Belajar Dari Guru Senior Kuttab Al Fatih
Siapapun para guru pasti pernah merasakan bagaimana menjadi guru baru di sebuah lembaga pendidikan. Saya pun demikian, banyak sekali kisah suka dan duka yang kami dapat dari lembaga Kuttab Al Fatih Depok.
Dan Insyaallah kisah suka dan duka yang pernah kami alami tersebut akan kami ceritakan di sini. Semoga tulisan ini bisa menjadi pelajaran dan hikmah tersendiri buat diri saya pribadi serta teman teman yang membacanya.
Ketika pertama kali menjadi guru Kuttab Al Fatih Depok (08/2014), saya merasa ada iklim yang sama dengan ketika saya menjadi murid baru di pesantren, khususnya dalam masalah senioritas.
Karena memang dalam kehidupan sosial, di mana saja; sekolah, tempat kerja ataupun kampus tentu ada yang namanya senior dan junior. Begitu pula dalam dunia pendidikan.
Dan mungkin masing-masing memiliki pandangan berbeda tentang senior. Misalnya dalam dunia perkampusan ada sebagian mahasiswa yang menganggap senior adalah orang yang selalu benar alias perfect.
Ada pula yang beranggapan senior adalah makhluk makhluk yang menakutkan. Pokoknya senior itu jago dalam segala hal. Jago ngomel, jago marahin dan lain sebagainya. "Loh, kok tau?" Tau lah, soalnya dulu saya juga pernah menjadi senior di tempat kerja. hehe
Tapi dalam dunia pendidikan, guru senior adalah guru yang memiliki tingkat penguasaan yang tinggi terhadap ilmu belajar mengajar. Mereka memiliki wawasan yang luas tentang konsep-konsep yang ada di lembaga tersebut.
Saya pribadi memiliki pandangan bahwa guru yang sudah tua belum tentu dikatakan senior apabila dia sendiri tidak menguasai ilmu pembelajaran yang baik serta tidak mengamalkannya.
Sebaliknya, menurut saya guru yang sudah lama di suatu lembaga meskipun usianya masih sangat muda, dia bisa dikatakan senior jika ia memiliki penguasaan yang luas terhadap ilmu pembelajaran serta mengamalkan apa yang dia kuasai.
Nah, dari pemahaman tersebutlah saya mulai merenung banyak tentang senior senior di Kuttab Al Fatih. Seolah-olah saya mendapat seruan untuk terus mencermati gerak-gerik mereka.
Ya, sebagai guru baru saya harus bisa beradaptasi dan menempatkan diri saya dengan baik di lingkungan yang baru. Tidak boleh hanya duduk terdiam seperti menonton sebuah film aksi yang sangat menarik. Saya harus mendapat sesuatu yang bermanfaat dari rekan-rekan saya di lembaga Kuttab.
Akhirnya, saya mendapatkan sesuatu..
Masya Allah, setelah beberapa bulan berada di Kuttab Al Fatih, secara tidak langsung saya telah tertular aura positif dari para guru lama. Dan guru guru guru di sana menyebutnya sebagai "Ruhiyah". (Pembahasan ruhiyah sudah kami tulis di artikel sebelumnya).
Baca: Ruhiyah Faktor Utama Agar Guru Semangat Mengajar Anak Anak
Saya sering melihat ustadz-ustadz senior membaca Al-Quran sambil menyambut anak-anak datang. Saya juga sering melihat ustadz-ustadz rutin melaksanakan salat Dhuha. Lalu, saya juga sering melihat ustadz ustadz banyak yang melakukan hal-hal kebaikan demi mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Itulah yang disebut aura positif. Para guru senior mencoba menularkan "Ruhiyah" kepada guru-guru baru. Menjadi Uswatun Hasanah merupakan cara terbaik mereka agar dipandang pantas di hadapan Allah subhanahu wa ta'ala.
Guru lama bukan hanya mengajarkan teori tanpa amal, bukan hanya mengarahkan tanpa ruh dan bukan hanya menuliskan konsep tanpa aplikasi.
Lalu yang jadi bahan renungan, Apakah saya bisa menularkan ruh di negeri kelahiranku? Apakah sudah pantas diriku? Karena kebetulan sudah 1.5 tahun ini, saya mengabdi mengajar di Kuttab Al Fatih Bandar Lampung. Seperti yang pernah diceritakan di sini: [Cerita Pengalaman Menjadi Guru Kuttab Al-Fatih].
Ketika hatiku mulai bergejolak untuk kembali, tiba tiba ada nasihat dari teman lama yang dulu pernah di Kuttab juga. "Antum nih, Bukankah membumikan Al Quran di tanah sendiri lebih membahagiakan? Dirimu harus 'menularkan' ruhiyah, sebagai guru yg pernah merasakan seperti apa 'iklim' di pusat"
Jadi intinya saya harus kembali lagi membuka memori memoriku dulu terkait apa saja yang dilakukan para senior, supaya aku bisa belajar dari mereka. Ya, BELAJAR DARI GURU SENIOR KUTTAB AL FATIH DEPOK.
