Kisah Sahabat Nabi Usaid bin Hudhair Sebelum dan Sesudah Islam
Assalamualaikum warahmatullohi wabarakaatuh sahabat abanaonline.com, sudah cukup lama kami tidak menulis kisah sahabat Rasulullah shalallahu alaihi wassalam. Maka di sini kami kembali lagi hadir untuk menyajikan sebuah kisah sahabat. Yaitu kisah Usaid bin Hudhair Radiyallahuanhu.
Kisah ini sangat menginspirasi bagi para pemuda untuk semangat menimba ilmu dan berdakwah. Dan kami mengambil referensi dari kitab Ar-Rahiqul makhtum karya Syeikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfury dan kitab kisah "Mereka Para Sahabat" karya Dr. Abdurrhaman Ra'fat Basya.
Perjalanan hidup Usaid bin Hudhair ini dimulai setelah terjadinya bai'at aqabah pertama pada musim Haji tepatnya tahun 12 dari kenabian. Setelah bai'at aqabah dilaksanakan secara sempurna oleh 12 orang dari Yatsrib, maka nabi Muhammad -shallallahu alaihi wasallam- pun mengirim duta ke Yatsrib.
Bertujuan supaya mengajarkan kepada penduduk Yatsrib tentang syariat syariat Islam dan ayat ayat Al Quran. Sekaligus menyebarkan Islam kepada penduduk Yatsrib yang masih musyrik.
Tugas mulia ini diserahkan kepada seorang pemuda Islam di Makkah yang bernama Mush'ab bin Umair Al-Abdari. Atas dasar inilah beliau dijuluki sebagai juru dakwah pertama Rasulullah yang dicatat dalam sejarah Islam.
Setelah sampai di Yatsrib, Mush'ab bin Umair singgah di rumah As'ad bin Zurarah (salah seorang pemuka kabilah Khazraj). Mus'ab mulai menjadikan rumah As'ad sebagai tempat tinggal untuk dirinya sekaligus pusat kegiatan untuk menyebarkan dakwah Islam kepada Masyarakat Madinah.
Dalam menyampaikan dakwah, Mush'ab terkenal sebagai sosok sahabat muda yang piawai dalam menyampaikan kata-kata, hujjahnya yang jelas, tabiatnya yang santun dan imannya yang bersinar di wajahnya yang tampan dan rupawan.
Karena itulah, ucapan beliau dapat melembutkan hati yang keras, menguras air mata yang kering sehingga orang-orang Yatsrib mulai tertarik dan mulai menghadiri majelis-majelisnya. Bahkan dalam kitab dijelaskan kalau majelisnya tidak berakhir kecuali para hadirin sudah berganti agamanya masuk Islam dan bergabung dengan bala tentara orang beriman.
Dari sinilah Mush'ab bin Umair akan bertemu dengan Usaid bin Hudhair. Yang kisahnya akan kami ceritakan lebih dalam di bawah ini:
Suatu hari As'ad bin Zurarah membawa tamunya yaitu sahabat Mus'hab bin Umair untuk menemui beberapa orang dari Bani Abdul Asyhal dan Bani Zhafar untuk menjelaskan Islam kepada mereka.
Keduanya (As'ad dan Mush'ab) masuk ke sebuah kebun di antara kebun-kebun Bani Zhafar dan Bani Abdul Asyhal. Lalu keduanya duduk di pinggir sumur, yang disebut sumur Maraq. Airnya yang jernih dan berada di bawah naungan pohon kurma.
Mush'ab dikelilingi oleh orang banyak, sebagian dari mereka sudah masuk Islam sementara sebagian yang lain baru ingin mengetahui tentang Islam.
Kemudian Mush'ab mulai mengajak dengan menyampaikan berita gembira. Orang-orang menyimak dengan baik dan mulai tersihir oleh kata-katanya yang mengagumkan.
Sementara itu ada seseorang yang datang menemui Usaid bin Hudhair dan Saad bin Muadz (dua orang pemuka Aus sekaligus pemimpin Bani Asyhal yang masih musyrik). Orang itu mengatakan kepada keduanya bahwa telah kedatangan pemuda dari Makkah di dekat kampung halaman mereka bersama As'ad bin Zurarah.
Lalu Saad bin Muadz pun berkata kepada Usaid bin hudhair, "Tidak ada bapak bagimu wahai Usaid, pergilah kepada anak muda dari Makkah itu yang telah datang ke perkampungan kita untuk meracuni orang-orang yang lemah keyakinan dengan agamanya dan membodoh bodoh kan Tuhan Tuhan kita.
