, Nasrani, Buddha, Hindu, bahkan ateis dan memelihara mereka semua sampai hari ini?
.
Tidak ada yang meragukan kekuasaan Tuhan. Jika Dia mau, Dia bisa saja menjadikan kita semua sama. Serupa. Seagama. Sebangsa.
Tapi tidak, kan?
.
Apakah jika suatu negara dihuni oleh rakyat dengan agama yang sama, hal itu akan menjamin kerukunan? Tidak!
Nyatanya, beberapa negara masih rusuh juga padahal agama rakyatnya sama.
Sebab, jangan heran ketika sentimen mayoritas vs. minoritas masih berkuasa, maka sisi kemanusiaan kita mendadak hilang entah kemana.
.
Bayangkan juga seandainya masing-masing agama menuntut agar kitab sucinya digunakan sebagai dasar negara. Maka, tinggal tunggu saja kehancuran Indonesia kita.
.
Karena itulah yang digunakan negara dalam mengambil kebijakan dalam bidang politik, hukum, atau kemanusiaan bukanlah Alquran, Injil, Tripitaka, Weda, atau kitab suci sebuah agama, melainkan Pancasila, Undang-Undang Dasar '45, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Dalam perspektif Pancasila, setiap pemeluk agama bebas meyakini dan menjalankan ajaran agamanya, tapi mereka tak berhak memaksakan sudut pandang dan ajaran agamanya untuk ditempatkan sebagai tolok ukur penilaian terhadap pemeluk agama lain. Hanya karena merasa paling benar, umat agama A tidak berhak mengintervensi kebijakan suatu negara yang terdiri dari bermacam keyakinan.
.
Suatu hari di masa depan, kita akan menceritakan pada anak cucu kita betapa negara ini nyaris tercerai-berai bukan karena bom, senjata, peluru, atau rudal, tapi karena orang-orangnya saling mengunggulkan bahkan meributkan warisan masing-masing di media sosial.
Ketika negara lain sudah pergi ke bulan atau merancang teknologi yang memajukan peradaban, kita masih sibuk meributkan soal warisan.
.
Kita tidak harus berpikiran sama, tapi marilah kita sama-sama berpikir. Sekian..
Bagi orang awam tentu tulisan di atas sangat menarik dan sangat bijak, namun ternyata apa yang ditulis Dek Afi tersebut sangat menyimpang dari agama Islam dan isi kitab suci Al Quran. Bahkan pemikirannya tergolong pemikiran sekularisme. Coba Dek Afi jawab pertanyaan di bawah ini, sekaligus sebagai bantahan atas tulisan Dek Afi di atas. Jawaban saya ini berdasarkan wahyu dari Allah subhanahu wa ta'ala (Al Quran kitab suci Dek Afi kan?):
Dek Afi ketahuilah agama Islam bukan warisan tapi agama Islam adalah agama yang paling lurus di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala, agama Islam adalah Hidayah yang sangat mahal harganya Allah berfirman dalam Quran Surat Al Qosos ayat 56 dan surat Al Imran 19:
Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya. (Qs. Al Imran 19)
Hidayah sangat mahal,
Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (Al Qashah:56)
Hidayah itu adalah hak prerogatif Allah yang diberikan kepada siapapun yang dikehendakiNya. Tidak semua orang tua sholeh mewarisi anak-anak yang sholeh atau sebaliknya tidak semua orang tua yang nakal akan mewarisi anak-anak yang nakal pula. Orang tua hanyalah sebagai sarana ikhtiar untuk menumbuhkan anak yang sholeh.
Contoh nyata adalah kisah Nabi Ibrahim Alaihissalam dan kisah Nabi Nuh Alaihissalam di dalam al-Quran. Lihatlah Bagaimana Nabi Nuh memperjuangkan Agama Allah sampai-sampai beliau berdakwah hingga 95 tahunan, dengan penuh kesabaran agar umatnya mendapatkan hidayah dari Allah subhanahu wa ta'ala.
Tapi bayangkan Apa yang terjadi?? Justru mereka tidak menghiraukan dan menolak ajakan Nabi Nuh dan terlebih lagi, anaknya juga ikut menolak ajakan Nuh alaihissalam. Bacalah Quran surat Hud ayat 42 sampai 43.
