10 Adab Adzan yang Benar Sesuai Sunnah Dilengkapi Tata Cara Adzan yang Benar
Adab adzan- Azan merupakan salah satu syair Islam yang sangat agung kedudukannya. Berguna untuk memanggil umat Islam agar menunaikan salat fardhu 5 waktu berjamaah. Kalimat adzan sendiri disampaikan oleh Allah subhanahu wa ta'ala melalui mimpi mimpi para sahabat nabi seperti Umar bin Khattab dan Zaid bin Abdullah radiyallahuanhuma.
Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- menjelaskan tentang keutamaan adzan, beliau bersabda:
"Para muadzin adalah orang yang paling panjang lehernya pada hari kiamat" [HR. Muslim 386]
Mengingat keutamaan yang besar tersebut, maka bagi seorang muadzin harus memperhatikan adab-adab islam yang berkaitan dengan adzan. Apa saja etika adzan dalam Islam?
Di bawah ini abanaonline.com telah merangkum 10 adab adzan. Bersumber dari kitab [Mausuuatul Adab al-Islamiyah, Abdul Aziz bin Fatih as-Sayyid Nada/Cetakan Indo: Ensiklopedia dan Adab Islami Menurut Al-Quran dan As-Sunnah, Pustaka Imam Syafi'i/Kelima, Januari 2017].
Selayaknya bagi seorang muadzin hanya mengharap wajah Allah semata dan hanya mengharap pahalaNya. Jangan sampai niat mengumandangkan adzan untuk materi dunia seperti gaji bulanan atau mengharap rumah khusus untuk kediamannya serta kedudukan yang tinggi di masyarakat.
Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- mengingatkan agar tidak mengejar dunia dengan azan. Nabi bersabda kepada Utsman bin Ali Al-Ash,
"Dan pilihlah muadzin yang tidak mengambil upah dari adzannya" [HR. Abu Dawud, 531, Lihat shahihul jami' 1480]
Sabda Nabi di atas menunjukkan seorang muadzin tidak pantas mengambil upah dari adzannya. Tetapi sebagian ulama membolehkan mengambil sebagai balasan atas keterikatan sebagai muadzin.
Adab adzan berikutnya adalah menjaga waktu. Seorang muadzin harus senantiasa menjaga waktu adzan. Artinya ia harus memperhatikan dan memeliharanya tepat pada waktunya. Sebab dialah orang yang telah diberi amanah untuk mengumandangkan Adzan kepada kaum muslimin terhadap datangnya shalat 5 waktu.
Muadzin tidak boleh menyia-nyiakan amanah itu sedikit pun. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam sebuah hadis "mursal" yang disandarkan oleh tabiin langsung kepada nabi Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam-:
Artinya "Para muadzin adalah orang-orang kepercayaan kaum muslimin atas waktu berbuka dan sahur mereka" [HR. At Thabrani dalam Al Kabir, 6743]
Hendaknya saat mengumandangkan adzan, seorang muadzin harus bersuci. Masalah ini merupakan keharusan menurut kebanyakan para ulama. Namun kalau batal saat sedang adzan (pent- buang angin), tidak perlu menghentikan adzannya.
Yang dipilih sebagai muadzin haruslah orang yang memiliki suara bagus dan lantang. Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- bersabda dari Abdullah bin Zaid bin Abdi Robbihi:
Artinya, "..Pergilah menemui Bilal, lalu ajarkan kepadanya apa yang engkau lihat di dalam mimpi. Kemudian perintahkanlah Bilal yang mengumandangkan Adzan. Sesungguhnya ia lebih keras suaranya daripada kamu" [HR. Ahmad, 43. Abu Daud, 499]
Jadi semampunya kita mengangkat suara ketika mengumandangkan Adzan sampai seruan untuk sholat dapat didengar oleh masyarakat. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa:
"Bilal biasa meletakkan kedua jari di telinga dalam rangka membantu meninggikan suara" [HR. Ahmad, 308 dishahihkan oleh al-Albani dalam al-irwa (230)]
Adab kelima bagi seorang muadzin ialah harus berdiri pada saat mengumandangkan adzan. Hal ini sangat dianjurkan karena merupakan ijma' ulama. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Munzir -rohimahullah-,
"Seluruh ulama sepakat tentang disunnahkannya muadzin berdiri ketika mengumandangkan adzan" [Dinukil dari al-Albani, al-Irwa (1/241)].