Cegahlah dia dan peringatkan dengan keras agar jangan sampai dia menginjakkan kakinya di kampung halaman kita mulai hari ini. Kalau dia bukan tamu sepupuku As'ad bin Zurarah dan bahwa dia berada dalam perlindungannya niscaya aku sendiri yang akan melakukan hal ini."
Kemudian Usaid mengambil tombaknya, dia berjalan menuju kebun. Tatkala As'ad bin Zurarah mendengar kedatangan Usaid, As'ad menghampiri Mush'ab dan berkata,
"Berhati-hatilah wahai Mushab, orang ini adalah pemuka kaumnya, orang yang paling bagus akalnya di antara mereka dan paling sempurna sifatnya yaitu Usaid bin Hudhair."
Baca juga: Kumpulan Kisah Sahabat Nabi yang Mengharukan
Jika dia masuk Islam maka keislamanya akan diikuti oleh banyak orang. Oleh karena itu mohonlah pertolongan kepada Allah dengan benar dan berikanlah penjelasan yang baik tentang Islam kepadanya." ucap As'ad kepada Mush'ab.
Usaid bin Hudhair berdiri di majelis dan dia memandang Mush'ab lalu berkata, "Apa yang membuat kalian berdua datang ke perkampungan kami? Kalian telah meracuni keyakinan orang-orang lemah dari kami. Tinggalkanlah kampung kami ini jika kalian masih ingin hidup."
Saat itu Mushab bin Umair benar benar memandangi Usaid dengan wajah yang dihiasi oleh cahaya Iman. Dia berbicara kepadanya dengan bahasa yang benar dan memukau. Mush'ab berkata kepadanya,
"Wahai pemuka kaum apakah engkau berkenan menerima yang lebih baik dari itu?"
Usaid balik bertanya, "Apa itu?"
Mushab berkata, "Engkau duduk bersama kami dan mendengar apa yang aku uraikan jika engkau menerima apa yang kami ucapkan, maka silakan terimalah, namun jika engkau tidak mau menerima maka kami akan meninggalkan kampung ini dan tidak kembali lagi."
Usaid berkata, "Tawaran yang adil." Lalu dia menancapkan tombaknya di tanah dan duduk.
Selanjutnya Mush'ab menjelaskan kepadanya hakikat Islam, membacakan sebagian dari ayat-ayat al-Quran. Maka tiba-tiba saja wajah Usaid berbinar dan berseri-seri, dia berkata, "Apa yang engkau katakan itu bagus dan apa yang engkau baca tadi sangat agung. Lalu apa yang kami lakukan jika kami hendak masuk ke dalam Islam?"
Mush'ab menjawab, "Engkau mandi, menyucikan pakaianmu dan engkau bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak untuk disembah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, kemudian engkau sholat dua rokaat."
Sejak saat itu (setelah masuk Islam) kaumnya menjulukinya dengan al-kamil, karena akalnya yang cerdik, keturunannya yang mulia. Dia menguasai pedang dan Pena.
Di samping dia jago berkuda dan memanah, dia juga seorang penulis dan pembaca di lingkungannya. Terpadunya dua perkara ini merupakan sesuatu yang sangat langka.
Tapi yang terpenting dari itu semua adalah keislaman Usaid bin Hudair merupakan sarana bagi keislaman temannya Saad bin Muadz. Masuknya dua orang ini ke dalam Islam mendorong orang-orang Aus dalam jumlah besar untuk ikut masuk Islam. Subhanaallah..
Setelah peristiwa ini, kota Madinah dinilai sudah patut untuk menjadi tempat hijrah Nabi, tempat berlindung dan pilar bagi negara Islam yang agung.
Usaid bin Hudhair sangat mencintai Al-Quran sejak dia mendengarnya dari Mush'ab bin Umair. Cintanya pada Al Qur'an lebih besar dibandingkan cinta seseorang kepada kekasihnya. Dia sangat memperhatikan nya seperti orang yang haus ketika melihat air dan menjadikan Al-Quran sebagai kesibukannya yang utama.
Kegiatan Usaid tidak terlihat kecuali dalam keadaan berjihad di jalan Allah dan duduk melantunkan ayat-ayat Al quran. Suaranya merdu, nafasnya jelas, bacaannya bagus. Dia sangat suka membaca Al-Quran lebih-lebih jika malam telah tiba dengan ketenangannya, mata manusia telah terlelap dan jiwa mereka telah tenang dibuai oleh mimpi indah.