"Dan kapal itu berlayar membawa mereka ke dalam gelombang laksana gunung-gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, ketika dia (anak itu) berada di tempat yang jauh terpencil, “Wahai anakku! Naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah engkau bersama orang-orang kafir.
Dia (anaknya) menjawab, "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat menghindarkan aku dari air bah!'(Nuh) berkata, 'Tidak ada yang melindungi dari siksaan Allah pada hari ini selain Allah yang Maha Penyayang.” Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka dia (anak itu) termasuk orang yang ditenggelamkan." (Qs. Hud 42-43)
Ayat di atas menggambarkan seorang ayah yang berkurban dan berusaha agar anaknya mau menerima Hidayah Allah Subhanahu Wa Ta'ala, tetapi Allah tidak mentakdirkan anaknya mendapat Hidayah. Walaupun ayahnya sudah berdoa kepada Allah tapi Apa jawaban Allah?
Allah berfirman Qs. Hud 45-46:
"Dan Nuh memohon kepada Tuhannya sambil berkata, 'Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku adalah termasuk keluargaku, dan janji-Mu itu pasti benar. Engkau adalah hakim yang paling adil.'
Dia (Allah) berfirman, 'Wahai Nuh! Sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu, karena perbuatannya sungguh tidak baik, sebab itu jangan engkau memohon kepada-Ku sesuatu yang tidak engkau ketahui (hakikatnya). Aku menasihatimu agar (engkau) tidak termasuk orang yang bodoh."
Selain Nabi Nuh masih ada lagi contoh lainnya, seperti Nabi Ibrahim yang mana ayahnya tidak ingin diajak menyembah Allah Semata, malah justru ayahnya mendukung agar anaknya Ibrahim dibakar di dalam kobaran api yang sangat lebat. Dan ada lagi kisah Paman Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Salam ingin sekali pamannya Abi Tholib memeluk islam tetapi apa Allah tidak mentakdirkan dia memeluk agama Islam.
Jadi yang jadi pertanyaan buat Dek Afi adalah:
Baiklah itu saja jawaban atas statement Dek Afi di Facebooknya. Agama bukan warisan tapi agama adalah Hidayah yang sangat mahal dan patut disyukuri oleh setiap hamba-Nya. Sebarkan artikel ini semoga bisa sampai kepada Dek Afi yang saya hormati.. wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Statement Dek Afi Tentang Agama adalah Warisan
WARISAN
Ditulis oleh Afi Nihaya Faradisa
Kebetulan saya lahir di Indonesia dari pasangan muslim, maka saya beragama Islam. Seandainya saja saya lahir di Swedia atau Israel dari keluarga Kristen atau Yahudi, apakah ada jaminan bahwa hari ini saya memeluk Islam sebagai agama saya? Tidak.
Saya tidak bisa memilih dari mana saya akan lahir dan di mana saya akan tinggal setelah dilahirkan. Kewarganegaraan saya warisan, nama saya warisan, dan agama saya juga warisan.
Untungnya, saya belum pernah bersitegang dengan orang-orang yang memiliki warisan berbeda-beda karena saya tahu bahwa mereka juga tidak bisa memilih apa yang akan mereka terima sebagai warisan dari orangtua dan negara.
.
Setelah beberapa menit kita lahir, lingkungan menentukan agama, ras, suku, dan kebangsaan kita. Setelah itu, kita membela sampai mati segala hal yang bahkan tidak pernah kita putuskan sendiri.
.
Sejak masih bayi saya didoktrin bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar. Saya mengasihani mereka yang bukan muslim, sebab mereka kafir dan matinya masuk neraka.
Ternyata, Teman saya yang Kristen juga punya anggapan yang sama terhadap agamanya. Mereka mengasihani orang yang tidak mengimani Yesus sebagai Tuhan, karena orang-orang ini akan masuk neraka, begitulah ajaran agama mereka berkata.
Maka, Bayangkan jika kita tak henti menarik satu sama lainnya agar berpindah agama, bayangkan jika masing-masing umat agama tak henti saling beradu superioritas seperti itu, padahal tak akan ada titik temu.