Seorang muadzin dianjurkan menoleh ke arah kanan ketika mengucapkan "Hayya 'alas sholah" dan menoleh ke arah kiri ketika mengucapkan "Hayya Alal Falah". Karena dahulu Bilal radhiyallahuanhu biasa melakukannya. Disebutkan dalam hadits Abu Hurairah -radhiallahuanhu-:
"Aku melihat Bilal sedang mengumandangkan Azan. Aku melihat gerakan mulut Bilal kekanan dan kekiri seraya mengucapkan lafadz Hayya alas shalah dan Hayya alal Falah". [HR. Bukhari, 634 dan Muslim, 503]
An Nawawi menjelaskan dalam kitabnya, "Syarah Shahih Muslim":
"Para ulama berbeda pendapat tentang tata cara menoleh. Yang paling sohih adalah pendapat jumhur ulama yakni, muadzin mengucapkan lafadz Hayya alas shalah sebanyak dua kali dengan menoleh ke kanan. Kemudian mengucapkan lafadz Hayya alal Flah sebanyak dua kali dengan menoleh ke kiri". [Shahih Muslim dengan Syarah an-nawawi, IV/293]
Setelah selesai mengumandangkan Adzan hendaknya setiap muslim membaca doa dan dzikir. Adab satu ini terdapat dalam hadits:
"Siapa yang mengucapkan doa ini setiap kali mendengar adzan: 'Ya Allah, pemilik panggilan adzan yang sempurna ini dan sholat yang ditegakkan ini, berilah wasilah kedudukan yang tinggi dan kemuliaan kepada Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Serta berikanlah beliau maqom mahmud yang telah Engkau janjikan'. Maka orang itu berhak mendapat syafaat dariku pada hari kiamat". [HR. Bukhari, 614]
Itulah lafadz doa setelah mendengar adzan. Dari, "Allahuma Rabba Hadzihi...sampai Mahmudaniladzi Wa addah"
Waktu antara adzan dan iqomah merupakan salah satu waktu terkabulnya doa. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, "Tidak akan tertolak doa yang dipanjatkan di antara waktu adzan dan iqomah" [HR. Ahmad 119 dan Abu Daud 521]
Seorang muadzin atau makmum tidak boleh keluar dari masjid setelah dikumandangkannya adzan. Kecuali karena suatu sebab yang darurat (syar'i) misalnya ingin bersuci atau yang lainnya. Sesungguhnya ketika Abu Hurairah radiyallahuanhu melihat seorang keluar dari masjid setelah adzan Ashar dia berkata:
"Orang ini telah mendurhakai Abul Qosim (Rasulullah shallallahu alaihi salam)" [HR. Muslim 655]
Adab adzan terakhir adalah memberi waktu cukup di antara adzan dan iqamah hingga orang yang berwudhu dapat menyempurnakan wudhunya. Begitu juga orang yang makan dapat menyesuaikan makannya tanpa tergesa-gesa. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:
Artinya, "Berikanlah tenggang yang cukup antara adzan dan iqomah kalian. Hingga orang-orang yang berwudhu dapat menyempurnakan wudhunya dengan tenang dan orang-orang yang makan dapat menyelesaikan makannya dengan tenang."
Muadzin harus mengikuti sifat adzan dan iqomah yang shahih menurut Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Yaitu menggenapkan lafadz adzan dan mengganjilkan lafadz iqomah.
Dari Anas radiyallahuanhu, "Bilal telah diperintahkan untuk menggenapkan lafadz adzan dan mengganjilkan lafadz iqamah." [HR. Muslim, 378]
Adapan lafadz adzan yang diajarkan nabi shalallahu alaihi wassalam sebagai berikut:
Khusus adzan subuh, seorang muadzin boleh menambahkan "Tatswib". Yaitu mengucapkan "Ash-Shalatu Khairun minan Naum" setelah lafazh "Hayya alal Falah". Karena Rasulullah pernah mengajarkan hal itu pada sahabat Abu Mahdzurah radiyallahuanhu.