Para sahabat menanti-nantikan waktu Usaid membaca Al-Quran. Mereka berlomba-lomba untuk menyimaknya, betapa gembiranya orang yang mendapatkan kesempatan untuk mendengar Alquran darinya dalam keadaan murni seperti yang diturunkan kepada Muhammad sallallahu alaihi wasallam.
Bahkan penghuni langit pun merasakan betapa nikmat bacaan Usaid. Di suatu malam Usaid sedang duduk di halaman belakang rumahnya, anaknya yang bernama Yahya sedang tidur di sisinya, sementara kudanya yang disiapkan sebagai kendaraan jihad di jalan Allah tertambat tidak jauh darinya.
Malam itu sangat tenang, pemandangan langit begitu cerah dan mengagumkan, bintang-bintang mengawasi bumi yang sedang tidur dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Jiwa Usaid bin Hudhair tergerak untuk mengharumkan suasana yang syahdu tersebut dengan aroma Alquran. Maka dia mulai melantunkannya dengan suaranya yang merdu dan lembut.
Tiba-tiba dia melihat kudanya berontak, berputar-putar sehingga hampir memutuskan tali kekangnya. Usaid menghentikan bacaannya, lalu kudanya pun langsung tenang dan diam. Kemudian Usaid melanjutkan lagi, kudanya pun kembali berontak berputar lebih kuat dari sebelumnya, Usaid diam maka kudanya diam.
Hal ini diulang oleh Usaid beberapa kali, setiap kali dia membaca maka kudanya berontak dan berputar-putar, setiap kali dia menghentikan bacaan maka kudanya juga diam dan tenang. Subhanaallah, sampai kuda senang mendengar bacaannya.
Namun, Usaid khawatir kuda itu akan menginjak anaknya, Yahya. Maka Usaid mendekati anaknya untuk membangunkannya. Tiba-tiba ketika dia mendongakkan pandangannya ke langit, dia melihat sekumpulan awan layaknya payung.
Mata siapapun belum pernah melihat pemandangan yang lebih indah dan lebih mengagumkan darinya sekalipun tergantung pada cahaya cahaya seperti lampu, ia memenuhi angkasa dengan cahaya dan keindahan, ia naik ke atas sampai tidak terlihat oleh penglihatannya.
Pagi pun tiba Usaid menghadap kepada Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam dan menceritakan apa yang dia lihat tadi malam. Maka nabi bersabda kepadanya, "Itu adalah para malaikat yang mendengar bacaanmu wahai Usaid, kalau kamu terus membaca niscaya orang-orang akan melihatnya dan tidak tersembunyi keadaan mereka di mata orang banyak."
Sebagaimana Usaid sangat mencintai kitab Allah, dia juga sangat mencintai Rasulullah. Dia sebagaimana yang dia katakan tentang dirinya merasakan jiwanya sangat bersih, iman yang sangat kuat dan perasaan yang sangat tersentuh tatkala dia membaca AlQuran atau mendengarnya dan ketika dia melihat Rasulullah sedang berkhutbah atau sedang bertutur kata.
Usaid sangat berharap jasadnya bisa menyentuh jasad Rasulullah shalallahu alaihi wassalam dengan merangkulnya dan menciumnya. Akhirnya satu kali peluang itu terbuka baginya.
Suatu hari Usaid sedang bercanda dengan kawan-kawannya, tiba-tiba Rasulullah menusuk pinggangnya dengan tangannya. Maka Usaid berkata, "Engkau telah membuatku sakit ya Rasulallah." Maka Nabi bersabda, "Silakan melakukan qishas terhadapku wahai Usaid."
Usaid menjawab, "Engkau memakai baju padahal ketika engkau menusuk pinggangku tadi aku tidak berbaju."
Rasulullah shalallahu alaihi wassalam pun mengangkat baju dari tubuh beliau, saat itu Usaid langsung merangkul dan mencium tubuh beliau di antara pinggang dan ketiak sambil berkata,
"Aku korbankan bapak dan ibuku demi dirimu ya Rasulallah. Ini adalah keinginan yang telah aku idam-idamkan sejak aku mengenalmu dan saat ini telah dikabulkan oleh Allah." Masyaallah..
Rasulullah shalallahu alaihi wassalam membalas cinta Usaid dengan cinta, beliau amat menghargai kepeloporannya dalam Islam, membela agama dan terhadap beliau. Sampai-sampai di perang Badar Usaid ditusuk oleh musuh dengan 7 tusukan yang mematikan demi melindungi Rasulullah.