Jalaluddin Rumi mengatakan, "Kebenaran adalah selembar cermin di tangan Tuhan; jatuh dan pecah berkeping-keping. Setiap orang memungut kepingan itu,
memperhatikannya, lalu berpikir telah memiliki kebenaran secara utuh."
.
Salah satu karakteristik umat beragama memang saling mengklaim kebenaran agamanya. Mereka juga tidak butuh pembuktian, namanya saja "iman".
Manusia memang berhak menyampaikan ayat-ayat Tuhan, tapi jangan sesekali mencoba jadi Tuhan. Usah melabeli orang masuk surga atau neraka sebab kita pun masih menghamba.
.
Latar belakang dari semua perselisihan adalah karena masing-masing warisan mengklaim, "Golonganku adalah yang terbaik karena Tuhan sendiri yang mengatakannya".
Lantas, pertanyaan saya adalah kalau bukan Tuhan, siapa lagi yang menciptakan para Muslim, Yahudi, Nasrani, Buddha, Hindu, bahkan ateis dan memelihara mereka semua sampai hari ini?
.
Tidak ada yang meragukan kekuasaan Tuhan. Jika Dia mau, Dia bisa saja menjadikan kita semua sama. Serupa. Seagama. Sebangsa.
Tapi tidak, kan?
.
Apakah jika suatu negara dihuni oleh rakyat dengan agama yang sama, hal itu akan menjamin kerukunan? Tidak!
Nyatanya, beberapa negara masih rusuh juga padahal agama rakyatnya sama.
Sebab, jangan heran ketika sentimen mayoritas vs. minoritas masih berkuasa, maka sisi kemanusiaan kita mendadak hilang entah kemana.
.
Bayangkan juga seandainya masing-masing agama menuntut agar kitab sucinya digunakan sebagai dasar negara. Maka, tinggal tunggu saja kehancuran Indonesia kita.
.
Karena itulah yang digunakan negara dalam mengambil kebijakan dalam bidang politik, hukum, atau kemanusiaan bukanlah Alquran, Injil, Tripitaka, Weda, atau kitab suci sebuah agama, melainkan Pancasila, Undang-Undang Dasar '45, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Dalam perspektif Pancasila, setiap pemeluk agama bebas meyakini dan menjalankan ajaran agamanya, tapi mereka tak berhak memaksakan sudut pandang dan ajaran agamanya untuk ditempatkan sebagai tolok ukur penilaian terhadap pemeluk agama lain. Hanya karena merasa paling benar, umat agama A tidak berhak mengintervensi kebijakan suatu negara yang terdiri dari bermacam keyakinan.
.
Suatu hari di masa depan, kita akan menceritakan pada anak cucu kita betapa negara ini nyaris tercerai-berai bukan karena bom, senjata, peluru, atau rudal, tapi karena orang-orangnya saling mengunggulkan bahkan meributkan warisan masing-masing di media sosial.
Ketika negara lain sudah pergi ke bulan atau merancang teknologi yang memajukan peradaban, kita masih sibuk meributkan soal warisan.
.
Kita tidak harus berpikiran sama, tapi marilah kita sama-sama berpikir. Sekian..
Agama Bukan Warisan Orang Tua
Bagi orang awam tentu tulisan di atas sangat menarik dan sangat bijak, namun ternyata apa yang ditulis Dek Afi tersebut sangat menyimpang dari agama Islam dan isi kitab suci Al Quran. Bahkan pemikirannya tergolong pemikiran sekularisme. Coba Dek Afi jawab pertanyaan di bawah ini, sekaligus sebagai bantahan atas tulisan Dek Afi di atas. Jawaban saya ini berdasarkan wahyu dari Allah subhanahu wa ta'ala (Al Quran kitab suci Dek Afi kan?):
Dek Afi ketahuilah agama Islam bukan warisan tapi agama Islam adalah agama yang paling lurus di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala, agama Islam adalah Hidayah yang sangat mahal harganya Allah berfirman dalam Quran Surat Al Qosos ayat 56 dan surat Al Imran 19:
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya. (Qs. Al Imran 19)
Hidayah sangat mahal,
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (Al Qashah:56)
Hidayah itu adalah hak prerogatif Allah yang diberikan kepada siapapun yang dikehendakiNya. Tidak semua orang tua sholeh mewarisi anak-anak yang sholeh atau sebaliknya tidak semua orang tua yang nakal akan mewarisi anak-anak yang nakal pula. Orang tua hanyalah sebagai sarana ikhtiar untuk menumbuhkan anak yang sholeh.
