Kisah Perang Khaibar Yang Sengit Melawan Kaum Yahudi
Kisah perang Khaibar- Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, setelah hampir satu bulan abanaonline tidak update artikel terbaru. Alhamdulillah akhirnya hari ini admin memiliki waktu luang untuk berbagi kisah peristiwa perang khaibar Nabi Muhammad -shallallahu alaihi wasallam-.
Kisah perang khaibar ini kami rangkum dari kitab sirah nabi yang terkenal yaitu Ar Rahiqul Makhtum karya Syekh Shafiyyurrohman Al Mubarakfury. Disamping itu alur kisah peristiwa perang khaibar di bawah ini juga kami tulis secara urut dari awal hingga akhir. Jadi Antum bisa menikmatinya di setiap paragraf.
Dulu Khaibar adalah sebuah kota besar yang memiliki benteng dan kebun-kebun sejauh 60 hingga 80 mil dari Madinah tepatnya ke arah utara.
Dalam sejarah nabi, Khaibar merupakan kandang konspirasi dan penghianatan. Di sana pusat pangkalan militer, sumber permusuhan dan pemicu peperangan. Maka agar stabilitas keamanan dan kesejahteraan kaum muslimin terjaga, kaum Yahudi di Khaibar dan beberapa kabilah Najd menjadi sasaran pertama yang dilirik orang-orang muslim.
Dengan demikian orang-orang muslim dapat berkonsentrasi untuk menyebarkan risalah Allah. Faktor utama yang melatarbelakangi terjadinya perang khaibar adalah karena pengkhianatan yang dilakukan oleh kaum Yahudi.
Yang mana penduduk khaibar saat itu menghimpun pasukan untuk memerangi kaum muslimin dan sekaligus mendorong Bani Quraidhah agar melanggar perjanjian dan berkhianat.
Bahkan mereka juga pernah mempersiapkan diri untuk berperang melawan kaum muslimin menyusun rencana untuk membunuh Nabi. Sehingga situasi seperti ini selalu membuat orang-orang muslim merasa terancam bahaya.
Itulah beberapa latar belakang terjadinya kisah perang khaibar. Lalu seperti apa cerita selanjutnya?
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam dan pasukan kaum muslimin berangkat ke khaibar pada bulan Muharram. Atau lebih tepatnya di saat pulang dari Hudaibiyah.
Menurut para mufassir, khaibar merupakan janji yang pernah disampaikan Allah dalam firmanNya Qs. Al Fath: 20,
"Allah menjanjikan kepadamu harta rampasan perang yang banyak yang dapat kamu ambil, maka Dia segerakan (harta rampasan perang) ini untukmu dan Dia menahan tangan manusia dari (membinasakan)mu (agar kamu mensyukuri-Nya) dan agar menjadi bukti bagi orang-orang mukmin dan agar Dia menunjukkan kamu ke jalan yang lurus." (Qs. Al Fath 20)
Maksud janji ini adalah perjanjian hudaibiyah adapun harta rampasan itu adalah khaibar.
Ketika Rasulullah hendak keluar ke khaibar, beliau mengumumkan bahwa yang boleh bergabung hanya orang-orang yang suka berjihad. Hingga akhirnya yang bergabung bersama nabi hanya orang-orang yang pemberani. Dengan jumlah pasukan sebanyak 1400 orang.
Saat itu yang diangkat sebagai wakil beliau di Madinah adalah Siba' bin Urfuthah Al Ghifari.
Baca juga: Kisah Perang Khandaq Nabi Muhammad yang Penuh Hikmah
Sekedar pengetahuan, bertepatan dengan waktu itu Abu Hurairah datang ke Madinah untuk masuk islam. Dia bertemu Siba' yang sedang sholat subuh. Seusai shalat Siba' memberi bekal perjalanan, lalu Abu Hurairah menemui Rasulullah sallallahu alaihi wasallam lalu memberitahukan keislamannya kepada nabi dan para sahabat. Setelah masuk Islam, nabi menyuruhnya bergabung bersama mereka.
Sejak itu sudah ada orang-orang munafik yang tinggal bersama kaum muslimin. Dari mereka banyak yang berbuat untuk kepentingan orang-orang Yahudi dan membantu orang-orang Yahudi. Gembong pemimpin orang munafikin adalah Abdullah bin Ubay.
Abdullah bin Ubay mengirim utusan kepada Yahudi khaibar dan menyampaikan pesan bahwa, "Muhammad hendak mendatangi kalian, maka bersiaplah dan kalian tidak perlu takut terhadapnya, karena jumlah dan kekuatan kalian lebih banyak, kaum Muhammad hanya sedikit dan hanya membawa persenjataan yang minim."
Begitulah kelicikan orang-orang munafik yang selalu menghancurkan Islam dari dalam.
Ketika penduduk khaibar mengetahui kabar ini, mereka langsung mengutus Kinanah bin Huqaiq dan Haudzah bin Qais untuk pergi ke Ghathafan lalu meminta bantuan kepada mereka.
Sebab Ghathafhan merupakan sekutu Yahudi dan sepakat untuk memusuhi orang-orang muslim. Jika dapat mengalahkan orang-orang Muslim, Ghathafan meminta syarat untuk diberi separuh hasil kurma Khaibar.
Dalam perjalanannya ke Khaibar Rasulullah sallallahu alaihi wasallam mengambil jalan gunung Ashr. Setelah melewati Ash Shahba' beliau bermalam di suatu lembah yang disebut Ar Raji'.
Kemudian melanjutkan perjalanan ke Ghathafan. Dari tempat ini ke Ghathafan harus menempuh perjalanan selama sehari semalam.
Di lain sisi orang-orang Ghathafan sudah mengadakan persiapan secara matang dan berangkat ke Khaibar untuk mengulurkan bantuan kepada orang-orang Yahudi.
Namun, tak seberapa jauh mereka berjalan tiba tiba mendengar suara gaduh dan hiruk pikuk dari arah belakang. Akhirnya orang orang Ghathafan mengira orang-orang muslim akan menyerbu keluarga dan harta benda yang mereka tinggalkan di Ghathafan.
Akhirnya mereka pun kembali lagi dan membatalkan niat untuk membantu orang-orang Yahudi. Karena khawatir suatu saat orang-orang muslim justru menyerang keluarga dan harta benda yang mereka tinggalkan.
Mereka lebih memilih tidak ikut campur dengan urusan Nabi dan orang-orang Yahudi Khaibar.