Nabi mengakui kedudukan dan kehormatannya di antara kaum nya. Jika Usaid mengusulkan untuk membantu seseorang di depan beliau, tentu beliau akan mengizinkannya.
Usaid berkata, "Aku datang kepada Rasulullah, aku menyampaikan kepada beliau tentang sebuah keluarga dari Anshor yang miskin dan semua anggota keluarga tersebut adalah wanita.
Maka nabi bersabda, 'Kamu datang disaat kami telah membelanjakan apa yang ada di tangan kami. Jika kamu mendengar ada sesuatu yang datang kepada kami maka ingatkan aku terhadap keluarga tersebut.'
Tidak lama setelah itu Rasulullah menerima harta dari Khaibar. Lalu beliau membagikannya di antara kaum muslimin, beliau memberi orang-orang Anshor dalam jumlah besar dan keluarga tersebut juga dalam jumlah besar. Maka Usaid berkata kepada beliau, 'Semoga Allah membalasmu wahai nabi Allah dengan kebaikan atas kebaikanmu kepada mereka.'
Maka Nabi bersabda, 'Kalian wahai orang-orang Anshor, semoga Allah membalas kalian dengan balasan terbaik karena sebatas yang aku ketahui selama ini kalian adalah orang-orang yang sabar dan menahan diri.
Sesungguhnya kalian akan melihat orang-orang yang menguasai harta dengan tidak membagikannya kepada kalian sesudahku. Bersabarlah sehingga kalian bertemu denganku di Haudh.'
Usaid bin Hudhair bercerita dan berkata:
"Tatkala Khilafah dipegang oleh Umar bin Abdul Aziz dia membagi-bagikan harta dan kebutuhan sehari-hari kepada kaum muslimin, dia memberiku sebuah jubah yang kekecilan.
Ketika aku sedang berada di masjid aku melihat seorang anak muda dari Quraisy dengan jubah yang panjang dari jubah-jubah yang diberikan oleh Umar. Anak muda ini menyeretnya, menyapu tanah.
Maka aku menyampaikan sabda Rasulullah kepada seseorang di sampingku, 'Sesungguhnya kalian akan melihat orang-orang yang menguasai harta dengan tidak membagikannya kepada kalian sesudahku.' Aku berkata, 'Rasulullah benar.'
Maka laki-laki di samping ku pergi untuk menemui Umar bin Abdul Aziz, dia menyampaikan apa yang aku katakan kepadanya. Maka Umar datang kepadaku dengan tergesa-gesa, saat itu aku sedang shalat. Umar berkata, "Teruskan shalatmu wahai Usaid."
Ketika aku menyelesaikan shalat, dia menghampiriku dan berkata, 'apa yang telah kamu ucapkan.' Maka aku menyampaikan apa yang aku lihat dan apa yang aku katakan.
Umar bin Abdul Azis berkata, 'Semoga Allah memaafkanmu, jubah itu aku kirimkan kepada fulan. seorang Anshar yang ikut dalam baiat Aqabah, ikut dalam perang Badar dan ikut dalam perang Uhud. Lalu anak muda Quraisy itu membelinya dari laki-laki tersebut dan dia memakainya, apakah kamu mengira bahwa apa yang dikatakan oleh Rasulullah itu terjadi di zamanku?'
Maka aku (Usaid) menjawab, 'Demi Allah wahai Amirul Mukminin aku mengira bahwa hal itu tidak terjadi di zamanmu." Itulah kisah yang diceritakan oleh Usaid radiyallahuanhu.
Di akhir penghujung kisah Usaid bin Hudhair. Usaid tidak hidup lama setelah itu, dia berpulang ke hadapan Allah di zaman Umar bin Abdul Aziz. Ternyata dia meninggalkan hutang sebesar 4000 dinar.
Maka ahli warisnya berniat menjual apa adanya untuk menutupi hutangnya. Umar bin Abdul Aziz mengetahui hal itu dia berkata, "Aku tidak akan membiarkan keponakan keponakanku, anak-anak Usaid sebagai beban atas orang banyak."
Lalu Umar berbicara kepada para pemilik uang yang memberi hutang kepada Usaid agar mereka berkenan membeli hasil ladang tersebut selama 4 tahun setiap tahunnya seribu Dirham.
Baca: 3 Peristiwa Penting di Dalam Kisah Umar bin Abdul Aziz
Begitulah kisah sahabat Nabi Usaid bin Hudhair yang mengharukan, seorang pemuka yang terpandang masuk Islam hanya dengan sekali seruan dari sahabat Mushab bin Umair. Sungguh hidayah hanya milik Alloh. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Kisah ini sangat menginspirasi bagi para pemuda untuk semangat menimba ilmu dan berdakwah. Dan kami mengambil referensi dari kitab Ar-Rahiqul makhtum karya Syeikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfury dan kitab kisah "Mereka Para Sahabat" karya Dr. Abdurrhaman Ra'fat Basya.