Contoh nyata adalah kisah Nabi Ibrahim Alaihissalam dan kisah Nabi Nuh Alaihissalam di dalam al-Quran. Lihatlah Bagaimana Nabi Nuh memperjuangkan Agama Allah sampai-sampai beliau berdakwah hingga 95 tahunan, dengan penuh kesabaran agar umatnya mendapatkan hidayah dari Allah subhanahu wa ta'ala.
Tapi bayangkan Apa yang terjadi?? Justru mereka tidak menghiraukan dan menolak ajakan Nabi Nuh dan terlebih lagi, anaknya juga ikut menolak ajakan Nuh alaihissalam. Bacalah Quran surat Hud ayat 42 sampai 43.
"Dan kapal itu berlayar membawa mereka ke dalam gelombang laksana gunung-gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, ketika dia (anak itu) berada di tempat yang jauh terpencil, “Wahai anakku! Naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah engkau bersama orang-orang kafir.
Dia (anaknya) menjawab, "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat menghindarkan aku dari air bah!'(Nuh) berkata, 'Tidak ada yang melindungi dari siksaan Allah pada hari ini selain Allah yang Maha Penyayang.” Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka dia (anak itu) termasuk orang yang ditenggelamkan." (Qs. Hud 42-43)
Ayat di atas menggambarkan seorang ayah yang berkurban dan berusaha agar anaknya mau menerima Hidayah Allah Subhanahu Wa Ta'ala, tetapi Allah tidak mentakdirkan anaknya mendapat Hidayah. Walaupun ayahnya sudah berdoa kepada Allah tapi Apa jawaban Allah?
Allah berfirman Qs. Hud 45-46:
"Dan Nuh memohon kepada Tuhannya sambil berkata, 'Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku adalah termasuk keluargaku, dan janji-Mu itu pasti benar. Engkau adalah hakim yang paling adil.'
Dia (Allah) berfirman, 'Wahai Nuh! Sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu, karena perbuatannya sungguh tidak baik, sebab itu jangan engkau memohon kepada-Ku sesuatu yang tidak engkau ketahui (hakikatnya). Aku menasihatimu agar (engkau) tidak termasuk orang yang bodoh."
Selain Nabi Nuh masih ada lagi contoh lainnya, seperti Nabi Ibrahim yang mana ayahnya tidak ingin diajak menyembah Allah Semata, malah justru ayahnya mendukung agar anaknya Ibrahim dibakar di dalam kobaran api yang sangat lebat. Dan ada lagi kisah Paman Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Salam ingin sekali pamannya Abi Tholib memeluk islam tetapi apa Allah tidak mentakdirkan dia memeluk agama Islam.
Jadi yang jadi pertanyaan buat Dek Afi adalah:
Kalau seandainya agama adalah warisan yang diwariskan oleh orang tua kita maka seharusnya seluruh penduduk bumi ini adalah beragama Islam atau menyembah Allah Semata karena Nabi Adam Siti Hawa dan nenek moyang terdahulu mereka tidak pernah menyekutukan Allah Subhanahu Wa Ta'ala, Bagaimana jawaban Dek Afi?
Baiklah itu saja jawaban atas statement Dek Afi di Facebooknya. Agama bukan warisan tapi agama adalah Hidayah yang sangat mahal dan patut disyukuri oleh setiap hamba-Nya. Sebarkan artikel ini semoga bisa sampai kepada Dek Afi yang saya hormati.. wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
3 komentar untuk "Jawaban Untuk Dek Afi: Agama Islam Bukan Warisan Berikut Alasannya"
Tulis komentar di sini dan centang tombol "Notify me" atau "Ingatkan kami" agar Antum bisa melihat balasannya. Syukran