Kemudian beliau menunjuk dua orang petunjuk jalan yang ikut serta dalam rombongan pasukan.
Salah seorang diantara keduanya bernama Husail. Mereka berdua menunjukkan jalan yang lebih tepat untuk memasuki Khaibar dari arah utara tepatnya dari jalur Syam. Dengan begitu pasukan muslimin bisa menghadang kemungkinan orang-orang Yahudi akan melarikan diri ke arah Syam atau Ghathafan.
"Aku akan menunjukkan jalan kepada engkau wahai Rasulullah." Kata petunjuk jalan itu.
Beliau menyetujui rencana jalan yang akan dilalui hingga mereka tiba di suatu persimpangan yang memiliki beberapa jalur.
Kemudian salah seorang petunjuk jalan berkata, "Wahai Rasulullah ini adalah beberapa jalan yang semuanya bisa ditempuh untuk mencapai tujuan kita."
Beliau meminta untuk menyebutkan masing-masing nama jalan itu, maka petunjuk jalan itu pun berkata, "Nama jalan ini adalah Huzn (kesedihan)."
Melihat makna yang kurang bagus, Beliau tidak memilih untuk melalui jalan tersebut. Lalu penunjuk jalanan berkata lagi,
"Yang itu namanya jalan Syasy (kacau)." kata petunjuk jalan itu. Beliau juga menolak melalui jalan itu.
"Yang itu namanya hathib (sial)." kata petunjuk jalan. Beliau juga menolaknya lagi. Hingga akhirnya tinggal satu jalan yang belum disebutkan.
"Berarti tinggal satu jalan." kata Husail. "Siapa namanya?" tanya Umar bin Khattab.
"Marhaban (selamat datang)." Jawab Husail. Akhirnya beliau menetapkan untuk melewati jalan itu.
Pada malam hari sebelum terjadinya peperangan, orang-orang Muslim berada di suatu tempat tak jauh dari Khaibar. Di saat yang bersamaan orang-orang Yahudi belum menyadari kedatangan kaum muslimin.
Seperti biasanya, jika Rasulullah hendak menyerang suatu kaum pada malam hari, beliau tidak mendekati mereka kecuali setelah pagi harinya.
Setelah waktu subuh tiba beliau segera mendirikan shalat subuh. Penduduk Khaibar keluar dari rumah mereka sambil membawa sekop dan keranjang seperti biasanya menuju Kebun. Saat melihat pasukan muslimin mereka berteriak, "Itu Muhammad demi Allah Muhammad dan pasukanya!" Kemudian mereka kembali lagi ke kota dengan berlarian.
Nabi berseru, "Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar, runtuhlah khaibar! jika kita tiba di pelataran suatu kaum maka amat buruklah bagi orang-orang yang mendapatkan peringatan."
Nabi memilih suatu tempat untuk dijadikan markas pasukan muslimin, al Hubbab bin Mundzir menemui beliau dan bertanya, "Ya Rasulullah apakah tempat yang kau pilih ini merupakan ketetapan yang diturunkan Allah ataukah ini hanya sekedar pendapat dalam siasat perang?"
"Ini adalah pendapat saya." Jawab beliau shalallahu alaihi wassalam.
"Wahai Rasulullah tempat ini terlalu dekat dengan benteng Nathat dan para prajurit Khaibar yang dipusatkan benteng itu. Dengan begitu mereka bisa mengetahui keadaan kita sementara kita tidak bisa mengetahui keadaan mereka.
Anak panah mereka juga bisa ke tempat kita ini, sementara anak panah kita tidak bisa mencapai ke tempat mereka, kita tidak bisa aman dari sergapan mereka sewaktu-waktu. Di sini banyak terdapat pohon pohon kurma, tempatnya rendah dan tanahnya kurang baik.
Andaikan saja engkau berkenan memerintahkan pindah ke suatu tempat yang tidak seperti ini, maka kita ambil sebagai markas." seru Al Hubbab bin Mundzir
"Engkau telah memberikan pendapat yang jitu." Sabda beliau pada Al Hubbab. Setelah itu beliau pun memerintahkan untuk pindah ke tempat lain.
Setelah tiba di suatu tempat yang tak jauh dari khaibar, beliau berseru "Berhenti!"
Setelah pasukan berhenti beliau bersabda, "Ya Allah, Robb langit dan bumi serta apa apa yang dinaunginya, Robb bumi yang tujuh dan apa-apa yang dikandungnya, Robb para jin dan apa-apa yang disesatkannya. Sesungguhnya kami mohon kepadamu kebaikan dusun ini, kebaikan penduduknya, kebaikan apapun yang ada di dalamnya. Kami berlindung kepadaMu dari kejahatan dusun ini, kejahatan penduduknya dan kejahatan apapun yang ada di dalamnya. Majulah dengan nama Allah."
Pada malam menjelang penyerbuan benteng, beliau bersabda, "Besok aku benar-benar akan menyerahkan bendera kepada seseorang yang mencintai Allah dan RasulNya, juga dicintai Allah dan RasulNya."
Esok harinya orang-orang mengerumuni beliau dan berharap masing-masing agar diserahi bendera tersebut. Beliau bertanya, "Mana Ali Bin Abi Thalib?"
"Wahai Rasulullah kedua matanya sakit." jawab mereka. "Suruh dia kemari!"
Maka Ali bin Abu Tholib radiyallahunhu dibawa menghadap Rasulullah, lalu beliau meludahi matanya kemudian berdoa dan seketika itu juga mata Ali sembuh. Seakan-akan dia sama sekali tidak pernah merasakan sakit mata, setelah itu Rasulullah menyerahkan bendera kepadanya.
Ali berkata, "Wahai Rasulullah aku akan memerangi mereka hingga mereka sama seperti kita."
"Jangan terburu-buru, turunlah di pelataran mereka kemudian suruhlah mereka untuk masuk Islam. Beritahukan kepada mereka apa apa yang harus dilakukan dari hak Allah, demi Allah lebih baik Allah memberikan petunjuk kepada seseorang melalui dirimu daripada engkau memiliki keledai yang paling elok."
Khaibar dibagi menjadi dua paruh. Satu paruh memiliki lima bentng yaitu benteng Na'im, benteng Ash Shab bin Muadz, benteng Az Zubair, benteng Ubay dan benteng an Nizar. Tiga benteng yang pertama terletak di wilayah Nathat, sedangkan dua benteng yang terakhir berada di wilayah Asy Syaiq.