Adab bagi yang mendengarkan adzan harus menirukan ucapan muadzin. Hal tersebut hukumnya sunnah. Dari Abu Said Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda,
"Jika kalian mendengar adzan, maka ucapkanlah sebagaimana yang diucapkan muadzin. Kemudian bershalawatlah untukku. Sebab barangsiapa yang bershalawat untukku sekali, maka dengannya Allah akan bershalawat untuknya 10x.
Kemudian mintalah al-wasilah kepada Allah untukku. Ia adalah sebuah tempat di Surga yang tak diraih kecuali oleh seorang hamba di antara hamba-hamba Allah. Dan aku berharap ia adalah aku. Barangsiapa memintakan untukku wasilah kepada Allah, maka dia layak mendapat syafa'atku". [HR. Al Bukhari (611), Muslim (383)]
Alhamdulillah akhirnya usai sudah penjelasan lengkap adab adab adzan dan iqamah. Etika di atas wajib diperhatikan oleh muadzin atau yang mendengarkannya. Silahkan diajarkan juga pada peserta didik anak anak di sekolah maupun di rumah. [Referensi Mausuuatul Adab al-Islamiyah, Abdul Aziz bin Fatih as-Sayyid Nada]
Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- menjelaskan tentang keutamaan adzan, beliau bersabda:
إِنَّ الْمُؤَذِّنِينَ أَطْوَلُ النَّاسِ أَعْنَاقًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
"Para muadzin adalah orang yang paling panjang lehernya pada hari kiamat" [HR. Muslim 386]
Mengingat keutamaan yang besar tersebut, maka bagi seorang muadzin harus memperhatikan adab-adab islam yang berkaitan dengan adzan. Apa saja etika adzan dalam Islam?
Adab Adzan Menurut Islam
Di bawah ini abanaonline.com telah merangkum 10 adab adzan. Bersumber dari kitab [Mausuuatul Adab al-Islamiyah, Abdul Aziz bin Fatih as-Sayyid Nada/Cetakan Indo: Ensiklopedia dan Adab Islami Menurut Al-Quran dan As-Sunnah, Pustaka Imam Syafi'i/Kelima, Januari 2017].
1. Mengumandangkan Adzan Niat Ikhlas Karena Allah
Selayaknya bagi seorang muadzin hanya mengharap wajah Allah semata dan hanya mengharap pahalaNya. Jangan sampai niat mengumandangkan adzan untuk materi dunia seperti gaji bulanan atau mengharap rumah khusus untuk kediamannya serta kedudukan yang tinggi di masyarakat.
Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- mengingatkan agar tidak mengejar dunia dengan azan. Nabi bersabda kepada Utsman bin Ali Al-Ash,
"Dan pilihlah muadzin yang tidak mengambil upah dari adzannya" [HR. Abu Dawud, 531, Lihat shahihul jami' 1480]
Sabda Nabi di atas menunjukkan seorang muadzin tidak pantas mengambil upah dari adzannya. Tetapi sebagian ulama membolehkan mengambil sebagai balasan atas keterikatan sebagai muadzin.
2. Hendaknya Muadzin Menjaga Waktu
Adab adzan berikutnya adalah menjaga waktu. Seorang muadzin harus senantiasa menjaga waktu adzan. Artinya ia harus memperhatikan dan memeliharanya tepat pada waktunya. Sebab dialah orang yang telah diberi amanah untuk mengumandangkan Adzan kepada kaum muslimin terhadap datangnya shalat 5 waktu.
Muadzin tidak boleh menyia-nyiakan amanah itu sedikit pun. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam sebuah hadis "mursal" yang disandarkan oleh tabiin langsung kepada nabi Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam-:
Artinya "Para muadzin adalah orang-orang kepercayaan kaum muslimin atas waktu berbuka dan sahur mereka" [HR. At Thabrani dalam Al Kabir, 6743]
3. Adzan Dalam Keadaan Bersuci
Hendaknya saat mengumandangkan adzan, seorang muadzin harus bersuci. Masalah ini merupakan keharusan menurut kebanyakan para ulama. Namun kalau batal saat sedang adzan (pent- buang angin), tidak perlu menghentikan adzannya.