Kisah Sahabat Usaid bin Hudhair
Perjalanan hidup Usaid bin Hudhair ini dimulai setelah terjadinya bai'at aqabah pertama pada musim Haji tepatnya tahun 12 dari kenabian. Setelah bai'at aqabah dilaksanakan secara sempurna oleh 12 orang dari Yatsrib, maka nabi Muhammad -shallallahu alaihi wasallam- pun mengirim duta ke Yatsrib.
Bertujuan supaya mengajarkan kepada penduduk Yatsrib tentang syariat syariat Islam dan ayat ayat Al Quran. Sekaligus menyebarkan Islam kepada penduduk Yatsrib yang masih musyrik.
Tugas mulia ini diserahkan kepada seorang pemuda Islam di Makkah yang bernama Mush'ab bin Umair Al-Abdari. Atas dasar inilah beliau dijuluki sebagai juru dakwah pertama Rasulullah yang dicatat dalam sejarah Islam.
Setelah sampai di Yatsrib, Mush'ab bin Umair singgah di rumah As'ad bin Zurarah (salah seorang pemuka kabilah Khazraj). Mus'ab mulai menjadikan rumah As'ad sebagai tempat tinggal untuk dirinya sekaligus pusat kegiatan untuk menyebarkan dakwah Islam kepada Masyarakat Madinah.
Dalam menyampaikan dakwah, Mush'ab terkenal sebagai sosok sahabat muda yang piawai dalam menyampaikan kata-kata, hujjahnya yang jelas, tabiatnya yang santun dan imannya yang bersinar di wajahnya yang tampan dan rupawan.
Karena itulah, ucapan beliau dapat melembutkan hati yang keras, menguras air mata yang kering sehingga orang-orang Yatsrib mulai tertarik dan mulai menghadiri majelis-majelisnya. Bahkan dalam kitab dijelaskan kalau majelisnya tidak berakhir kecuali para hadirin sudah berganti agamanya masuk Islam dan bergabung dengan bala tentara orang beriman.
Dari sinilah Mush'ab bin Umair akan bertemu dengan Usaid bin Hudhair. Yang kisahnya akan kami ceritakan lebih dalam di bawah ini:
Kisah Pertemuan Usaid bin Hudhair dengan Mushab Bin Umair
Keduanya (As'ad dan Mush'ab) masuk ke sebuah kebun di antara kebun-kebun Bani Zhafar dan Bani Abdul Asyhal. Lalu keduanya duduk di pinggir sumur, yang disebut sumur Maraq. Airnya yang jernih dan berada di bawah naungan pohon kurma.
Mush'ab dikelilingi oleh orang banyak, sebagian dari mereka sudah masuk Islam sementara sebagian yang lain baru ingin mengetahui tentang Islam.
Kemudian Mush'ab mulai mengajak dengan menyampaikan berita gembira. Orang-orang menyimak dengan baik dan mulai tersihir oleh kata-katanya yang mengagumkan.
Sementara itu ada seseorang yang datang menemui Usaid bin Hudhair dan Saad bin Muadz (dua orang pemuka Aus sekaligus pemimpin Bani Asyhal yang masih musyrik). Orang itu mengatakan kepada keduanya bahwa telah kedatangan pemuda dari Makkah di dekat kampung halaman mereka bersama As'ad bin Zurarah.
Lalu Saad bin Muadz pun berkata kepada Usaid bin hudhair, "Tidak ada bapak bagimu wahai Usaid, pergilah kepada anak muda dari Makkah itu yang telah datang ke perkampungan kita untuk meracuni orang-orang yang lemah keyakinan dengan agamanya dan membodoh bodoh kan Tuhan Tuhan kita.
Cegahlah dia dan peringatkan dengan keras agar jangan sampai dia menginjakkan kakinya di kampung halaman kita mulai hari ini. Kalau dia bukan tamu sepupuku As'ad bin Zurarah dan bahwa dia berada dalam perlindungannya niscaya aku sendiri yang akan melakukan hal ini."
Kemudian Usaid mengambil tombaknya, dia berjalan menuju kebun. Tatkala As'ad bin Zurarah mendengar kedatangan Usaid, As'ad menghampiri Mush'ab dan berkata,
"Berhati-hatilah wahai Mushab, orang ini adalah pemuka kaumnya, orang yang paling bagus akalnya di antara mereka dan paling sempurna sifatnya yaitu Usaid bin Hudhair."