Sedangkan paruh yang kedua disebut Al Katibah yang memiliki tiga benteng yaitu benteng Al Qamush (milik Bani Abul Huqaiq dari Bani Nadzir), benteng Al Wathih dan benteng As Salalim
Sebenarnya di Khaibar masih ada beberapa benteng selain delapan benteng tersebut, namun benteng-benteng itu relatif lebih kecil tidak sebesar dan sekuat ke delapan benteng benteng tersebut. Pertempuran yang seru meletus di sekitar benteng-benteng paruh yang pertama, sekali pun benteng-benteng di paruh kedua lebih besar dan lebih banyak jumlah prajuritnya namun mereka justru menyerah begitu saja tanpa ada pertempuran.
Selanjutnya adalah kisah penaklukan benteng taruh pertama di khaibar. Benteng pertama yang diserbu orang-orang muslim adalah benteng Na'im dan sekaligus merupakan garis pertahanan yang pertama bagi orang-orang Yahudi, karena tempatnya lebih strategis. Benteng Ini ditempati para tokoh dan pahlawan Yahudi yang jumlahnya sekitar 1000 orang.
Terjadi pertempuran yang seru di sekitar benteng Na'im. Di sini banyak pahlawan Yahudi yang terbunuh. Karena itulah pertahanan mereka pun semakin mengendor dan tak sanggup lagi menghadang serangan orang-orang muslim. Dari beberapa buku rujukan dapat disimpulkan bahwa pertempuran ini berjalan hingga beberapa hari.
Orang-orang muslim harus menghadapi perlawanan dan pertahanan yang cukup kuat, hanya saja lama-kelamaan orang-orang Yahudi merasa putus asa menghadapi orang-orang muslim, karena benteng ini dapat direbut. Akhirnya orang-orang Yahudi pun menyelinap ke benteng lain yaitu benteng Ash Sha'b bin Muadz.
Benteng Na'im telah ditaklukan, orang-orang muslim kembali melancarkan serangan di bawah komando Al Hubbab Bin al-Mundzir al-Anshari. Mereka mengepung benteng Ash Sha'b bin Muadz selama tiga hari. Pada hari ketiga, Rasulullah mengucapkan doa khusus untuk dapat menaklukkan benteng tersebut.
Orang-orang muslim bangkit melakukan penyerbuan dan Allah menundukkan benteng Ash Sha'b bin Muadz. Sementara di Khaibar tidak ada benteng yang lebih banyak makanannya dan lebih gemuk ternak-ternaknya selain dari benteng ini.
Setelah Nabi memanjatkan doa dan memerintahkan untuk menyerbu benteng tersebut, maka bani Aslamlah yang berada di barisan terdepan, maka akhirnya terjadi pertempuran yang sengit di depan benteng. Sebelum matahari tenggelam benteng sudah bisa direbut dan ditaklukkan. Di dalam benteng ini, orang-orang muslim mendapatkan beberapa manjaniq dan dabbabah (alat perang untuk menembak).
Karena kelelahan dan kelaparan maka beberapa prajurit muslimin yang ada di benteng tersebut langsung menyembelih keledai dan memanggangnya di atas api. Saat Rasulullah mengetahui hal itu, beliau melarang memakan daging keledai yang sudah membusuk.
Selanjutnya setelah dua benteng terkuat tersebut ditaklukkan, orang-orang Yahudi yang berada di setiap benteng di wilayah Nathat berpindah ke benteng Az Zubair, sebuah benteng yang kokoh, terletak di sebuah puncak bukit yang tidak bisa dicapai kuda atau pejalan kaki. Karena perjalanan ke sana cukup terjal dan sulit. Rasulullah memerintahkan untuk mengepung benteng tersebutn. Pengepungan berjalan selama tiga hari.
Tiba-tiba ada seorang Yahudi menemui Rasulullah seraya berkata, "Wahai Abdul Qasim, sekalipun kau berada di sini selama sebulan mereka tak akan ambil pusing. Sebab mereka mempunyai mata air dan cadangan minuman di bawah tanah, mereka bisa pergi ke sana pada malam hari dan mengambil minum dari sana lalu kembali lagi ke benteng untuk bertahan disana. Jika engkau hendak memotong jalan mereka ke mata air tentu mereka akan keluar untuk berhadapan denganmu."
Maka beliau memutuskan untuk menghadang jalan ke mata air ini, karena itulah orang-orang Yahudi keluar dan bertempur hebat untuk mempertahankan mata air. Dalam pertempuran ini ada seorang muslim yang menjadi korban sedangkan dari pihak Yahudi ada 10 orang. Tak lama kemudian beliau dapat menaklukan benteng ini.
Ketika benteng Az-Zubair dapat direbut dan ditaklukan, orang-orang Yahudi berpindah ke benteng Ubay dan bertahan disana.
Beliau memerintahkan orang-orang muslim untuk mengepungnya, satu persatu para pahlawan yahudi menantang adu tanding yang semuanya dapat dibinasakan orang-orang muslim yang meladeninya.
Yang dapat membinasakan pahlawan Yahudi giliran kedua adalah seorang pahlawan muslim yang terkenal yaitu Abu Dujanah simak bin Kharsayah, pemilik ikat kepala berwarna merah. Akhirnya terjadi pertempuran yang seru di dalam benteng untuk beberapa saat yang membuat orang-orang Yahudi keluar dari benteng Ubay dan berpindah ke benteng terakhir dari paruh pertama yaitu An Nizar.
An Nizar adalah benteng terakhir pada paruh pertama di Khaibar, benteng ini merupakan bentang yang paling kokoh dalam paruh pertama.
Orang-orang Yahudi sudah merasa yakin bahwa orang-orang muslim tidak akan sanggup menyelinap ke dalam benteng ini sekalipun mereka mengerahkan segala kemampuannya. Oleh karena itu para wanita dan anak-anak ditempatkan di dalam benteng An Nizar ini, setelah benteng-benteng yang lain tidak dapat dipertahankan.
Orang-orang muslim memutuskan untuk mengepung secara ketat. Mereka melakukan tekanan sedemikian rupa dengan keras, mengingat benteng ini terletak di atas sebuah bukit yang cukup tinggi, sehingga tidak ada jalan yang bisa ditempuh untuk menyelinap ke benteng An Nizar.
Sementara itu orang-orang Yahudi tentu tidak akan berani keluar dari benteng untuk berhadapan langsung dengan kekuatan orang-orang muslim. Meskipun begitu orang-orang Yahudi tetap melancarkan serangan ke arah orang-orang muslim dengan melepaskan anak-anak panah dan melontarkan peluru batu.