4. Diutamakan Muadzin Mempunyai Suara Lantang dan Bagus
Yang dipilih sebagai muadzin haruslah orang yang memiliki suara bagus dan lantang. Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- bersabda dari Abdullah bin Zaid bin Abdi Robbihi:
Artinya, "..Pergilah menemui Bilal, lalu ajarkan kepadanya apa yang engkau lihat di dalam mimpi. Kemudian perintahkanlah Bilal yang mengumandangkan Adzan. Sesungguhnya ia lebih keras suaranya daripada kamu" [HR. Ahmad, 43. Abu Daud, 499]
Jadi semampunya kita mengangkat suara ketika mengumandangkan Adzan sampai seruan untuk sholat dapat didengar oleh masyarakat. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa:
كان بلال إذا أذن وضع أصبعيه في أذنيه
5. Mengumandangkan Adzan dengan Berdiri
Adab kelima bagi seorang muadzin ialah harus berdiri pada saat mengumandangkan adzan. Hal ini sangat dianjurkan karena merupakan ijma' ulama. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Munzir -rohimahullah-,
"Seluruh ulama sepakat tentang disunnahkannya muadzin berdiri ketika mengumandangkan adzan" [Dinukil dari al-Albani, al-Irwa (1/241)].
6. Muadzin Menoleh ke Kanan dan ke Kiri
Seorang muadzin dianjurkan menoleh ke arah kanan ketika mengucapkan "Hayya 'alas sholah" dan menoleh ke arah kiri ketika mengucapkan "Hayya Alal Falah". Karena dahulu Bilal radhiyallahuanhu biasa melakukannya. Disebutkan dalam hadits Abu Hurairah -radhiallahuanhu-:
"Aku melihat Bilal sedang mengumandangkan Azan. Aku melihat gerakan mulut Bilal kekanan dan kekiri seraya mengucapkan lafadz Hayya alas shalah dan Hayya alal Falah". [HR. Bukhari, 634 dan Muslim, 503]
An Nawawi menjelaskan dalam kitabnya, "Syarah Shahih Muslim":
"Para ulama berbeda pendapat tentang tata cara menoleh. Yang paling sohih adalah pendapat jumhur ulama yakni, muadzin mengucapkan lafadz Hayya alas shalah sebanyak dua kali dengan menoleh ke kanan. Kemudian mengucapkan lafadz Hayya alal Flah sebanyak dua kali dengan menoleh ke kiri". [Shahih Muslim dengan Syarah an-nawawi, IV/293]
7. Berdzikir Setelah Mengumandangkan Adzan
Setelah selesai mengumandangkan Adzan hendaknya setiap muslim membaca doa dan dzikir. Adab satu ini terdapat dalam hadits:
من قَالَ عِنْدَ يَسْمَعُ النِّدَاءَ: "اَللّهُمَّ رَبَّ هذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ، وَالصَّلاَةِ الْقَـائِمَةِ، آتِ مُحَمَّدًا اَلْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِيْ وَعَدْتَهُ" حَلَّتْ لَهُ شَفَاعَتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
"Siapa yang mengucapkan doa ini setiap kali mendengar adzan: 'Ya Allah, pemilik panggilan adzan yang sempurna ini dan sholat yang ditegakkan ini, berilah wasilah kedudukan yang tinggi dan kemuliaan kepada Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Serta berikanlah beliau maqom mahmud yang telah Engkau janjikan'. Maka orang itu berhak mendapat syafaat dariku pada hari kiamat". [HR. Bukhari, 614]
Itulah lafadz doa setelah mendengar adzan. Dari, "Allahuma Rabba Hadzihi...sampai Mahmudaniladzi Wa addah"
8. Berdoa Di antara Adzan dan Iqomah
Waktu antara adzan dan iqomah merupakan salah satu waktu terkabulnya doa. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, "Tidak akan tertolak doa yang dipanjatkan di antara waktu adzan dan iqomah" [HR. Ahmad 119 dan Abu Daud 521]
9. Tidak Meninggalkan Masjid Setelah Dikumandangkan Adzan
Seorang muadzin atau makmum tidak boleh keluar dari masjid setelah dikumandangkannya adzan. Kecuali karena suatu sebab yang darurat (syar'i) misalnya ingin bersuci atau yang lainnya. Sesungguhnya ketika Abu Hurairah radiyallahuanhu melihat seorang keluar dari masjid setelah adzan Ashar dia berkata:
"Orang ini telah mendurhakai Abul Qosim (Rasulullah shallallahu alaihi salam)" [HR. Muslim 655]
10. Memberikan Waktu Tenggang yang Cukup di antara Adzan dan Iqomah
Adab adzan terakhir adalah memberi waktu cukup di antara adzan dan iqamah hingga orang yang berwudhu dapat menyempurnakan wudhunya. Begitu juga orang yang makan dapat menyesuaikan makannya tanpa tergesa-gesa. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:
Artinya, "Berikanlah tenggang yang cukup antara adzan dan iqomah kalian. Hingga orang-orang yang berwudhu dapat menyempurnakan wudhunya dengan tenang dan orang-orang yang makan dapat menyelesaikan makannya dengan tenang."