Baca juga: Kumpulan Kisah Sahabat Nabi yang Mengharukan
Jika dia masuk Islam maka keislamanya akan diikuti oleh banyak orang. Oleh karena itu mohonlah pertolongan kepada Allah dengan benar dan berikanlah penjelasan yang baik tentang Islam kepadanya." ucap As'ad kepada Mush'ab.
Kisah Masuk Islamnya Usaid bin Hudhair Radiyallahuanhu
Usaid bin Hudhair berdiri di majelis dan dia memandang Mush'ab lalu berkata, "Apa yang membuat kalian berdua datang ke perkampungan kami? Kalian telah meracuni keyakinan orang-orang lemah dari kami. Tinggalkanlah kampung kami ini jika kalian masih ingin hidup."
Saat itu Mushab bin Umair benar benar memandangi Usaid dengan wajah yang dihiasi oleh cahaya Iman. Dia berbicara kepadanya dengan bahasa yang benar dan memukau. Mush'ab berkata kepadanya,
"Wahai pemuka kaum apakah engkau berkenan menerima yang lebih baik dari itu?"
Usaid balik bertanya, "Apa itu?"
Mushab berkata, "Engkau duduk bersama kami dan mendengar apa yang aku uraikan jika engkau menerima apa yang kami ucapkan, maka silakan terimalah, namun jika engkau tidak mau menerima maka kami akan meninggalkan kampung ini dan tidak kembali lagi."
Usaid berkata, "Tawaran yang adil." Lalu dia menancapkan tombaknya di tanah dan duduk.
Selanjutnya Mush'ab menjelaskan kepadanya hakikat Islam, membacakan sebagian dari ayat-ayat al-Quran. Maka tiba-tiba saja wajah Usaid berbinar dan berseri-seri, dia berkata, "Apa yang engkau katakan itu bagus dan apa yang engkau baca tadi sangat agung. Lalu apa yang kami lakukan jika kami hendak masuk ke dalam Islam?"
Mush'ab menjawab, "Engkau mandi, menyucikan pakaianmu dan engkau bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak untuk disembah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, kemudian engkau sholat dua rokaat."
Sejak saat itu (setelah masuk Islam) kaumnya menjulukinya dengan al-kamil, karena akalnya yang cerdik, keturunannya yang mulia. Dia menguasai pedang dan Pena.
Di samping dia jago berkuda dan memanah, dia juga seorang penulis dan pembaca di lingkungannya. Terpadunya dua perkara ini merupakan sesuatu yang sangat langka.
Tapi yang terpenting dari itu semua adalah keislaman Usaid bin Hudair merupakan sarana bagi keislaman temannya Saad bin Muadz. Masuknya dua orang ini ke dalam Islam mendorong orang-orang Aus dalam jumlah besar untuk ikut masuk Islam. Subhanaallah..
Setelah peristiwa ini, kota Madinah dinilai sudah patut untuk menjadi tempat hijrah Nabi, tempat berlindung dan pilar bagi negara Islam yang agung.
Bacaan Al Quran Usaid bin Hudhair dan Akhlaknya
Usaid bin Hudhair sangat mencintai Al-Quran sejak dia mendengarnya dari Mush'ab bin Umair. Cintanya pada Al Qur'an lebih besar dibandingkan cinta seseorang kepada kekasihnya. Dia sangat memperhatikan nya seperti orang yang haus ketika melihat air dan menjadikan Al-Quran sebagai kesibukannya yang utama.
Kegiatan Usaid tidak terlihat kecuali dalam keadaan berjihad di jalan Allah dan duduk melantunkan ayat-ayat Al quran. Suaranya merdu, nafasnya jelas, bacaannya bagus. Dia sangat suka membaca Al-Quran lebih-lebih jika malam telah tiba dengan ketenangannya, mata manusia telah terlelap dan jiwa mereka telah tenang dibuai oleh mimpi indah.
Para sahabat menanti-nantikan waktu Usaid membaca Al-Quran. Mereka berlomba-lomba untuk menyimaknya, betapa gembiranya orang yang mendapatkan kesempatan untuk mendengar Alquran darinya dalam keadaan murni seperti yang diturunkan kepada Muhammad sallallahu alaihi wasallam.