Karena dirasa benteng An Nizar ini terlalu kuat bagi kekuatan orang-orang muslim, maka Rasulullah memerintahkan untuk memasang manjaniq. Pasukan muslimin mulai melancarkan peluru-peluru batu sehingga bisa merusak sebagian dinding benteng An Nizar. Dari dinding yang sudah jebol inilah orang-orang muslim masuk ke dalam.
Maka terjadilah pertempuran yang seru di dalam benteng An Nizar, orang-orang Yahudi mengalami kekalahan secara telak, karena mereka sudah tidak memiliki jalan untuk menyelinap dari benteng ini seperti yang mereka lakukan ketika masih bertahan di benteng benteng lain sebelumnya.
Sebab itulah sebisa mungkin mereka melarikan diri bagi yang bisa melarikan diri dan meninggalkan para wanita dan anak-anak menjadi tawanan orang-orang muslim.
Dengan ditaklukannya benteng yang kokoh ini, maka selesailah sudah penaklukan seluruh benteng Khaibar dalam paruh pertama yang berada di wilayah Nathat dan Asy Syaiq.
Sebenarnya masih ada benteng-benteng lain yang lebih kecil tetapi dengan takluknya bentengan An Nizar ini, benteng-benteng lain yang kecil langsung ditinggalkan begitu saja. Setelah itu mereka melarikan diri ke benteng paruh kedua di Khaibar.
Seperti yang sudah kami sebutkan di atas, benteng paruh kedua ini berada di wilayah Al Katibah yang memiliki tiga benteng yaitu Al Qamush, Al Wathih dan As Salalim.
Setelah 5 benteng yang berada di wilayah Nathat dan Asy Syaiq ditaklukkan, Rasulullah mengalihkan sasaran ke benteng Al Wathih, As Salalim dan Al Qamush. Orang-orang Yahudi dari wilayah Nathat dan Asy Syaiq yang sudah kalah bergabung ke benteng benteng tersebut dan bertahan disana.
Para pakar sejarah perang saling berbeda pendapat, apakah di tiga benteng ini terjadi pertempuran atau tidak. Namun apapun dan bagaimana pun yang terjadi, Rasulullah menetapkan untuk melakukan pengepungan secara ketat ketika sampai di wilayah Al Katibah. Pengepungan ini berjalan selama 14 hari, selama itu orang-orang Yahudi sama sekali tidak keluar dari benteng.
Setelah beliau menyiapkan manjaniq dan orang-orang Yahudi yakin akan kekalahannya, mereka pun akhirnya menawarkan jalan damai kepada beliau.
Setelah semua benteng benteng Khaibar ditaklukkan oleh Rasulullah dan kaum muslimin, beliau menginginkan agar orang-orang Yahudi pergi dari Khaibar. Tetapi mereka berkata, "Wahai Muhammad, berilah kami kesempatan untuk tetap berada di tanah ini agar kami bisa mengolah dan menanganinya, kami lebih berpengalaman daripada kalian."
Dan memang Rasulullah maupun para sahabat tidak mempunyai tenaga untuk mengolah tanah tanah tersebut. Mereka sendiri tak punya banyak kesempatan untuk menanganinya. Karena itulah beliau menyerahkan tanah khaibar kepada orang-orang Yahudi dan mereka memperoleh bagian dari hasil tanaman dan panen buahnya.
Tergantung kepada Rasulullah seberapa banyak beliau akan menetapkan bagian bagi mereka. Yang membuat rincian tentang pembagian hasil pengolahan tanah ini adalah Abdullah Bin Rawahah.
Akhirnya tanah Khaibar dibagi menjadi 30 kelompok, setiap kelompok dibagi lagi menjadi 100 bagian. Sehingga jumlah totalnya ada 3600 bagian. Nabi dan orang-orang Muslim mendapat separuhnya yaitu 1800 bagian dan beliau mendapat satu bagian seperti yang didapat muslim lainnya.
Sementara separuh lainnya sebanyak 1800 bagian tersebut dikhususkan untuk para wakil beliau dan untuk urusan umum kaum muslimin. Orang-orang muslim yang ikut dalam peristiwa Hudaibiyah yang jumlahnya 1400 orang juga mendapat bagian dari separuh yang terakhir ini, baik yang ikut perang Khaibar maupun yang tidak.
Sebab bagaimanapun juga harta rampasan dari perang Khaibar ini juga tidak lepas dari peran orang-orang yang ikut dalam peristiwa Hudaibiyah. Setiap kuda yang ikut perang mendapat 2 bagian, penunggangnya mendapat 3 bagian, sedangkan pejalan kaki mendapat 1 bagian.
Telah dikatakan bahwa harta rampasan perang Khaibar ini adalah harta yang paling banyak didapatkan oleh kaum muslimin daripada harta rampasan dari perang perang lainnya. Sehingga ketika Rasulullah kembali ke Madinah, orang-orang Muhajirin menyerahkan apa yang dulu pernah diberikan orang-orang Anshor kepada mereka berupa pohon dan buah kurma. Sebab mereka kini sudah mempunyai banyak pohon kurma di Khaibar.
Adapun jumlah orang muslim yang mati syahid dalam perang khaibar ada 16 orang yaitu 4 orang dari keturunan Quraisy, satu Asyja, satu orang dari Aslam, satu orang dari penduduk Khaibar dan sisanya dari Anshor.
Namun ada yang berpendapat jumlah korban dari orang-orang muslim ada 18 orang dan ada yang mengatakan 19 orang. Setelah diteliti kembali korban kaum muslimin di perang Khaibar sebanyak 23 orang. Sedangkan korban pihak Yahudi sebanyak 73 orang.
Begitulah kisah perang Khaibar yang sengit melawan kaum Yahudi. Kemenangan hanya milik hambaNya yang taat kepadaNya dan beriman kepadaNya. Akhirnya Khaibar telah takluk di bawah rambu rambu kaum muslimin.
Kisah Perang Khaibar Melawan Yahudi
![]() |
Benteng Khaibar |
Kisah perang khaibar ini kami rangkum dari kitab sirah nabi yang terkenal yaitu Ar Rahiqul Makhtum karya Syekh Shafiyyurrohman Al Mubarakfury. Disamping itu alur kisah peristiwa perang khaibar di bawah ini juga kami tulis secara urut dari awal hingga akhir. Jadi Antum bisa menikmatinya di setiap paragraf.