Lafadz atau Tata Cara Adzan dan Iqamah
Muadzin harus mengikuti sifat adzan dan iqomah yang shahih menurut Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Yaitu menggenapkan lafadz adzan dan mengganjilkan lafadz iqomah.
Dari Anas radiyallahuanhu, "Bilal telah diperintahkan untuk menggenapkan lafadz adzan dan mengganjilkan lafadz iqamah." [HR. Muslim, 378]
Adapan lafadz adzan yang diajarkan nabi shalallahu alaihi wassalam sebagai berikut:
اَللهُ اَكْبَرُ, اَللهُ اَكْبَرُ. اَللهُ اَكْبَرُ, اَللهُ اَكْبَرُ.
اَشْهَدُ اَنْ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ.
اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَّسُوْلُ اللهِ. اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَّسُوْلُ اللهِ.
حَيَّ عَلَي الصَّلاَة. حَيَّ عَلَي الصَّلاَة.
حَيَّ عَلَي الْفَلاَح. حَيَّ عَلَي الْفَلاَح.
اَلصَّلاَةُ خَيْرٌ مِنَ النَّوْمِ (Kalau adzan subuh)
اَللهُ اَكْبَرُ. اَللهُ اَكْبَرُ.
لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ.
Untuk iqamahnya yaitu:
اَللهُ اَكْبَر، اَللهُ اَكْبَر
أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّاللهُ
اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ
حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ
قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ ، قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ
اَللهُ اَكْبَر، اَللهُ اَكْبَر
لاَ إِلَهَ إِلاَّالله
Adab bagi yang mendengarkan adzan harus menirukan ucapan muadzin. Hal tersebut hukumnya sunnah. Dari Abu Said Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda,
إذاسَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ فَقُوْلُوْا مِثْلَ مَا يَقُوْلُ، ثُمَّ صَلُّوْا عَلَيَّ، فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّـى عَلَيَّ صَلَّى اللهُ بِهَا عَلَيْهِ عَشْرًا، ثُمَّ سَلُوْا اللهَ لِيَ الْوَسِيْلَةَ، فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِي الْجَنَّةِ لاَ تَنْبَغِى إِلاَّ لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللهِ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُوْنَ أَنَا هُوَ، فَمَنْ سَأَلَ اللهَ لِيَ الْوَسِيْلَةَ حَلَّتْ عَلَيْهِ الشَّفَاعَةِ.
"Jika kalian mendengar adzan, maka ucapkanlah sebagaimana yang diucapkan muadzin. Kemudian bershalawatlah untukku. Sebab barangsiapa yang bershalawat untukku sekali, maka dengannya Allah akan bershalawat untuknya 10x.
Kemudian mintalah al-wasilah kepada Allah untukku. Ia adalah sebuah tempat di Surga yang tak diraih kecuali oleh seorang hamba di antara hamba-hamba Allah. Dan aku berharap ia adalah aku. Barangsiapa memintakan untukku wasilah kepada Allah, maka dia layak mendapat syafa'atku". [HR. Al Bukhari (611), Muslim (383)]
Alhamdulillah akhirnya usai sudah penjelasan lengkap adab adab adzan dan iqamah. Etika di atas wajib diperhatikan oleh muadzin atau yang mendengarkannya. Silahkan diajarkan juga pada peserta didik anak anak di sekolah maupun di rumah. [Referensi Mausuuatul Adab al-Islamiyah, Abdul Aziz bin Fatih as-Sayyid Nada]
1 komentar untuk "10 Adab Adzan yang Benar Sesuai Sunnah Dilengkapi Tata Cara Adzan yang Benar"
Tulis komentar di sini dan centang tombol "Notify me" atau "Ingatkan kami" agar Antum bisa melihat balasannya. Syukran