Bahkan penghuni langit pun merasakan betapa nikmat bacaan Usaid. Di suatu malam Usaid sedang duduk di halaman belakang rumahnya, anaknya yang bernama Yahya sedang tidur di sisinya, sementara kudanya yang disiapkan sebagai kendaraan jihad di jalan Allah tertambat tidak jauh darinya.
Malam itu sangat tenang, pemandangan langit begitu cerah dan mengagumkan, bintang-bintang mengawasi bumi yang sedang tidur dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Jiwa Usaid bin Hudhair tergerak untuk mengharumkan suasana yang syahdu tersebut dengan aroma Alquran. Maka dia mulai melantunkannya dengan suaranya yang merdu dan lembut.
Tiba-tiba dia melihat kudanya berontak, berputar-putar sehingga hampir memutuskan tali kekangnya. Usaid menghentikan bacaannya, lalu kudanya pun langsung tenang dan diam. Kemudian Usaid melanjutkan lagi, kudanya pun kembali berontak berputar lebih kuat dari sebelumnya, Usaid diam maka kudanya diam.
Hal ini diulang oleh Usaid beberapa kali, setiap kali dia membaca maka kudanya berontak dan berputar-putar, setiap kali dia menghentikan bacaan maka kudanya juga diam dan tenang. Subhanaallah, sampai kuda senang mendengar bacaannya.
Namun, Usaid khawatir kuda itu akan menginjak anaknya, Yahya. Maka Usaid mendekati anaknya untuk membangunkannya. Tiba-tiba ketika dia mendongakkan pandangannya ke langit, dia melihat sekumpulan awan layaknya payung.
Mata siapapun belum pernah melihat pemandangan yang lebih indah dan lebih mengagumkan darinya sekalipun tergantung pada cahaya cahaya seperti lampu, ia memenuhi angkasa dengan cahaya dan keindahan, ia naik ke atas sampai tidak terlihat oleh penglihatannya.
Pagi pun tiba Usaid menghadap kepada Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam dan menceritakan apa yang dia lihat tadi malam. Maka nabi bersabda kepadanya, "Itu adalah para malaikat yang mendengar bacaanmu wahai Usaid, kalau kamu terus membaca niscaya orang-orang akan melihatnya dan tidak tersembunyi keadaan mereka di mata orang banyak."
Sebagaimana Usaid sangat mencintai kitab Allah, dia juga sangat mencintai Rasulullah. Dia sebagaimana yang dia katakan tentang dirinya merasakan jiwanya sangat bersih, iman yang sangat kuat dan perasaan yang sangat tersentuh tatkala dia membaca AlQuran atau mendengarnya dan ketika dia melihat Rasulullah sedang berkhutbah atau sedang bertutur kata.
Impian Usaid bin Hudhair Menyentuh Kulit Nabi dari Qishas
Usaid sangat berharap jasadnya bisa menyentuh jasad Rasulullah shalallahu alaihi wassalam dengan merangkulnya dan menciumnya. Akhirnya satu kali peluang itu terbuka baginya.
Suatu hari Usaid sedang bercanda dengan kawan-kawannya, tiba-tiba Rasulullah menusuk pinggangnya dengan tangannya. Maka Usaid berkata, "Engkau telah membuatku sakit ya Rasulallah." Maka Nabi bersabda, "Silakan melakukan qishas terhadapku wahai Usaid."
Usaid menjawab, "Engkau memakai baju padahal ketika engkau menusuk pinggangku tadi aku tidak berbaju."
Rasulullah shalallahu alaihi wassalam pun mengangkat baju dari tubuh beliau, saat itu Usaid langsung merangkul dan mencium tubuh beliau di antara pinggang dan ketiak sambil berkata,
"Aku korbankan bapak dan ibuku demi dirimu ya Rasulallah. Ini adalah keinginan yang telah aku idam-idamkan sejak aku mengenalmu dan saat ini telah dikabulkan oleh Allah." Masyaallah..
Rasulullah shalallahu alaihi wassalam membalas cinta Usaid dengan cinta, beliau amat menghargai kepeloporannya dalam Islam, membela agama dan terhadap beliau. Sampai-sampai di perang Badar Usaid ditusuk oleh musuh dengan 7 tusukan yang mematikan demi melindungi Rasulullah.
Nabi mengakui kedudukan dan kehormatannya di antara kaum nya. Jika Usaid mengusulkan untuk membantu seseorang di depan beliau, tentu beliau akan mengizinkannya.
Usaid berkata, "Aku datang kepada Rasulullah, aku menyampaikan kepada beliau tentang sebuah keluarga dari Anshor yang miskin dan semua anggota keluarga tersebut adalah wanita.