Latar Belakang Kisah Perang Khaibar
Dulu Khaibar adalah sebuah kota besar yang memiliki benteng dan kebun-kebun sejauh 60 hingga 80 mil dari Madinah tepatnya ke arah utara.
Dalam sejarah nabi, Khaibar merupakan kandang konspirasi dan penghianatan. Di sana pusat pangkalan militer, sumber permusuhan dan pemicu peperangan. Maka agar stabilitas keamanan dan kesejahteraan kaum muslimin terjaga, kaum Yahudi di Khaibar dan beberapa kabilah Najd menjadi sasaran pertama yang dilirik orang-orang muslim.
Dengan demikian orang-orang muslim dapat berkonsentrasi untuk menyebarkan risalah Allah. Faktor utama yang melatarbelakangi terjadinya perang khaibar adalah karena pengkhianatan yang dilakukan oleh kaum Yahudi.
Yang mana penduduk khaibar saat itu menghimpun pasukan untuk memerangi kaum muslimin dan sekaligus mendorong Bani Quraidhah agar melanggar perjanjian dan berkhianat.
Bahkan mereka juga pernah mempersiapkan diri untuk berperang melawan kaum muslimin menyusun rencana untuk membunuh Nabi. Sehingga situasi seperti ini selalu membuat orang-orang muslim merasa terancam bahaya.
Itulah beberapa latar belakang terjadinya kisah perang khaibar. Lalu seperti apa cerita selanjutnya?
Kisah Berangkat ke Khaibar
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam dan pasukan kaum muslimin berangkat ke khaibar pada bulan Muharram. Atau lebih tepatnya di saat pulang dari Hudaibiyah.
Menurut para mufassir, khaibar merupakan janji yang pernah disampaikan Allah dalam firmanNya Qs. Al Fath: 20,
وَعَدَكُمُ اللَّهُ مَغَانِمَ كَثِيرَةً تَأْخُذُونَهَا فَعَجَّلَ لَكُمْ هَٰذِهِ وَكَفَّ أَيْدِيَ النَّاسِ عَنْكُمْ وَلِتَكُونَ آيَةً لِلْمُؤْمِنِينَ وَيَهْدِيَكُمْ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا
"Allah menjanjikan kepadamu harta rampasan perang yang banyak yang dapat kamu ambil, maka Dia segerakan (harta rampasan perang) ini untukmu dan Dia menahan tangan manusia dari (membinasakan)mu (agar kamu mensyukuri-Nya) dan agar menjadi bukti bagi orang-orang mukmin dan agar Dia menunjukkan kamu ke jalan yang lurus." (Qs. Al Fath 20)
Maksud janji ini adalah perjanjian hudaibiyah adapun harta rampasan itu adalah khaibar.
Jumlah Pasukan Kaum Muslimin di Perang Khaibar
Ketika Rasulullah hendak keluar ke khaibar, beliau mengumumkan bahwa yang boleh bergabung hanya orang-orang yang suka berjihad. Hingga akhirnya yang bergabung bersama nabi hanya orang-orang yang pemberani. Dengan jumlah pasukan sebanyak 1400 orang.
Saat itu yang diangkat sebagai wakil beliau di Madinah adalah Siba' bin Urfuthah Al Ghifari.
Baca juga: Kisah Perang Khandaq Nabi Muhammad yang Penuh Hikmah
Sekedar pengetahuan, bertepatan dengan waktu itu Abu Hurairah datang ke Madinah untuk masuk islam. Dia bertemu Siba' yang sedang sholat subuh. Seusai shalat Siba' memberi bekal perjalanan, lalu Abu Hurairah menemui Rasulullah sallallahu alaihi wasallam lalu memberitahukan keislamannya kepada nabi dan para sahabat. Setelah masuk Islam, nabi menyuruhnya bergabung bersama mereka.
Kisah Orang-Orang Munafik Mengadakan Kontak Dengan Yahudi
Sejak itu sudah ada orang-orang munafik yang tinggal bersama kaum muslimin. Dari mereka banyak yang berbuat untuk kepentingan orang-orang Yahudi dan membantu orang-orang Yahudi. Gembong pemimpin orang munafikin adalah Abdullah bin Ubay.
Abdullah bin Ubay mengirim utusan kepada Yahudi khaibar dan menyampaikan pesan bahwa, "Muhammad hendak mendatangi kalian, maka bersiaplah dan kalian tidak perlu takut terhadapnya, karena jumlah dan kekuatan kalian lebih banyak, kaum Muhammad hanya sedikit dan hanya membawa persenjataan yang minim."
Begitulah kelicikan orang-orang munafik yang selalu menghancurkan Islam dari dalam.
Ketika penduduk khaibar mengetahui kabar ini, mereka langsung mengutus Kinanah bin Huqaiq dan Haudzah bin Qais untuk pergi ke Ghathafan lalu meminta bantuan kepada mereka.
Sebab Ghathafhan merupakan sekutu Yahudi dan sepakat untuk memusuhi orang-orang muslim. Jika dapat mengalahkan orang-orang Muslim, Ghathafan meminta syarat untuk diberi separuh hasil kurma Khaibar.
Kisah Perjalanan Menuju Khaibar
Dalam perjalanannya ke Khaibar Rasulullah sallallahu alaihi wasallam mengambil jalan gunung Ashr. Setelah melewati Ash Shahba' beliau bermalam di suatu lembah yang disebut Ar Raji'.
Kemudian melanjutkan perjalanan ke Ghathafan. Dari tempat ini ke Ghathafan harus menempuh perjalanan selama sehari semalam.
Di lain sisi orang-orang Ghathafan sudah mengadakan persiapan secara matang dan berangkat ke Khaibar untuk mengulurkan bantuan kepada orang-orang Yahudi.
Namun, tak seberapa jauh mereka berjalan tiba tiba mendengar suara gaduh dan hiruk pikuk dari arah belakang. Akhirnya orang orang Ghathafan mengira orang-orang muslim akan menyerbu keluarga dan harta benda yang mereka tinggalkan di Ghathafan.
Akhirnya mereka pun kembali lagi dan membatalkan niat untuk membantu orang-orang Yahudi. Karena khawatir suatu saat orang-orang muslim justru menyerang keluarga dan harta benda yang mereka tinggalkan.
Mereka lebih memilih tidak ikut campur dengan urusan Nabi dan orang-orang Yahudi Khaibar.
Kemudian beliau menunjuk dua orang petunjuk jalan yang ikut serta dalam rombongan pasukan.