Itulah sepercik catatan malam ini yang bisa saya bagikan kepada teman-teman. Wassalamualaikum, warahmatullahi wabarakatuh. (Abu Zaid)
Dan Insyaallah kisah suka dan duka yang pernah kami alami tersebut akan kami ceritakan di sini. Semoga tulisan ini bisa menjadi pelajaran dan hikmah tersendiri buat diri saya pribadi serta teman teman yang membacanya.
Selalu Belajar Dari Senior di Kuttab Al Fatih Depok
Ketika pertama kali menjadi guru Kuttab Al Fatih Depok (08/2014), saya merasa ada iklim yang sama dengan ketika saya menjadi murid baru di pesantren, khususnya dalam masalah senioritas.
Karena memang dalam kehidupan sosial, di mana saja; sekolah, tempat kerja ataupun kampus tentu ada yang namanya senior dan junior. Begitu pula dalam dunia pendidikan.
Dan mungkin masing-masing memiliki pandangan berbeda tentang senior. Misalnya dalam dunia perkampusan ada sebagian mahasiswa yang menganggap senior adalah orang yang selalu benar alias perfect.
Ada pula yang beranggapan senior adalah makhluk makhluk yang menakutkan. Pokoknya senior itu jago dalam segala hal. Jago ngomel, jago marahin dan lain sebagainya. "Loh, kok tau?" Tau lah, soalnya dulu saya juga pernah menjadi senior di tempat kerja. hehe
Tapi dalam dunia pendidikan, guru senior adalah guru yang memiliki tingkat penguasaan yang tinggi terhadap ilmu belajar mengajar. Mereka memiliki wawasan yang luas tentang konsep-konsep yang ada di lembaga tersebut.
Saya pribadi memiliki pandangan bahwa guru yang sudah tua belum tentu dikatakan senior apabila dia sendiri tidak menguasai ilmu pembelajaran yang baik serta tidak mengamalkannya.
Sebaliknya, menurut saya guru yang sudah lama di suatu lembaga meskipun usianya masih sangat muda, dia bisa dikatakan senior jika ia memiliki penguasaan yang luas terhadap ilmu pembelajaran serta mengamalkan apa yang dia kuasai.
Nah, dari pemahaman tersebutlah saya mulai merenung banyak tentang senior senior di Kuttab Al Fatih. Seolah-olah saya mendapat seruan untuk terus mencermati gerak-gerik mereka.
Ya, sebagai guru baru saya harus bisa beradaptasi dan menempatkan diri saya dengan baik di lingkungan yang baru. Tidak boleh hanya duduk terdiam seperti menonton sebuah film aksi yang sangat menarik. Saya harus mendapat sesuatu yang bermanfaat dari rekan-rekan saya di lembaga Kuttab.
Akhirnya, saya mendapatkan sesuatu..
Aura Positif dari Para Senior..
Masya Allah, setelah beberapa bulan berada di Kuttab Al Fatih, secara tidak langsung saya telah tertular aura positif dari para guru lama. Dan guru guru guru di sana menyebutnya sebagai "Ruhiyah". (Pembahasan ruhiyah sudah kami tulis di artikel sebelumnya).
Baca: Ruhiyah Faktor Utama Agar Guru Semangat Mengajar Anak Anak
Saya sering melihat ustadz-ustadz senior membaca Al-Quran sambil menyambut anak-anak datang. Saya juga sering melihat ustadz-ustadz rutin melaksanakan salat Dhuha. Lalu, saya juga sering melihat ustadz ustadz banyak yang melakukan hal-hal kebaikan demi mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Itulah yang disebut aura positif. Para guru senior mencoba menularkan "Ruhiyah" kepada guru-guru baru. Menjadi Uswatun Hasanah merupakan cara terbaik mereka agar dipandang pantas di hadapan Allah subhanahu wa ta'ala.
Guru lama bukan hanya mengajarkan teori tanpa amal, bukan hanya mengarahkan tanpa ruh dan bukan hanya menuliskan konsep tanpa aplikasi.
Lalu yang jadi bahan renungan, Apakah saya bisa menularkan ruh di negeri kelahiranku? Apakah sudah pantas diriku? Karena kebetulan sudah 1.5 tahun ini, saya mengabdi mengajar di Kuttab Al Fatih Bandar Lampung. Seperti yang pernah diceritakan di sini: [Cerita Pengalaman Menjadi Guru Kuttab Al-Fatih].
Ketika hatiku mulai bergejolak untuk kembali, tiba tiba ada nasihat dari teman lama yang dulu pernah di Kuttab juga. "Antum nih, Bukankah membumikan Al Quran di tanah sendiri lebih membahagiakan? Dirimu harus 'menularkan' ruhiyah, sebagai guru yg pernah merasakan seperti apa 'iklim' di pusat"
Jadi intinya saya harus kembali lagi membuka memori memoriku dulu terkait apa saja yang dilakukan para senior, supaya aku bisa belajar dari mereka. Ya, BELAJAR DARI GURU SENIOR KUTTAB AL FATIH DEPOK.
Itulah sepercik catatan malam ini yang bisa saya bagikan kepada teman-teman. Wassalamualaikum, warahmatullahi wabarakatuh. (Abu Zaid)
3 komentar untuk "Belajar Dari Guru Senior Kuttab Al Fatih"
salam dari OTS Pagar Alam
Tulis komentar di sini dan centang tombol "Notify me" atau "Ingatkan kami" agar Antum bisa melihat balasannya. Syukran