Maka nabi bersabda, 'Kamu datang disaat kami telah membelanjakan apa yang ada di tangan kami. Jika kamu mendengar ada sesuatu yang datang kepada kami maka ingatkan aku terhadap keluarga tersebut.'
Tidak lama setelah itu Rasulullah menerima harta dari Khaibar. Lalu beliau membagikannya di antara kaum muslimin, beliau memberi orang-orang Anshor dalam jumlah besar dan keluarga tersebut juga dalam jumlah besar. Maka Usaid berkata kepada beliau, 'Semoga Allah membalasmu wahai nabi Allah dengan kebaikan atas kebaikanmu kepada mereka.'
Maka Nabi bersabda, 'Kalian wahai orang-orang Anshor, semoga Allah membalas kalian dengan balasan terbaik karena sebatas yang aku ketahui selama ini kalian adalah orang-orang yang sabar dan menahan diri.
Sesungguhnya kalian akan melihat orang-orang yang menguasai harta dengan tidak membagikannya kepada kalian sesudahku. Bersabarlah sehingga kalian bertemu denganku di Haudh.'
Usaid bin Hudhair bercerita dan berkata:
"Tatkala Khilafah dipegang oleh Umar bin Abdul Aziz dia membagi-bagikan harta dan kebutuhan sehari-hari kepada kaum muslimin, dia memberiku sebuah jubah yang kekecilan.
Ketika aku sedang berada di masjid aku melihat seorang anak muda dari Quraisy dengan jubah yang panjang dari jubah-jubah yang diberikan oleh Umar. Anak muda ini menyeretnya, menyapu tanah.
Maka aku menyampaikan sabda Rasulullah kepada seseorang di sampingku, 'Sesungguhnya kalian akan melihat orang-orang yang menguasai harta dengan tidak membagikannya kepada kalian sesudahku.' Aku berkata, 'Rasulullah benar.'
Maka laki-laki di samping ku pergi untuk menemui Umar bin Abdul Aziz, dia menyampaikan apa yang aku katakan kepadanya. Maka Umar datang kepadaku dengan tergesa-gesa, saat itu aku sedang shalat. Umar berkata, "Teruskan shalatmu wahai Usaid."
Ketika aku menyelesaikan shalat, dia menghampiriku dan berkata, 'apa yang telah kamu ucapkan.' Maka aku menyampaikan apa yang aku lihat dan apa yang aku katakan.
Umar bin Abdul Azis berkata, 'Semoga Allah memaafkanmu, jubah itu aku kirimkan kepada fulan. seorang Anshar yang ikut dalam baiat Aqabah, ikut dalam perang Badar dan ikut dalam perang Uhud. Lalu anak muda Quraisy itu membelinya dari laki-laki tersebut dan dia memakainya, apakah kamu mengira bahwa apa yang dikatakan oleh Rasulullah itu terjadi di zamanku?'
Maka aku (Usaid) menjawab, 'Demi Allah wahai Amirul Mukminin aku mengira bahwa hal itu tidak terjadi di zamanmu." Itulah kisah yang diceritakan oleh Usaid radiyallahuanhu.
Wafatnya Usaid bin Hudhair
Di akhir penghujung kisah Usaid bin Hudhair. Usaid tidak hidup lama setelah itu, dia berpulang ke hadapan Allah di zaman Umar bin Abdul Aziz. Ternyata dia meninggalkan hutang sebesar 4000 dinar.
Maka ahli warisnya berniat menjual apa adanya untuk menutupi hutangnya. Umar bin Abdul Aziz mengetahui hal itu dia berkata, "Aku tidak akan membiarkan keponakan keponakanku, anak-anak Usaid sebagai beban atas orang banyak."
Lalu Umar berbicara kepada para pemilik uang yang memberi hutang kepada Usaid agar mereka berkenan membeli hasil ladang tersebut selama 4 tahun setiap tahunnya seribu Dirham.
Baca: 3 Peristiwa Penting di Dalam Kisah Umar bin Abdul Aziz
Begitulah kisah sahabat Nabi Usaid bin Hudhair yang mengharukan, seorang pemuka yang terpandang masuk Islam hanya dengan sekali seruan dari sahabat Mushab bin Umair. Sungguh hidayah hanya milik Alloh. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Posting Komentar untuk "Kisah Sahabat Nabi Usaid bin Hudhair Sebelum dan Sesudah Islam"
Tulis komentar di sini dan centang tombol "Notify me" atau "Ingatkan kami" agar Antum bisa melihat balasannya. Syukran