Salah seorang diantara keduanya bernama Husail. Mereka berdua menunjukkan jalan yang lebih tepat untuk memasuki Khaibar dari arah utara tepatnya dari jalur Syam. Dengan begitu pasukan muslimin bisa menghadang kemungkinan orang-orang Yahudi akan melarikan diri ke arah Syam atau Ghathafan.
"Aku akan menunjukkan jalan kepada engkau wahai Rasulullah." Kata petunjuk jalan itu.
Beliau menyetujui rencana jalan yang akan dilalui hingga mereka tiba di suatu persimpangan yang memiliki beberapa jalur.
Kemudian salah seorang petunjuk jalan berkata, "Wahai Rasulullah ini adalah beberapa jalan yang semuanya bisa ditempuh untuk mencapai tujuan kita."
Beliau meminta untuk menyebutkan masing-masing nama jalan itu, maka petunjuk jalan itu pun berkata, "Nama jalan ini adalah Huzn (kesedihan)."
Melihat makna yang kurang bagus, Beliau tidak memilih untuk melalui jalan tersebut. Lalu penunjuk jalanan berkata lagi,
"Yang itu namanya jalan Syasy (kacau)." kata petunjuk jalan itu. Beliau juga menolak melalui jalan itu.
"Yang itu namanya hathib (sial)." kata petunjuk jalan. Beliau juga menolaknya lagi. Hingga akhirnya tinggal satu jalan yang belum disebutkan.
"Berarti tinggal satu jalan." kata Husail. "Siapa namanya?" tanya Umar bin Khattab.
"Marhaban (selamat datang)." Jawab Husail. Akhirnya beliau menetapkan untuk melewati jalan itu.
Pasukan Islam Tiba Di Pagar Khaibar
Pada malam hari sebelum terjadinya peperangan, orang-orang Muslim berada di suatu tempat tak jauh dari Khaibar. Di saat yang bersamaan orang-orang Yahudi belum menyadari kedatangan kaum muslimin.
Seperti biasanya, jika Rasulullah hendak menyerang suatu kaum pada malam hari, beliau tidak mendekati mereka kecuali setelah pagi harinya.
Setelah waktu subuh tiba beliau segera mendirikan shalat subuh. Penduduk Khaibar keluar dari rumah mereka sambil membawa sekop dan keranjang seperti biasanya menuju Kebun. Saat melihat pasukan muslimin mereka berteriak, "Itu Muhammad demi Allah Muhammad dan pasukanya!" Kemudian mereka kembali lagi ke kota dengan berlarian.
Nabi berseru, "Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar, runtuhlah khaibar! jika kita tiba di pelataran suatu kaum maka amat buruklah bagi orang-orang yang mendapatkan peringatan."
Nabi memilih suatu tempat untuk dijadikan markas pasukan muslimin, al Hubbab bin Mundzir menemui beliau dan bertanya, "Ya Rasulullah apakah tempat yang kau pilih ini merupakan ketetapan yang diturunkan Allah ataukah ini hanya sekedar pendapat dalam siasat perang?"
"Ini adalah pendapat saya." Jawab beliau shalallahu alaihi wassalam.
"Wahai Rasulullah tempat ini terlalu dekat dengan benteng Nathat dan para prajurit Khaibar yang dipusatkan benteng itu. Dengan begitu mereka bisa mengetahui keadaan kita sementara kita tidak bisa mengetahui keadaan mereka.
Anak panah mereka juga bisa ke tempat kita ini, sementara anak panah kita tidak bisa mencapai ke tempat mereka, kita tidak bisa aman dari sergapan mereka sewaktu-waktu. Di sini banyak terdapat pohon pohon kurma, tempatnya rendah dan tanahnya kurang baik.
Andaikan saja engkau berkenan memerintahkan pindah ke suatu tempat yang tidak seperti ini, maka kita ambil sebagai markas." seru Al Hubbab bin Mundzir
"Engkau telah memberikan pendapat yang jitu." Sabda beliau pada Al Hubbab. Setelah itu beliau pun memerintahkan untuk pindah ke tempat lain.
Setelah tiba di suatu tempat yang tak jauh dari khaibar, beliau berseru "Berhenti!"
Setelah pasukan berhenti beliau bersabda, "Ya Allah, Robb langit dan bumi serta apa apa yang dinaunginya, Robb bumi yang tujuh dan apa-apa yang dikandungnya, Robb para jin dan apa-apa yang disesatkannya. Sesungguhnya kami mohon kepadamu kebaikan dusun ini, kebaikan penduduknya, kebaikan apapun yang ada di dalamnya. Kami berlindung kepadaMu dari kejahatan dusun ini, kejahatan penduduknya dan kejahatan apapun yang ada di dalamnya. Majulah dengan nama Allah."
Persiapan Untuk Bertempur Dan Kondisi Benteng-Benteng Khaibar
Pada malam menjelang penyerbuan benteng, beliau bersabda, "Besok aku benar-benar akan menyerahkan bendera kepada seseorang yang mencintai Allah dan RasulNya, juga dicintai Allah dan RasulNya."
Esok harinya orang-orang mengerumuni beliau dan berharap masing-masing agar diserahi bendera tersebut. Beliau bertanya, "Mana Ali Bin Abi Thalib?"
"Wahai Rasulullah kedua matanya sakit." jawab mereka. "Suruh dia kemari!"
Maka Ali bin Abu Tholib radiyallahunhu dibawa menghadap Rasulullah, lalu beliau meludahi matanya kemudian berdoa dan seketika itu juga mata Ali sembuh. Seakan-akan dia sama sekali tidak pernah merasakan sakit mata, setelah itu Rasulullah menyerahkan bendera kepadanya.
Ali berkata, "Wahai Rasulullah aku akan memerangi mereka hingga mereka sama seperti kita."
"Jangan terburu-buru, turunlah di pelataran mereka kemudian suruhlah mereka untuk masuk Islam. Beritahukan kepada mereka apa apa yang harus dilakukan dari hak Allah, demi Allah lebih baik Allah memberikan petunjuk kepada seseorang melalui dirimu daripada engkau memiliki keledai yang paling elok."
Khaibar dibagi menjadi dua paruh. Satu paruh memiliki lima bentng yaitu benteng Na'im, benteng Ash Shab bin Muadz, benteng Az Zubair, benteng Ubay dan benteng an Nizar. Tiga benteng yang pertama terletak di wilayah Nathat, sedangkan dua benteng yang terakhir berada di wilayah Asy Syaiq.
Sedangkan paruh yang kedua disebut Al Katibah yang memiliki tiga benteng yaitu benteng Al Qamush (milik Bani Abul Huqaiq dari Bani Nadzir), benteng Al Wathih dan benteng As Salalim
Sebenarnya di Khaibar masih ada beberapa benteng selain delapan benteng tersebut, namun benteng-benteng itu relatif lebih kecil tidak sebesar dan sekuat ke delapan benteng benteng tersebut. Pertempuran yang seru meletus di sekitar benteng-benteng paruh yang pertama, sekali pun benteng-benteng di paruh kedua lebih besar dan lebih banyak jumlah prajuritnya namun mereka justru menyerah begitu saja tanpa ada pertempuran.
Kisah Penaklukan Benteng Benteng Paruh Pertama Di Khaibar
Selanjutnya adalah kisah penaklukan benteng taruh pertama di khaibar. Benteng pertama yang diserbu orang-orang muslim adalah benteng Na'im dan sekaligus merupakan garis pertahanan yang pertama bagi orang-orang Yahudi, karena tempatnya lebih strategis. Benteng Ini ditempati para tokoh dan pahlawan Yahudi yang jumlahnya sekitar 1000 orang.
Terjadi pertempuran yang seru di sekitar benteng Na'im. Di sini banyak pahlawan Yahudi yang terbunuh. Karena itulah pertahanan mereka pun semakin mengendor dan tak sanggup lagi menghadang serangan orang-orang muslim. Dari beberapa buku rujukan dapat disimpulkan bahwa pertempuran ini berjalan hingga beberapa hari.
Orang-orang muslim harus menghadapi perlawanan dan pertahanan yang cukup kuat, hanya saja lama-kelamaan orang-orang Yahudi merasa putus asa menghadapi orang-orang muslim, karena benteng ini dapat direbut. Akhirnya orang-orang Yahudi pun menyelinap ke benteng lain yaitu benteng Ash Sha'b bin Muadz.
Benteng Na'im telah ditaklukan, orang-orang muslim kembali melancarkan serangan di bawah komando Al Hubbab Bin al-Mundzir al-Anshari. Mereka mengepung benteng Ash Sha'b bin Muadz selama tiga hari. Pada hari ketiga, Rasulullah mengucapkan doa khusus untuk dapat menaklukkan benteng tersebut.
Orang-orang muslim bangkit melakukan penyerbuan dan Allah menundukkan benteng Ash Sha'b bin Muadz. Sementara di Khaibar tidak ada benteng yang lebih banyak makanannya dan lebih gemuk ternak-ternaknya selain dari benteng ini.
Setelah Nabi memanjatkan doa dan memerintahkan untuk menyerbu benteng tersebut, maka bani Aslamlah yang berada di barisan terdepan, maka akhirnya terjadi pertempuran yang sengit di depan benteng. Sebelum matahari tenggelam benteng sudah bisa direbut dan ditaklukkan. Di dalam benteng ini, orang-orang muslim mendapatkan beberapa manjaniq dan dabbabah (alat perang untuk menembak).
Karena kelelahan dan kelaparan maka beberapa prajurit muslimin yang ada di benteng tersebut langsung menyembelih keledai dan memanggangnya di atas api. Saat Rasulullah mengetahui hal itu, beliau melarang memakan daging keledai yang sudah membusuk.
Selanjutnya setelah dua benteng terkuat tersebut ditaklukkan, orang-orang Yahudi yang berada di setiap benteng di wilayah Nathat berpindah ke benteng Az Zubair, sebuah benteng yang kokoh, terletak di sebuah puncak bukit yang tidak bisa dicapai kuda atau pejalan kaki. Karena perjalanan ke sana cukup terjal dan sulit. Rasulullah memerintahkan untuk mengepung benteng tersebutn. Pengepungan berjalan selama tiga hari.
Tiba-tiba ada seorang Yahudi menemui Rasulullah seraya berkata, "Wahai Abdul Qasim, sekalipun kau berada di sini selama sebulan mereka tak akan ambil pusing. Sebab mereka mempunyai mata air dan cadangan minuman di bawah tanah, mereka bisa pergi ke sana pada malam hari dan mengambil minum dari sana lalu kembali lagi ke benteng untuk bertahan disana. Jika engkau hendak memotong jalan mereka ke mata air tentu mereka akan keluar untuk berhadapan denganmu."
Maka beliau memutuskan untuk menghadang jalan ke mata air ini, karena itulah orang-orang Yahudi keluar dan bertempur hebat untuk mempertahankan mata air. Dalam pertempuran ini ada seorang muslim yang menjadi korban sedangkan dari pihak Yahudi ada 10 orang. Tak lama kemudian beliau dapat menaklukan benteng ini.
Ketika benteng Az-Zubair dapat direbut dan ditaklukan, orang-orang Yahudi berpindah ke benteng Ubay dan bertahan disana.
Beliau memerintahkan orang-orang muslim untuk mengepungnya, satu persatu para pahlawan yahudi menantang adu tanding yang semuanya dapat dibinasakan orang-orang muslim yang meladeninya.
Yang dapat membinasakan pahlawan Yahudi giliran kedua adalah seorang pahlawan muslim yang terkenal yaitu Abu Dujanah simak bin Kharsayah, pemilik ikat kepala berwarna merah. Akhirnya terjadi pertempuran yang seru di dalam benteng untuk beberapa saat yang membuat orang-orang Yahudi keluar dari benteng Ubay dan berpindah ke benteng terakhir dari paruh pertama yaitu An Nizar.
An Nizar adalah benteng terakhir pada paruh pertama di Khaibar, benteng ini merupakan bentang yang paling kokoh dalam paruh pertama.
Orang-orang Yahudi sudah merasa yakin bahwa orang-orang muslim tidak akan sanggup menyelinap ke dalam benteng ini sekalipun mereka mengerahkan segala kemampuannya. Oleh karena itu para wanita dan anak-anak ditempatkan di dalam benteng An Nizar ini, setelah benteng-benteng yang lain tidak dapat dipertahankan.
Orang-orang muslim memutuskan untuk mengepung secara ketat. Mereka melakukan tekanan sedemikian rupa dengan keras, mengingat benteng ini terletak di atas sebuah bukit yang cukup tinggi, sehingga tidak ada jalan yang bisa ditempuh untuk menyelinap ke benteng An Nizar.
Sementara itu orang-orang Yahudi tentu tidak akan berani keluar dari benteng untuk berhadapan langsung dengan kekuatan orang-orang muslim. Meskipun begitu orang-orang Yahudi tetap melancarkan serangan ke arah orang-orang muslim dengan melepaskan anak-anak panah dan melontarkan peluru batu.
Karena dirasa benteng An Nizar ini terlalu kuat bagi kekuatan orang-orang muslim, maka Rasulullah memerintahkan untuk memasang manjaniq. Pasukan muslimin mulai melancarkan peluru-peluru batu sehingga bisa merusak sebagian dinding benteng An Nizar. Dari dinding yang sudah jebol inilah orang-orang muslim masuk ke dalam.
Maka terjadilah pertempuran yang seru di dalam benteng An Nizar, orang-orang Yahudi mengalami kekalahan secara telak, karena mereka sudah tidak memiliki jalan untuk menyelinap dari benteng ini seperti yang mereka lakukan ketika masih bertahan di benteng benteng lain sebelumnya.
Sebab itulah sebisa mungkin mereka melarikan diri bagi yang bisa melarikan diri dan meninggalkan para wanita dan anak-anak menjadi tawanan orang-orang muslim.
Dengan ditaklukannya benteng yang kokoh ini, maka selesailah sudah penaklukan seluruh benteng Khaibar dalam paruh pertama yang berada di wilayah Nathat dan Asy Syaiq.
Sebenarnya masih ada benteng-benteng lain yang lebih kecil tetapi dengan takluknya bentengan An Nizar ini, benteng-benteng lain yang kecil langsung ditinggalkan begitu saja. Setelah itu mereka melarikan diri ke benteng paruh kedua di Khaibar.
Penaklukan Benteng Paruh Kedua Di Khaibar
Seperti yang sudah kami sebutkan di atas, benteng paruh kedua ini berada di wilayah Al Katibah yang memiliki tiga benteng yaitu Al Qamush, Al Wathih dan As Salalim.
Setelah 5 benteng yang berada di wilayah Nathat dan Asy Syaiq ditaklukkan, Rasulullah mengalihkan sasaran ke benteng Al Wathih, As Salalim dan Al Qamush. Orang-orang Yahudi dari wilayah Nathat dan Asy Syaiq yang sudah kalah bergabung ke benteng benteng tersebut dan bertahan disana.
Para pakar sejarah perang saling berbeda pendapat, apakah di tiga benteng ini terjadi pertempuran atau tidak. Namun apapun dan bagaimana pun yang terjadi, Rasulullah menetapkan untuk melakukan pengepungan secara ketat ketika sampai di wilayah Al Katibah. Pengepungan ini berjalan selama 14 hari, selama itu orang-orang Yahudi sama sekali tidak keluar dari benteng.
Setelah beliau menyiapkan manjaniq dan orang-orang Yahudi yakin akan kekalahannya, mereka pun akhirnya menawarkan jalan damai kepada beliau.
Pembagian Harta Rampasan Khoibar
Setelah semua benteng benteng Khaibar ditaklukkan oleh Rasulullah dan kaum muslimin, beliau menginginkan agar orang-orang Yahudi pergi dari Khaibar. Tetapi mereka berkata, "Wahai Muhammad, berilah kami kesempatan untuk tetap berada di tanah ini agar kami bisa mengolah dan menanganinya, kami lebih berpengalaman daripada kalian."
Dan memang Rasulullah maupun para sahabat tidak mempunyai tenaga untuk mengolah tanah tanah tersebut. Mereka sendiri tak punya banyak kesempatan untuk menanganinya. Karena itulah beliau menyerahkan tanah khaibar kepada orang-orang Yahudi dan mereka memperoleh bagian dari hasil tanaman dan panen buahnya.
Tergantung kepada Rasulullah seberapa banyak beliau akan menetapkan bagian bagi mereka. Yang membuat rincian tentang pembagian hasil pengolahan tanah ini adalah Abdullah Bin Rawahah.
Akhirnya tanah Khaibar dibagi menjadi 30 kelompok, setiap kelompok dibagi lagi menjadi 100 bagian. Sehingga jumlah totalnya ada 3600 bagian. Nabi dan orang-orang Muslim mendapat separuhnya yaitu 1800 bagian dan beliau mendapat satu bagian seperti yang didapat muslim lainnya.
Sementara separuh lainnya sebanyak 1800 bagian tersebut dikhususkan untuk para wakil beliau dan untuk urusan umum kaum muslimin. Orang-orang muslim yang ikut dalam peristiwa Hudaibiyah yang jumlahnya 1400 orang juga mendapat bagian dari separuh yang terakhir ini, baik yang ikut perang Khaibar maupun yang tidak.
Sebab bagaimanapun juga harta rampasan dari perang Khaibar ini juga tidak lepas dari peran orang-orang yang ikut dalam peristiwa Hudaibiyah. Setiap kuda yang ikut perang mendapat 2 bagian, penunggangnya mendapat 3 bagian, sedangkan pejalan kaki mendapat 1 bagian.
Telah dikatakan bahwa harta rampasan perang Khaibar ini adalah harta yang paling banyak didapatkan oleh kaum muslimin daripada harta rampasan dari perang perang lainnya. Sehingga ketika Rasulullah kembali ke Madinah, orang-orang Muhajirin menyerahkan apa yang dulu pernah diberikan orang-orang Anshor kepada mereka berupa pohon dan buah kurma. Sebab mereka kini sudah mempunyai banyak pohon kurma di Khaibar.
Korban Di Kedua Belah Pihak
Adapun jumlah orang muslim yang mati syahid dalam perang khaibar ada 16 orang yaitu 4 orang dari keturunan Quraisy, satu Asyja, satu orang dari Aslam, satu orang dari penduduk Khaibar dan sisanya dari Anshor.
Namun ada yang berpendapat jumlah korban dari orang-orang muslim ada 18 orang dan ada yang mengatakan 19 orang. Setelah diteliti kembali korban kaum muslimin di perang Khaibar sebanyak 23 orang. Sedangkan korban pihak Yahudi sebanyak 73 orang.
Begitulah kisah perang Khaibar yang sengit melawan kaum Yahudi. Kemenangan hanya milik hambaNya yang taat kepadaNya dan beriman kepadaNya. Akhirnya Khaibar telah takluk di bawah rambu rambu kaum muslimin.
Posting Komentar untuk "Kisah Perang Khaibar Yang Sengit Melawan Kaum Yahudi"
Tulis komentar di sini dan centang tombol "Notify me" atau "Ingatkan kami" agar Antum bisa melihat balasannya. Syukran